Kota yang tak pernah tidur, itu juga tersemat untuk Pajang. Selimut gelap langit malam yang seharusnya melelapkan, tidak selalu berlaku. Di salah satu distrik, cahaya terang warna-warni terus berpijar hingga fajar. Mereka yang siang hari mengais hidup layaknya budak, hampir tak mengenal batas waktu. Kebanyakan akan menghibur diri di distrik itu sekedar penghapus penat.
Di sisi selatan, distrik itu dinamakan Sekarsari, ladang segala hiburan untuk para manusia dewasa. Mereka yang sudah tak mengenal akan dosa, cenderung menjadi pengunjung rutin di sana. Tak sedikit juga mereka adalah pemimpi melarat yang mengadu nasib dengan sebilah dadu. Dan tak jarang berakhir dengan terperosok ke lubang hutang dan kejahatan.
Surga dunia, begitulah banyak orang memandangnya. Namun yang tak tampak adalah, itu rawa berdosa yang akan selalu menjerat siapa pun. Hanya godaan berupa kesenangan menuju kesengsaraan namun tidak ada yang pernah tahu.
Gedung-gedung yang berjajar menjulang, merupakan perwujudan dari bermacam Club malam, Casino, hotel dan sejenisnya. Itu selalu menyala, berkelap-kelip sepanjang malam, hampir selayaknya terang matahari. Di trotoar pinggir jalan, di banyak titik tak kalah ramai oleh orang-orang, kebanyakan pemuda-pemudi yang bersenda gurau. Baik mereka yang janji temu untuk bersenang-senang bersama. Maupun mereka yang sudah setengah sadar atau tersungkur di tepian bersama botol kosong masih tergenggam.
Paham akan permasalahan, para petugas keamanan pun tak henti berkeliling memantau siang dan malam. Karena begitu glamornya kawasan itu, banyak bajingan terundang dan menetap di sana. Mereka menjamur, baik sebagai pencopet, perampok, penipu, hampir semuanya ada.
Namun pertama yang menjadi perhatian utama para petugas adalah pemuda-pemudi yang tampak masih berusia tanggung tersesat di sana, baik sengaja ataupun tidak. Mereka sadar betul bahwa anak-anak muda itu masih memiliki harapan memilih jalan daripada terjebak selamanya di tempat itu. Setidaknya masih ada yang waras bahwa distrik itu sebenarnya pintu neraka bukan?
"Uwwaah..."
"Hai nona, godain kita dong..."
"Apakah dia seorang artis? Cantik sekali..."
"Ayolah perempuan secantik itu sendiri, siapa yang telah berbuat kesalahan melepasnya?"
"Hei, apa bisa menjaga pandanganmu? Atau kamu ingin mengakhiri malam kita?" Ucap seorang gadis pada seorang pria di sebelahnya, yang tersihir pada perempuan cantik sekelebat dan itu bisa berakhir buruk untuknya.
Decak kagum tak henti mengiringi, perempuan putih cantik dengan rambut hitam panjang terurai itu mengacuhkan mereka. Pandangannya lurus tak terganggu, dia terus berjalan hingga menemui di depan matanya sebuah gedung tinggi megah dengan pelataran parkir yang dihuni beberapa kendaraan mewah.
Langkahnya sesaat melambat di depan seorang pria berjas hitam, tinggi dan berwajah bengis. Seketika pria itu membungkuk sopan setelah tangannya melambaikan sebuah undangan Silver. Itu bukan tempat biasa yang selayaknya umum semua orang bisa datang. Undangan Silver itu adalah pembatas bahwa hanya kasta teratas yang berkunjung ke sana.
Menaiki beberapa lantai, begitu keluar dari pintu lift, di hadapan menjulang pintu kayu coklat besar berdiri. Di sisi-sisinya terjaga oleh beberapa penjaga laki-laki dengan setelan sama, lengkap kacamata hitam, berdiri tegap. Lalu kembali mereka menunduk layaknya ucapan selamat datang, sambil tangannya mengacu pada pintu besar yang terbuka.
"Selamat menikmati malam anda nyonya..." Dia berkata.
Kemewahan, demikian yang terucap dari gaun-gaun indah glamor dan setelan jas yang terlihat bermerek. Menyesuaikan, para pria dan Wanita yang mengenakan pun terlihat tak kalah anggun dan tampan, begitu rapi dan mempesona. Orang-orang itu begitu meyakinkan berasal dari kalangan terhormat, sepakat akan tingkah laku dan tata kramanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBURU 2 JAMAN
ActionRendanu seorang pendekar muda, hidup sebagai pemburu demit dalam peperangan abadi antara dua dunia. Dia linuwih dalam kanuragan, dia seorang pejuang, bersama kelompoknya, ratusan demit pun ditumbangkan. Pada saatnya semua lenyap, Rendanu tiba-tiba t...