BAB 10

982 124 14
                                    

Happy reading.
Sorry for typo.

***

Tak ada yang dapat mendeskripsikan indahnya malam ini bagi Haru, sebab saat ini dia saja masih belum menyangka jika kakaknya berubah seratus delapan puluh derajat.

Apa ini karena mengetahui dia sakit?

Kendati begitu, ia tak mau memikirkan itu dulu saat seperti ini.

"Kak Ruto mau?" tanya Haru saat menangkap tatapan Ruto yang sedang memperhatikannya sedang melahap nasi goreng.

Ruto tersenyum lembut, kemudian menggeleng pelan sembari menatap teduh mata adiknya.

Malam ini keduanya habiskan dengan jalan-jalan di pasar jajan yang ada di jakarta. Tidak ada yang perlu di khawatirkan jika ada yang bersikap manis di salah satu dua bersaudara itu.

Mereka kembar, jadi tak ada yang akan salah paham.

***

Saat ini mereka sedang berada di sebuah bukit yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal kedua bersaudara itu. Ada Yoshi, Junkyu dan Jeongwoo juga di sana.

Sebenarnya Ruto hanya ingin pergi berdua dengan adiknya, tetapi adiknya itu memaksa ingin mengajak teman-teman mereka. Karena tak kuat melihat kegemoyan yang ditunjukkan oleh adik gemasnya, akhirnya Ruto menyetujui walaupun sebenarnya tidak mau.

"To.." Jeongwoo bersuara, menarik perhatian mereka semua yang ada di sana.

"Hm?"

Jeongwoo menatap ragu, apakah dia harus mengatakan ini?

"Maafin gue to. Tapi gue udah lama tau kalo adik lo sakit," ucap Jeongwoo dalam satu tarikan napas. Biar saja, biar tidak ada kebohongan lagi yang tersembunyi.

Ruto menunduk dalam, saat ini yang dia rasakan hanyalah perasaan bersalah. Tetapi di samping itu dia merasa juga telah menjadi manusia paling bodoh yang tidak menyadari kejanggalan yang terjadi. Padahal semuanya terlihat ketara sekali. Tetapi pemuda itu bisa-bisanya tidak menyadari jika adiknya sendiri sedang sakit, malah orang lain yang lebih dulu mengetahuinya.

Jeongwoo menoleh, mendapati Ruto yang kini menunduk. Ia tak bermaksud membahas hal ini di saat mereka sedang menikmati momen seperti ini.

Tetapi ia tak mau menyembunyikan apapun lagi dari sahabatnya. Jika dia tak mengatakan sekarang, perasaan bersalah akan terus menggerogotinya.

Sementara Haru hanya terdiam dengan sorot mata sendu. Ia tak menyangka jika ternyata Jeongwoo sudah mengetahui rahasianya.

Tapi dari mana pemuda itu tahu?

Haru menoleh kemudian berkata. "Kamu tau dari mana?" tanya Haru.

Jeongwoo menatap Haru yang sedang menunggu jawaban dari pemuda itu. "Gue gak sengaja selalu mergokin lo nangis di taman paling belakang sekolah." jawabnya.

Pipi Haru terasa panas, aduh malu sekali. Saat dirinya menangis? Astaga pasti mukanya jelek.

"O-oh, tapi kenapa gak munculin diri aja? Haru gak marah kok kalo kamu udah tau duluan." kata pemuda itu sembari tersenyum, menghalau rasa malu yang tadi sempat dia rasakan.

Jeongwoo hanya tersenyum sendu menatap kedua mata Haru, kenapa orang baik selalu ditimpa ujian yang begitu berat?

Kadang pemuda itu selalu mengucap syukur dalam hatinya karena diberikan hidup sehat oleh sang Pencipta. Tetapi tetap saja, dirinya merasa terpukul juga saat mengetahui rahasia yang ditutupi adik sahabatnya.

For you [Haru-Ruto] (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang