Jam sepuluh malam, di lapangan basket yang terletak di pinggir jalan dan terbuka untuk umum—tempat andalan Agas dan Sagara berkunjung ketika sedang ingin menyibukkan diri dengan kegiatan basket—suara pantulan bola berwarna orange itu tak berhenti terdengar seiring dengan hentakan sepatu olahraga yang membalut kaki Agas dan Sagara yang berlarian saling merebut bola dan mencoba untuk melemparkan benda bulat itu ke dalam ring-nya.
"Nice! Three point!" Seru satu orang lagi yang ternyata sejak tadi duduk santai di pinggir lapangan, alasannya karena ia sudah lelah dan memilih untuk menjadi wasit saja. Laki-laki itu adalah Jelo, lagi-lagi ia terpaksa ikut sebab ketotalitasan Agas dan Sagara yang menculik paksanya dari kost-kostan, padahal tadi ia sedang menonton episode terbaru drama Korea yang masih dalam status on-going.
Sagara melontarkan senyum sinisnya pada Agas ketika ia berhasil mencetak tiga poin sekaligus melalui lemparan yang ia lakukan dari luar garis tiga angka, sekaligus menutup permainan yang mereka lakukan malam ini. "Udahan, capek." Sagara tanpa ragu merebahkan dirinya di tengah-tengah lapangan. Mencoba untuk menikmati hembusan angin malam ini yang sebenarnya sama sekali tidak terasa karena tubuhnya terasa panas dan dibasahi oleh keringat.
Agas ikut terduduk di samping Sagara, menarik kasar headband yang ia kenakan lalu melemparkannya asal—seolah benda itu tak berarti. Laki-laki yang berumur paling tua itu mengibas-ngibaskan jersey dan kaus hitam yang ia kenakan, berharap dengan cara itu ia dapat mendinginkan tubuhnya yang kondisinya tak jauh berbeda dengan Sagara. "Panas banget, gila." Desisnya.
"Jel, sini! Main, gak?" Tiba-tiba Jelo dikejutkan oleh seruan Agas yang sudah terlihat kelelahan namun bisa-bisanya malah mengajaknya untuk kembali bermain. Agas memang luar biasa.
Guna untuk menyelamatkan dirinya, Jelo pun membalas berteriak pada Agas dengan suara tak kalah lantang. "BANG, GUE BELI MINUM DI MINI MARKET SEBRANG SANA DULU, YA?"
Benar-benar memancing tawa Sagara untuk meledak, tahu betul kalau sahabatnya itu mencoba menghindari ajakan Agas. Tanpa menunggu apakah Agas atau Sagara setuju dengannya, Jelo langsung terbirit-birit berlarian ke seberang jalan yang sudah agak sepi.
"Bocah, malah kabur." Kekeh Agas.
Netra Sagara menatap tenang langit yang malam ini dihiasi oleh banyak bintang juga satu pulan purnama yang sangat terang. Ia bahkan menyangga kepalanya dengan lengannya guna untuk menyamankan posisi tidurannya. Ia menghembuskan napas beratnya sebelum beralih melirik Agas yang tengah mengotak-atik ponselnya. "Gas, aneh gak kalo sekarang gue tiba-tiba bilang kalo gue naksir sama cewek?"
Ponsel yang ada digenggaman Agas sontak ditaruhnya asal, kehilangan ketertarikan untuk membalas pesan-pesan penting yang masuk dari temannya, sebab ia merasa bahwa topik yang Sagara angkat kini jauh lebih penting dan menarik—suatu hal yang sudah ia tunggu sejak beberapa hari lalu, ketika ia menyadari bahwa Sagara menjadi agak aneh dan bersemangat. "Sama sekali gak aneh. Selama yang lo taksir cewek, ya normal-normal aja."
"Serius, elah!"
"Iya, iya, serius. Gimana? Lo naksir siapa? Zee yang waktu itu lo ceritain, kan?" Tembak Agas tepat sasaran. Membuat Sagara terkejut bukan main dan memaksakan mata sipitnya untuk melotot.
"Tau dari mana lo?!"
"Lo tuh mudah ditebak, Gar. Gue bukannya baru kenal lo sehari dua hari doang, gak usah kaget gitu!" Agas kembali terkekeh, ia meninju pelan lengan atas Sagara yang masih terbaring di sampingnya. Sebenarnya ia sudah menebak sejak hari pertama Sagara membahas soal Zee waktu itu—saat ia mengatakan bahwa ia menemukan id card Zee dan tanpa sengaja keceplosan memuji gadis itu dengan binar mata yang tidak seperti biasanya.
Sagara ini tipe manusia cuek yang tidak peduli dengan orang lain, gengsinya setinggi langit dan sangat tidak mungkin jika tiba-tiba ia memuji orang yang baru saja ia kenal tanpa sebab, apalagi yang dipuji adalah seorang perempuan. Selama hidup dan tumbuh bersama dengan Sagara, Agas sama sekali tidak pernah melihat atau mendengar Sagara membahas soal perempuan karena memang ia tidak tertarik dan terlalu malas meladeni para perempuan yang kerap kali menunjukkan ketertarikannya pada Sagara. Bukan tipe gue, begitu kata Sagara biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walking in You || Park Jisung [ON HOLD]
Ficção Adolescente[ON HOLD] Sagara, Agas dan Zee... Setiap karakternya berbeda. Tidak perlu repot menerka atau menebak-nebak, cukup ikuti saja kisah mereka jika ingin mengetahui kelanjutannya. Lalu, tentukan kira-kira pilihanmu ada pada; si monoton Sagara, si popules...