Part 20 [ End ]

1K 85 22
                                    

Kehamilan Levi sekarang telah menginjak delapan bulan. Perutnya membuncit dan lebih besar daripada sebelumnya, Eren sampai terperangah melihatnya. Bagaimana tidak, Levi terlihat semakin kecil karenanya.

Dan Levi juga telah memutuskan untuk melakukan homeschooling tiga bulan yang lalu, karena dirinya belum siap jika teman-temannya mengetahui dirinya hamil. Levi takut akan reaksi teman-temannya, mungkin saja mereka akan jijik dan memandang rendah dirinya. Itulah yang ada dipikirannya.

" Levi, kau mau roti? " ucapan Eren membuatnya tersentak dari lamunannya.

" Sedikit saja."

" Ini ambilah. Bagaimana dengan homeschooling mu? Apakah kau menyukainya? Minggu depan akan menjalani ujian dan setelah itu kita lulus lalu menikah! "

Levi memakan rotinya dengan lahap, " Mmm aku menyukainya. Tapi teman-teman kita..."

" Aku akan menghubungi mereka jika kau mau."

" Tidak perlu. Aku belum siap mereka tahu tentang keadaan ku sekarang." Ia mengelus perutnya lembut

"... Levi, maafkan aku telah membuatmu berada di posisi ini. K-kau tidak bisa bertemu dengan teman-teman dan terpaksa harus melakukan homeschooling."

" Tidak usah merasa bersalah. Bagiku berada di posisi sekarang ini cukup membuatku senang."

Kedua mata Eren membulat, semakin menggeser duduknya hingga berdekatan dengan si raven.

" Mengapa bisa senang!?"

" Tentu saja. Siapa yang tidak bahagia memiliki buah hati sendiri. Eren, aku tidak sabar melihat bayi kita lahir."

Eren memeluknya dari samping, menenggelamkan wajahnya di ceruk lehernya.

" Syukurlah jika kau bahagia, aku sangat khawatir sejak kau sering melamun." Ia mengecup kulit lehernya, "...dan aku sebagai ayahnya juga tak sabar melihat bayi kita terlahir."

" Eren, kau lebih suka laki-laki atau perempuan? "

" Dua-duanya boleh aku tidak peduli."

" Huh setidaknya pilih salah satu."

Eren tertawa mendengar nada merajuknya, " Mmm sepertinya aku lebih suka perempuan."

" Kenapa begitu? "

" Karena jika laki-laki bisa saja dia akan merebutmu dariku! "

Bugh!

" I-ittai..."

" Jaga omonganmu, dia anakmu sendiri bagaimana bisa kau berpikiran seperti itu. Huh."

Mengusap benjolan di dahinya, Eren menggerucutkan bibirnya.

" Maafkan aku." cicitnya membuat si raven merotasikan matanya sebal.

Levi menyenderkan kepalanya di leher Eren lalu menyuruhnya memeluknya.

" Tadi ibu meneleponku." ucapnya pelan seraya menghirup aroma khas pria brunette.

" Ibu? Dia bilang apa kepadamu? "

" Ibu merekomendasikan kita menikah secara private, hanya keluarga dan kerabat dekat saja yang hadir."

Eren mendengar ada kesedihan dalam nadanya, ia menjadi tidak tega, " Kau ingin temanmu juga hadir? "

" Tidak, tidak perlu... suatu hari nanti akan ada saatnya aku berani bertemu dengan teman-teman."

" Aku mengerti..." ucap Eren halus, ia memberikan pelukan hangat kepadanya. Sesekali ia menciumi surai ravennya.

PERVERT BOY - ERERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang