"Mau minum apa Len?" tanya Mas Juki saat kami baru saja mengambil tempat duduk di sudut ruangan.
Bukannya menjawab, aku malah melemparkan pertanyaan kepada Mas Juki.
"Yang lain pada kemana Mas? Kok kita doank yang datang?" tanyaku heran saat aku tidak mendapati teman - teman seprofesiku berada di tempat ini.
"Sabar, mereka lagi di jalan. Tian sama Fitri juga masih menjemput Kiki."
"Jadi kita kerajinan ya Mas?" tanyaku yang membuat Mas Juki dan Mbak Nani langsung tertawa dibuatnya.
"Ya nggak papa donk Len. Itung - itung kita nyolong start dan bersenang - senang duluan di sini. Sudah dibayar Pak Bimo ini," saut Mbak Nani.
Aku yang belum sepenuhnya memahami maksud ucapan Mbak Nani tadi hanya bisa mengangguk - anggukan kepala.
"Sudah jangan pikirkan yang lain. Mending kita senang - senang dulu di sini. Apa kamu mau joged dulu buat pemanasan?" tawar Mas Juki sembari menunjuk ke arah lantai dansa.
Akupun menggeleng cepat menolak tawaran itu. Bagaimana bisa aku melakukan hal seperti itu. Berjoget ria di atas lantai dansa, berjubel dengan orang - orang yang tidak aku kenal. Membayangkan saja aku jadi malu sendiri.
"Kenapa sih? Ya nggak papa donk. Kamu masih belum tahu sensasinya saja!" celetuk yang Mbak Nani yang membuatku hanya tersenyum kecut.
Entah sejak kapan perginya, Mas Juki sudah datang dengan membawa dua gelas minuman di tangannya. Dan meletakkannya di depanku dan Mbak Nani.
"Makasih Mas Juki," ucapku sambil mengamati minuman berwarna merah pekat itu.
"Punyamu mana Juk?" tanya Mbak Nani karena Mas Juki hanya membawa dua minuman saja. Dan itupun untuk kami berdua.
"Aku mah gampang. Tadi nggak bisa bawanya jadi aku cuma bawa minuman untuk kalian berdua," jawab Mas Juki kemudian mengeluarkan bungkus rokok dari dalam sakunya. Sepertinya pria itu sudah tidak sabar untuk menyesap nikotin.
"Sudah Len minum aja dulu. Dari pada dilihatin terus kayak gitu!" seru Mbak Nani saat aku hanya memandang gelas yang sudah berembun itu.
Pasti segar sekali kalo masuk ke dalam tenggorokanku.
"Ta-tapi itu minuman apa Mbak?" tanyaku ragu karena aku takut itu minuman memabukkan yang belum pernah aku minum sebelumnya.
"Tenang aja Len, itu bukan alkohol kok. Cuma ekstrak pome dan soda."
Bukan Mbak Nani tapi Mas Juki yang menjawab keraguanku.
"Aku tahu kau belum pernah minum minuman beralkohol. Jadi aku memilihkan minuman yang aman buatmu. Kecuali kau berubah pikiran sendiri nanti," imbuh Mas Juki yang membuat aku merengut jengkel. Namun pria di hadapanku itu malah terkekeh dan mengacak gemas rambutku.
"Ish jangan diberantakin, Mas!" protesku seraya merapikan lagi rambutku dengan tangan.
"Dasar anak kecil!" seloroh Mas Juki sebelum teman - teman kami yang lain datang hingga semakin menyemarakkan suasana.
"Lama banget sih kalian?" tanya Mbak Nani.
"Tau tuh sih Kiki ngaret banget."
"Emang ngelukis alis model apa sih Ki?"
"Gambar gunung. Puas?"
"Sudah ayo duduk dan kita nikmati acaranya."
"Oke gue mau pesen minum sepuas - puasnya mumpung ditraktir sama Pak Bimo."
"Nan, ntar temeni aku joged ya?"
"Oke siapa takut."
Begitu lah obrolan teman seprofesiku yang tertangkap di indera pendengaranku. Aku sebagai anak baru pun hanya bisa menyimak sambil tersenyum dan ikut bersuara jika mendapat pertanyaan dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta Si Gadis Nakal
RomanceNamaku Shergia Magdalena atau biasa dipanggil dengan Alen. Pertemuan ku dengannya Samuel membuat hidup ku yang berantakan akhirnya berubah menjadi lebih terarah. Manisnya cinta itu sempat aku rasakan hingga tiga tahun kami menjalin hubungan. Meskip...