Malam itu Samuel akhirnya menginjakkan kembali kakinya di rumah mewah milik keluarga Sagara yang juga merupakan tempat tinggal Agas. Kegugupan dan keterkejutan menghantuinya sejak kali pertama ponselnya berdering dan menampilkan nama Agas pada layar ponsel tersebut, Samuel bahkan sampai menampar pipinya sendiri dan berulang kali mengedipkan matanya guna untuk memastikan bahwa saat itu ia tidak sedang berhayal.
Sewaktu panggilan berhasil tersambung, suara Agas benar-benar terdengar jelas, sahabatnya yang kini menganggapnya musuh bebuyutan itu berujar, "Sam, ada makan-makan di rumah, anak-anak pada nginep. Kalo lo lagi kosong, join ya."
Meskipun setelah itu sambungan telepon langsung terputus begitu saja bahkan sebelum Samuel berhasil merespon, jelas saja pemuda itu tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberikan oleh Agas untuknya. Tak peduli bahwa Agas terpaksa, atau justru Agas hanya mempermainkannya, yang pasti Samuel akan datang dan mencoba untuk kembali memperbaiki lagi semua yang telah ia rusak kemarin.
Pintu utama rumah terbuka, Samuel disambut oleh Jelo. Tentu saja mereka saling kenal, sebab sebelum semua menjadi sekacau ini, mereka sering kumpul dan bermain bersama seperti yang akan dilakukan mereka malam ini, yaitu menginap di rumah Sagara dan Agas yang selalu siap dijadikan basecamp.
"Widiiii, buset, lama gak keliatan makin cakep aja lo, Bang!" Jelo memberikan pelukan kilat pada Samuel.
"Alah, tai lo!" Samuel menepak kuat bahu Jelo hingga keduanya terbahak.
"Yok, yang lain udah pada ngumpul dari tadi, hampir aja makan duluan karena lo dikira gak dateng."
Mereka berdua berjalan menuju ke ruang makan, di sana Samuel melihat Sagara, Yeheskel, dan Agas yang sudah duduk di kursi makan dengan kedua orang tua Sagara sambil berbincang.
Kehadiran Jelo dan Samuel membuat pembicaraan di meja makan itu terhenti. Semua orang yang berada menatap dan melempar seutas senyum pada Samuel yang baru saja tiba setelah sekian lama menghilang, kecuali Agas yang tentu saja tidak menaruh perhatian sedikitpun akan kedatangannya dan malah sibuk memandangi piring kosongnya.
"Eh, Samuel, sampe juga akhirnya." Mama Sagara membuka obrolan kala Samuel menghampirinya untuk mencium tangannya dan tangan Papa Sagara tanda kesopanan.
"Iya, tante, di jalan tadi macet banget,"
"Sibuk apa, Sam? Kok jarang main ke sini?" Kali ini yang bersuara adalah Papa.
Diam-diam Sagara mengamati, mulai dari Agas yang mendadak diam dan membuang muka, sampai ke Yeheskel yang senyam-senyum canggung sembari berdeham beberapa kali dan menyikut pelan Agas.
Keanehan dan kecanggungan ini terbantu oleh adanya orang tua Sagara yang menanyai Samuel dan juga Jelo yang melempar candaan terus-terusan. Sagara juga melihat dengan jelas sekali bahwa ekspresi yang ditampilkan oleh Samuel adalah ekspresi takut yang dibaluti rasa ketidakenakan, sesekali teman abangnya itu melirik ke arah Agas terlihat seakan sedang memastikan sesuatu.
"Bang Samuel mah sibuk ngurusin organisasi mulu Om, Tan, susah soalnya udah jadi budak organisasi abadi." Jelo menyahut dengan senyum jenakanya, hendak bercanda sembari mengejek Samuel yang memang ia kira sibuk mengurus urusan organisasinya lantaran jabatan Ketua Himpunan Jurusan yang ia emban.
Suasana makan malam kali ini yang menurut Sagara sedikit aneh akhirnya berakhir dan sampai ketika kedua orang tuanya sudah memisahkan diri dari mereka, Sagara dan kawan-kawan masih tampak betah menduduki kursi makan meskipun sudah tidak ada lagi makanan yang tersaji di meja makan selain tumpukan buah-buahan dan beberapa bungkus camilan dan minuman kaleng yang tadi sempat disugukan oleh Mama sebelum beliau menyusul masuk ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walking in You || Park Jisung [ON HOLD]
Teen Fiction[ON HOLD] Sagara, Agas dan Zee... Setiap karakternya berbeda. Tidak perlu repot menerka atau menebak-nebak, cukup ikuti saja kisah mereka jika ingin mengetahui kelanjutannya. Lalu, tentukan kira-kira pilihanmu ada pada; si monoton Sagara, si popules...