BAB 12

553 85 4
                                    

Happy reading
Sorry for typo.

****

Seharusnya Haru tahu jika kakaknya adalah tipikal orang yang keras kepala. Hampir saja dia menyerah membujuk--lebih tepatnya memaksa sang kakak untuk ikut pulang.

Haru tahu penolakan kakaknya itu karena Ruto tak mau bertemu ibunya. Padahal Haru sudah menjelaskan, entah apa lagi yang diragukan Ruto.

Anak itu tidak tahu saja jika Ruto sebenarnya sudah memaafkan ibunya, tetapi mengingat sikapnya beberapa hari ini membuat pemuda itu segan untuk menampakkan diri di hadapan sang ibu.

Dia sadar betul bahwa Lisa menyadari tatapannya hari itu, bahkan ia mendengar jelas ketukan ibunya di luar kamarnya. Tetapi hari itu ego serta kekecewaan sudah menguasai dirinya.

Jika saja tidak di jelaskan adiknya, mungkin dia akan terus menerus memperlihatkan wajah seperti itu pada ibunya.

Tapi hari ini adiknya membujuk untuk pulang ke rumah, dan Ruto tidak akan pernah sanggup melihat ibunya menangis.

Apalagi di hadapan mereka.

Rasanya pun air mata Ruto sudah kering untuk menangisi keadaan ini. Semuanya sudah terjadi, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah memperjuangkan keselamatan adiknya.

Ruto menghela napas lelah, mendengar ocehan adiknya membuat pemuda itu mengantuk lagi. Padahal ini baru jam lima pagi tapi Haru sudah melayangkan pidato panjangnya.

"Kak Rutoooo! Dengerin Haru gak sih dari tadi?" ucap Haru setengah merengek.

Ruto menatap adiknya, mempertimbangkan lagi. "Oke, oke. Ayo pulang." putus Ruto.

Memilih mengalah saja dari pada adiknya merajuk nanti. Walau sebenarnya Ruto tahu jika Haru merajuk tidak akan lama-lama. Tapi untuk saat ini Ruto tidak tega melihat adiknya memohon terus seperti itu.

Haru tersenyum senang hingga melompat-lompat kegirangan. Akhirnya usahanya tidak sia-sia.

Sedangkan Ruto yang melihat itu hanya tersenyum, ia berharap bisa melihat senyum adiknya untuk selamanya.

Ia harus segera menyusun rencana untuk mencari tau apa penyebab Haru sakit.

Karena ia baru saja mendapat kabar dari Yoshi bahwa ternyata penyakit yang menyerang Haru bukanlah penyakit sungguhan.

Semalam, Ruto kembali bangun karena Yoshi membangunkannya untuk membahas sesuatu yang penting.

Mendengar semua yang Yoshi katakan, membuat pemuda itu panas dingin menahan emosi.

Pemuda itu bersumpah tidak akan memaafkan siapa pun yang melakukan ini semua kepada adiknya yang tidak berdosa.

Ruto kembali ke kesadarannya setelah mengingat memori semalam.

Matanya melirik ke sana kemari, ia baru sadar hari ini tidak melihat satu di antara mereka.

"Junkyu kemana?" tanya Ruto.

Yoshi yang sedang menyiapkan makanan untuk mereka mengedikkan bahu, tanda ia tak tahu.

Kedua bersaudara itu sedang berada di meja makan sekarang. Menunggu sarapan buatan Yoshi.

"Semalam gue ngajak dia duduk di luar, tapi gak lama dia nerima telpon. Gue gak tau juga dari siapa, terus dia izin mau ngangkat, eh pas balik katanya dia mau pergi karna di panggil ortu."

Kening Haru mengernyit mendengar penjelasan Yoshi. Setahunya orang tua Junkyu ada di luar negeri. Ah, atau mungkin sudah pulang?

Sedangkan Ruto hanya mengangguk. Dia tak terlalu mengenal Junkyu, hanya mengenal saja. Karena keduanya baru berkenalan beberapa minggu terakhir.

For you [Haru-Ruto] (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang