Senyum yang sebelumnya mengembang terus karena khayalan nya kini perlahan-lahan memudar setelah mengetahui kemana mereka pergi.
Rumah sakit. Iya mereka pergi ke rumah sakit. Nazla semakin bingung, sebenarnya siapa yang sakit dan mengapa hanya dirinya yang dibawa.
Pikiran nya mulai berkecamuk. Jantungnya mulai berdetak tidak seperti biasanya. Dirinya turun dari mobil sambil menatap ibu dan ayahnya sendu.
"Bu yah? Siapa yang sakit?" Tanya Nazla dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Kamu tenang sayang, mending kita langsung masuk aja ayo" ajak ibunya yang segera mempercepat langkahnya.
Tangannya digenggam erat oleh ayahnya. Jujur, ini pertama kalinya lagi setelah sekian lama ayahnya tak menggenggam tangan nya.
Hati nya mulai terasa sakit. Ia berharap yang berada disini bukan orang yang dipikirkannya sedari tadi. Langkah nya terasa begitu lambat, padahal mereka semua sudah berlari.
Sampailah mereka depan di ruang ICU, tangan ibunya menjangkau gagang pintu ruangan tersebut. Dan membuka nya secara perlahan.
Nazla langsung meneteskan air mata nya saat pintu itu benar-benar sudah terbuka. Benar, seseorang yang sedang terbaring disana dengan alat-alat yang Nazla tidak ketahui menempel ditubuh dan kepala seseorang itu ialah Daffa, kekasihnya.
Tubuh nya terasa lemas saat melihat kilat nya menjadi lemah seperti ini. Ia mulai berjalan perlahan menghampiri Daffa. Tangan nya menggenggam tangan Daffa. Tubuhnya mulai bergetar hebat, tak kuat menahan tangisnya.
"Daf, kamu kenapa bisa gini? Tadi kamu baik-baik aja. Bilang sama aku, siapa yang bikin kamu kayak gini daf? Kamu kenapa daf?" Tanyanya dengan air mata yang tak berhenti turun.
Nazla menatap mamah Daffa bang Rizal yang sedang menangis di kursi ruangan itu dan segera menghampiri nya. "Mah, Daffa kenapa? Daffa kenapa mah? Kalian nyembunyiin sesuatu kan? Jawab! Daffa kenapa?" Tanya Nazla sambil menatap semua orang yang berada di ruangan itu.
Nazla memukul dada nya keras sembari terus menangis. Mamah Daffa langsung memeluk tubuh gadis itu erat. Nazla membalas pelukan ibu dari seorang Daffa itu. Akal dan hatinya benar-benar tak bisa menerima keadaan ini. Dirinya benar-benar merasa hancur.
"Tenangin diri kamu Naz, kita bakal jelasin semuanya ke kamu. Tapi mamah minta tolong, tenangin dulu diri kamu. Daffa tadi sempet sadar dan terus menerus manggil nama kamu. Mamah gak mau ngeliat Daffa sedih karena ngeliat keadaan kamu yang hancur kayak gini Naz. Mamah minta tolong" ucap mamah Daffa menenangkan Nazla.
"Bang, kakak kamu katanya udah sampai mana?" Tanya mamah Daffa kepada bang Rizal.
"Kak Nadin baru keluar tol mah, bentar lagi katanya" jawab Rizal sambil menaruh handphone nya ke dalam saku.
Sedangkan sekarang Nazla masih sulit untuk menahan tangisnya. Mamah Nazla memberikan botol air minum kepada Nazla, dan menyuruh nya untuk meminum air itu terlebih dahulu agar lebih tenang.
Saat tangan Nazla ingin menerima air itu, ada yang membuat nya mengurungkan untuk meminum air itu. Suara itu, seseorang itu kini memanggil nya.
-tbc.
Janji part selanjutnya lebih panjang, maaf ya tapi ini cerita pendek ya pren.•Bang Riyan
•Kak Nadin
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA [ Wong Lucas ] ✓
Short StoryTakdir. Apakah kita bisa mengubah takdir? Bisakah cahaya itu bersinar kembali? Bisakah cahaya itu bertahan lebih lama lagi? Tentu saja tidak. Dirimu sama seperti senja. Disaat Senja datang di sore hari, cahaya yang mulanya terlihat begitu indah mula...