Part 18

891 104 61
                                    

Keesokan harinya...

Levi melenguh pelan, matanya terasa berat karena menangis sepanjang malam. Setelah berhasil terbuka sepenuhnya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah tidur Eren. Jemari lentiknya menyentuh bibir bawah pria brunette di depannya, dengan jahil Levi menjepit bibir itu hingga mirip paruh bebek. Bibir bengkaknya mengeluarkan tawa kecil.

" Oohayou Eren..." Ia masih memainkan bibir itu.

Eren merasa terganggu, ia membuka kedua matanya dan melirik bibirnya yang monyong mirip bebek.

" Oohayou mo Levi."

Dengan cepat Eren mencuri ciuman pagi hari di bibir ranum si raven. Sontak membuat sang empu merona tipis.

" Kalian semua yang masih tidur cepat bangun! " teriak sensei.

" Se-sensei memanggil–mhhnh..."

Ciuman terlepas. Eren mendudukkan dirinya kemudian merangkak untuk membuka pintu tendanya. Dapat ia lihat, teman-temannya tergesa-gesa keluar dari tenda dan berkumpul di depan sensei. Saat Eren ingin keluar tiba-tiba Levi memanggilnya.

" Ada apa Levi?"

Levi menutupi tubuh polosnya yang penuh bercak merah dengan selimut, kedua pipinya bersemu merah jambu.

" Aku tidak bisa jalan..." cicitnya, sambil menaikkan selimut hingga ke hidung.

" Pakailah bajumu, nanti biar aku bantu berjalan." tak dapat dipungkiri Eren juga memerah, karena sadar semalam terlalu berlebihan untuk Levi dan bayinya.

Beberapa menit kemudian Levi akhirnya selesai memakai bajunya. Ia dibantu Eren berjalan menuju sensei, teman-temannya yang melihatnya pun terheran-heran.

" Loh Levi kenapa?" tanya Sasha sambil memakan keripiknya.

" Kakinya terkilir." jawab Eren.

" Halah, kau percaya sama dia sha?" ejek Jean.

" Dari dulu aku gak percaya sama kalian." Sasha merotasikan matanya.

" Oke baiklah! Di pagi hari yang malas ini Sensei ingin mengadakan sebuah pertandingan!"

Connie mengangkat tangannya, " Kegiatan apa Sensei?"

" Diam dulu botak, sensei aja belum mengatakannya, kau sudah bertanya!" rupanya Sensei hampir mengamuk dengan si botak.

" Tuh dengerin, gak usah mengelak dengan takdir bahwa kau itu botak." ucap Sasha malas.

" Pantesan dia sering ngehalu keramas." sahut Eren.

" Connie...aku punya shampo penumbuh bulu anjing lebat, kapan-kapan aku bawain aja deh." 

" Sorry sha, di rumah aku lagi krisis air, oper aja ke Jean."

" Apa sulitnya? Tinggal tayamum aja selesai." Eren mengejeknya.

" Diem kalian! "

Sensei kembali mengumumkan akan mengadakan kegiatan lomba kecil-kecilan, seperti balap karung dan membawa kelereng dengan sendok.

" Kalian tidak boleh membentuk kelompok sendiri, biar sensei yang memilihnya." ucap Sensei seraya mengambil kertas kecil yang digulung.

" Si sensei ada-ada aja, dasar pengatur kehidupan pergeng-an." gerutu Jean.

Armin tiba-tiba datang di samping Levi yang sedaritadi hanya diam. Ia melihat punggung belakang Levi yang setia di pijat oleh Eren.

" Levi sakit punggung?" tanyanya.

" Iya." jawab Eren lagi.

" Loh katanya kakinya terkilir, sekarang kok sakit punggung. Yang bener yang mana? Kamu jangan membohongi pemuda pemudi terpintar pemenang olimpiade sains ya." Connie menggerucutkan bibirnya.

PERVERT BOY - ERERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang