"Tapi daf..." Ucap Nazla menggantung.
"Apa?"
"Kayaknya aku suka kilat deh"
"Hah? Kok bisa?!" Kaget Daffa.
"Kalau dilihat-lihat, karena ada kilat hujan jadi lebih indah. Bagus aja gitu lihat nya, kilat yang keliatan serem bisa indah juga waktu hujan turun" ujar Nazla sambil menatap jendela.
"Jadi?"
"Jadi, seketika aku pengen jadi kayak kilat"
"Hah? Kamu jangan mulai ngaco sayang" ringis Daffa seraya menatap nazla.
"Ih bukan jadi kilat nya daf!"
"Gini loh, kilat itu baik. Buktinya dia selalu ada waktu hujan sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Bahkan sampai menghibur langit agar terlihat cerah. Aku salut loh, kilat aja bisa berguna buat yang lain, masa aku yang manusia gak bisa?" Lanjut Nazla.
Daffa menatap kagum kepada gadis di depannya ini. Jujur Nazla memang terlihat kekanak-kanakan, namun hebatnya gadis ini, dia bisa mengambil sisi positif dari apapun dan siapapun itu. Mau itu manusia ataupun benda mati.
Bahkan dia selalu insecure terhadap benda mati bukan terhadap manusia. Terkadang Daffa heran dengan sifatnya, namun itulah Nazla.
"Pinter. Lakuin, kamu pasti bisa berguna buat orang lain juga. Bahkan keberadaan kamu disisi aku juga udah berguna banget" ujar Daffa sambil mengelus rambut nazla.
"Bisa gak kamu gak usah bikin rambut aku acak-acakan? Jujur males rapih nya lagi" kesal Nazla.
"Ya udah aku mau pegang pipi kamu aja. Mbull abisnya lucu kayak mochi" Daffa menarik pipi Nazla gemas.
"Aww, sakit daf" ringis Nazla. Daffa pun melepaskan tangannya.
Nazla mengambil mangkok bekasnya dan Daffa makan mie tadi, kemudian mencucinya. Daffa memandangi punggung Nazla dari meja makan, sambil berfikir. "Apakah yang ia harapkan bisa terwujud?"
"Naz"
"Iya?"
"Ada gak hal yang bikin kamu benci sama senja?" Tanya Daffa tiba-tiba.
"Ada" jawabnya.
"Apa?"
"Disaat cahayanya mulai meredup, dan tak bisa bersinar lagi" jawabnya sambil menghampiri daffa.
"Aku paling gak suka sama perpisahan. Walaupun semuanya memang gak ada yang abadi, tapi aku gak sekuat senja" lanjut nya.
Daffa menatap nya dengan sedalam-dalamnya, mendengarkan apa yang diucapkan gadis itu. "Naz" Nazla menoleh ke arah Daffa.
"Kalau suatu saat aku jadi senja yang kamu benci, kamu bakal gimana?" Tanya Daffa.
"Aku pasti bakal nangis kejer" jawabnya.
"Kenapa bisa kayak gitu?"
"Jelas jangan ditanya daf. Kamu sahabat aku sekaligus pacar aku, jelas aku bakal nangis kejer lah. Aku sayang sama kamu"
"Kamu juga bahkan kilat aku. Kalau kamu jadi senja, siapa lagi yang bakal jadi kilat di waktu langit menurunkan hujan? Siapa yang bakal menghiasi langit? Hanya kamu"
"Mungkin setelah itu hidup aku bakal lebih hampa dari sebelumnya" lanjut Nazla.
"Tapi Naz, banyak yang bilang langit setelah hujan itu lebih indah dari pada langit yang dipenuhi kilat saat hujan turun"
"Itu artinya, setelah kilat pergi bakal ada lagi yang menghiasi langit bukan? Yaitu pelangi, dia bahkan lebih indah daripada kilat" ucap Daffa.
"Tapi pelangi gak datang disaat hujan turun, bahkan gak setiap saat hujan selesai turun pelangi bakal datang. Itu artinya pelangi gak menghibur langit disaat dia lagi bersedih. Dia cuman datang untuk menghiasi bukan menghibur"
"Kenapa dia cuman datang hanya untuk menghiasi langit? Karena dia gak punya background lain yang lebih indah di banding langit. Pelangi muncul, kesannya kayak cuman numpang pansos doang. Aku gak suka" jawab Nazla sedikit cemberut.
"Ngapain cemberut sih, lucu banget!" Gemas Daffa sambil mencubit kedua pipi Nazla.
"Ishh Daffa!" Daffa tertawa puas melihat Nazla kesal.
"Haha, maaf maaf sayang" ucap daffa. Nazla mendengus kesal mendengar nya.
—tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA [ Wong Lucas ] ✓
Short StoryTakdir. Apakah kita bisa mengubah takdir? Bisakah cahaya itu bersinar kembali? Bisakah cahaya itu bertahan lebih lama lagi? Tentu saja tidak. Dirimu sama seperti senja. Disaat Senja datang di sore hari, cahaya yang mulanya terlihat begitu indah mula...