Sore hari dimana langit sisi barat amat merah kelabu, di lantai teratas gedung Otoritas, berkumpul beberapa orang, para perwakilan dari tujuh Priyayi. Kesemuanya memandang tegas kepada Miranda yang sedang berdiri di ujung ruangan, selaku pimpinan tertinggi Otoritas distrik Pajang. Di sampingnya, layar besar bersinar, menampilkan banyak grafik dan angka-angka.
Ada sebuah aturan dan prosedur standar di ranah Otoritas. Miranda yang seorang pimpinan cabang, tak bisa semena-mena menggerakkan sumber daya maksimal Otoritas. Mungkin pada batas tertentu bisa, tidak selebihnya. Dan tampuk tertinggi adalah para Priyayi, para bangsawan, para darah biru, yang sudah ada selama ratusan tahun, jauh dari masa republik terbentuk.
"... Lima belas tahun, sepanjang itu Korporasi Yaksarama, jika ditarik garis lurus maka akan memiliki tren terus menanjak. Rata-rata setahun, korporasi itu meraup laba bersih mencapai 1 Billion USD. Apa itu besar? Maka jawabannya, itu sangat sangat besar. Jika dipikir secara realistis, sebuah perusahaan mampu meningkat signifikan hanya dalam waktu 15 tahun, itu memang tidak mustahil namun hampir mustahil..."
Otoritas di bawah pengawasan Miranda, bekerja amat keras dalam beberapa hari terakhir. Terkait kasus kemunculan tuyul lalu ditambah penyerangan demit pada Dina, yang diakhiri kesimpulan bahwa itu tindak untuk menjadikannya tumbal, maka tindakan sigap pun segera dijalan. Selama ini Otoritas tidak pernah tumpul, Fenomena demit apapun itu sosoknya, semua akan dianggap ancaman serius dan harus ditangani segera.
Namun berbeda untuk sore itu, pada awal pembuka rapat kali itu, Miranda sudah menyatakan perihal sesi keputusan final pelaksanaan tindakan operasi. Dan yang awal kali harus pastikan adalah tersangka utama pelaku pesugihan, sebagai gerbang pertama untuk tindakan lanjut pembasmian demit dalam sekala besar.
"Dan yang tidak pernah atau banyak diketahui publik, enam tahun silam Korporasi Yaksarama telah mengalami resesi paling buruk, yang bahkan mampu meruntuhkannya jatuh dalam hitungan sejengkal. Lalu menurut rumor, itu terkait dengan perang besar antar geng yang berlaku di tahun-tahun itu. Namun mengesampingkan itu semua, sebuah grafik mencurigakan terbentuk dalam data keuangan perusahaan itu, pada rentang satu tahun pasca resesi perusahaan itu."
Tampilan pada layar pun berganti dengan tampilan yang hampir serupa, itu guratan grafik data statistik. Melihatnya semua orang masih terdiam, begitu serius menyimak. Demikian juga dengan Miranda, meski susunan angka-angka serta garis warna-warni itu memusingkan untuknya tapi dia tetap berperan professional saat ini.
"Bisa dilihat di sini, setelah beberapa bulan lamanya keuangan perusahaan itu menunjukkan tren negatif namun dalam sekejap tiba-tiba saja grafik permodalan mereka seketika menanjak. Dan pada titik inilah yang saya sorot sebagai Abnormalities. Sementara di sisi lain, tidak ada sedikitpun historikal suntikan dana ke perusahaan itu... Jika kita analogikan, Korporasi Yaksarama seketika saja menemukan segunung emas untuk menyokong keuangan mereka, itu aneh... Dan sebagai tambahan, semua data ini tentunya sudah lolos audit dan penelusuran oleh badan keuangan independen. Jadi data yang di tampilkan ini, semuanya benar."
Seorang pria berkacamata mengangkat tangannya. Dia pria berusia sekitar empat puluh, dengan tatanan rambut hitam belah samping. Sesekali garis-garis uban terlintas di kepalanya. Pandangan matanya menyorot tajam, tak ada senyum, memperlihatkan wajahnya yang penuh ketegasan dan minim kompromi.
"Apa yang anda paparkan, bukankah itu sebuah data keuangan sebuah perusahaan? Dan seharusnya itu bersifat rahasia. Meski Otoritas memang mampu dan memiliki otorisasi kewenangan yang terlampau berlebihan namun kadang kala gugatan atas tindakan ilegal pun masih bisa menyerang kita. Kemudian, mengaitkan fenomena masif demit beberapa waktu lalu dengan Korporasi Yaksarama, tidakkah itu terlalu jauh? Meski dari data itu memang menampilkan sesuai yang abnormal tapi bisa saja itu tindakan kriminal pencucian uang atau sejenisnya... Jika hanya berdasarkan data itu lalu kita mengerahkan sumber daya kepada mereka, itu masihlah berlebihan."
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBURU 2 JAMAN
AksiRendanu seorang pendekar muda, hidup sebagai pemburu demit dalam peperangan abadi antara dua dunia. Dia linuwih dalam kanuragan, dia seorang pejuang, bersama kelompoknya, ratusan demit pun ditumbangkan. Pada saatnya semua lenyap, Rendanu tiba-tiba t...