Dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini .... Oke, ini terlalu luas.
Gue persempit. Dari sekian banyaknya orang di lapangan upacara ini, entah kenapa harus Juno yang berdiri di samping gue begini.
Padahal dari rumah gue sudah berdoa. Semoga hari Senin gue bakal menyenangkan. Meski ya, gue dasarnya memang benci banget hari ini.
"Dasi lo miring."
Iya, kayak otak lo. Pengin aja gue jawab gitu. Tapi, mana mungkin. Situasi gue saat ini sama sekali tidak menguntungkan kalau melawan si Juno. Sekarang, dekengan si SekOs lagi pada ngumpul. Gue bakal diaduin macem-macem ke guru piket dan berakhir masuk barisan martabak; istimewa. Dih, mending enggak usah cari gara-gara dulu dah.
"Jangan pura-pura tuli. Dasi lo miring tuh." Lagi-lagi ini SekOs ngomong. Kali ini suaranya dekat banget sama telinga gue. Pas gue noleh ke dia, bujug bujed, ujung topi gue nyenggol topi dia.
Refleks gue ngumpat di depan mukanya sambil menjauh. "Jangan dekat-dekat gue, bangsat."
"Pagi-pagi jangan buat gue emosi loh, bi."
Gue mengernyit. Dih si bangke sok iye. "Yang ada gue yang ngomong gitu, sat. Lagian, ngapain elo masuk barisan kelas gue? Di sini rumpun IIS. Balik sono ke himpunan MIA."
Si Juno mulai memasang muka nyebelinnya yang selalu pengin gue sumpahin. Senyum angkuh tercipta, dia bicara lagi. "Sayangnya Senin ini tugas gue jadi pengawas barisan di kelas ini. Mana tau kalau ini kelas elo, bi."
Gue diam bentar. Ah, iya! Anjir, gue baru ingat kalau OSIS punya program beginian. Menyusup masuk ke barisan per kelas buat cepuin murid-murid yang enggak serius ikutan upacara. Asli sih, program begini harus segera dihapuskan karena meresahkan sekali. Apa lagi si Juno berdirinya di samping gue. Alasannya karena badan kami sama-sama tinggi jadi harus berdiri di belakang. Kalau gini ceritanya gue tidak akan selamat. Jangankan gerak-gerak, bernapas aja rasanya segan.
"Sayang banget, ya? Gue merasa hari ini hari kesialan gue karena sudah ketemu elo pagi-pagi."
Kalau aja nggak upacara bendera, gue sudah buang muka terus jalan tanpa mau tahu kalau ada si Juno di sekitar gue.
"Harusnya gue yang ngomong gitu, bi. Kalau boleh jujur nih, ya. Gue gedeg banget sama elo."
Dih? Gue langsung pasang muka tak acuh andalan. "Adakah muka saya terlihat peduli? Tidak."
Si Juno berdecak di sebelah kanan gue. Kedengarannya dia emang kesal banget. Gue masa bodoh, lagian salah gue di mana coba?
"Dasi lo miring, babi."
Itu mulu dah. Ribet banget. "Terus masalahnya di elo apa, bangsat?"
"Masalahnya, gue pengen caper aja sih. Bercanda. Otak elo sudah miring, dasinya jangan ikut dimiringkan juga, bi."
Apa sih? Dasar bocah prik. Heran gue. Tolong dong, ketua OSIS. Sekretarisnya diganti aja. Bikin gue susah mulu.
"Suka-suka gue, sat. Mau dasi gue miring, asimetri, salto, kayang, semuanya bukan urusan elo."
"Sekadar info tambahan, gue juga pengawas kerapian hari ini."
Bangsat! Gue langsung melotot. Wah, ngajak bergaduh ini bocah. Asli dah. Gue langsung benerin dasi dengan terpaksa. Nyebelin bener anjir. Gak tau dah rapi atau tidak di mata si SekOs. Baru juga kenal, sudah ngatur-ngatur.
Beruntunglah pas dia mau bicara lagi, upacara langsung dimulai. Jadi gue tidak perlu repot-repot tutup telinga buat dengerin ocehannya dia.
Tetapi di tengah-tengah kegiatan upacara, tepatnya waktu sesi pembacaan Undang-undang, makhluk di kanan gue malah bisik-bisik ke gue. Sok mengajak gue ngobrol. Dih, gue tahu taktik cepu macam begini. Awalnya pasti diajakin ngobrol dulu sebentar, terus kalau diladenin, dahlah. Nama akan dipastikan masuk ke dalam daftar martabak tanpa sepengetahuan bersangkutan dan tiba-tiba aja ada panggilan untuk jadi pemulung sehabis upacara. Sangat cerdik dan gue tidak akan termakan tipu muslihatnya si SekOs gila ini. Haha, gini-gini gue pintar juga, ya. Jangan salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
WWWY? [YunGi]
FanfictionIni kisah Azmin yang ingin bebas dari kerisihan akibat Juno yang berusaha melepaskan diri dari kejaran para mantan. Melakukan suatu kesepakatan untuk sebuah hubungan. Namun, apakah hubungan jenis ini akan tetap berlangsung seterusnya? ⚠️WARNING!!!⚠️...