Daffa melajukan kecepatan motor nya dengan kecepatan pelan, lagi pula rumah keduanya tidak terlalu jauh. Bedanya rumah Daffa berada di depan komplek, jika rumah Nazla hampir berada di ujung komplek.
Sebentar lagi, sebentar lagi dirinya sampai di depan rumah nya. Namun secara tiba-tiba kepala berdenyut begitu keras, matanya mulai buram. Tapi dirinya masih bisa mengendalikan tubuhnya.
Saking sakitnya, kali ini dia benar-benar tidak bisa menahannya. Akhirnya, tubuh nya terjatuh ke jalanan dan juga kepalanya terbentur ke jalanan.
Benturannya tidak terlalu parah, karena Daffa mengendarai dengan pelannya. Namun benturan itu tetap terasa sangat keras.
Disaat matanya sudah sangat buram, dirinya masih bisa melihat orang-orang yang menghampiri nya. Dia tersenyum, ternyata masih ada yang mau membantu nya.
Orang-orang itu bertanya. "Dek? Gak apa-apa?" Ingin sekali Daffa menjawab pertanyaan orang-orang itu, namun dirinya tak sanggup. Hingga akhirnya dirinya menutup matanya.
Malam harinya, Nazla. Gadis itu menyadari bahwa kekasihnya itu belum mengabarinya sejak pulang dari rumahnya tadi. Kedua orang tua Nazla pun belum pulang padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.15 malam.
Namun tak lama, ia mendengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumahnya. Nazla bangkit dan mengintip dari jendela balkon kamarnya. Benar, ternyata itu kedua orang tuanya. Namun kenapa kedua terlihat sangat gelisah? Pikir Nazla.
Nazla segera kembali ke kasur dan berpura-pura memejamkan matanya. Karena ia tahu, orangtuanya pasti akan melihat kamar anaknya untuk mengetahui anaknya sudah tidur apa belum. Jadi Nazla langsung memejamkan matanya.
Ceklek...
Benar saja, keduanya pasti datang ke kamarnya. Namun siapa sangka, keduanya malah membangunkan Nazla dengan raut muka yang sangat khawatir.
Nazla segara membuka matanya dan melihat kedua orangtuanya. Dirinya melihat ayahnya yang langsung mengambil jaket miliknya dengan gelas berisi air putih di tangan kanannya dan ibunya yang sedang merapikan rambutnya.
Sebenarnya ada apa ini? Pikir Nazla.
"Kamu pake jaket nya, ini airnya minum dulu" suruh ayah Nazla. Nazla menuruti ucapan nya, sembari menatap keduanya heran.
"Bu, kenapa?" Tanya Nazla sambil mengembalikan gelas itu ke ayahnya.
"Kamu ikut kita keluar dulu ya?" Jawab ibunya.
Ayah Nazla pun menganggukkan kepalanya. "Ayo cepet, sebelum terlambat" suruh ayahnya. Mereka pun langsung pergi menaiki mobil entah kemana di tengah malam ini, dan meninggalkan Fitri yang masih terlelap.
"Ayah Fitri di tinggal sendiri?" Khawatir Nazla.
"Udah gak apa-apa, ayah tadi udah nyuruh A rangga buat pulang dari Bogor. Bentar lagi juga anaknya dateng" jawabnya.
"Bu kenapa sih? Ini mau kemana?"
"Kamu tenang dulu, ini kita lagi berusaha buat ngejar waktu" Nazla semakin dibuat bingung dengan jawaban ibunya. Maksudnya mereka mau pergi tanpa persiapan apa-apa gitu? Pikir Nazla.
Pandangan Nazla tertuju ke jalanan. Ternyata menikmati jalanan Jakarta di malam hari lebih indah dibandingkan di siang hari. Dirinya jadi ingin mengajak Daffa untuk pergi jalan-jalan malam mengelilingi Jakarta suatu hari nanti.
Senyum yang sebelumnya mengembang terus karena khayalan nya kini perlahan-lahan memudar setelah mengetahui kemana mereka pergi.
—tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA [ Wong Lucas ] ✓
Short StoryTakdir. Apakah kita bisa mengubah takdir? Bisakah cahaya itu bersinar kembali? Bisakah cahaya itu bertahan lebih lama lagi? Tentu saja tidak. Dirimu sama seperti senja. Disaat Senja datang di sore hari, cahaya yang mulanya terlihat begitu indah mula...