Happy reading, semoga suka.
Dun forget to vote and comment.
Luv,
Carmen----------------
Biar kuceritakan sedikit kisahku sebelum ini. Sebelum aku memutuskan untuk menjadi istri pesanan dan datang jauh-jauh ke Texas untuk bertemu calon suamiku, Damon Harris.
Kedua orangtuaku meninggal ketika aku masih kecil, meninggalkanku sendirian di usia yang sangat muda. Aku bahkan tak punya kenangan bersama mereka, hanya kilasan-kilasan ingatan samar. Hanya satu-satunya foto tertinggal yang menjadi pengingatku, yang kusimpan baik-baik di dalam jurnal harianku, yang menjadi pengingat, satu-satunya kenangan nyata.
Setelah mereka meninggal, aku tinggal bersama bibiku, adik dari ibuku, sampai dia meninggal dunia satu tahun yang lalu. Sejak Bibi meninggal, hidupku di Wyoming menjadi lebih sulit. Rumah kecil kami terasa sangat sepi, aku merasa begitu sendirian dan segalanya tampak tak pasti bagiku. Bahkan masa depanku terlihat suram. Sampai sebuah iklan di koran menarik minatku.
'Wanita membutuhkan pria untuk mendukungnya dalam melewati banyak kesulitan hidup, begitu juga seorang pria membutuhkan cinta wanita untuk menghangatkan jiwanya dan bertahan melewati kerasnya hidup. Pria-pria tangguh, kuat, bertanggungjawab dan pekerja keras di Texas sedang mencari wanita-wanita kuat dan berkemauan teguh untuk menjadi pasangan mereka. Para wanita pekerja keras yang sedang mencari perlindungan, dukungan, kestabilan finansial juga pernikahan, dipersilakan untuk melamar. '
Setelah membaca, aku terus berpikir. Kenapa tidak? Apa sih yang ku pertaruhkan? Tidak ada. Sama sekali tidak ada. Aku miskin, tidak punya masa depan yang pasti, tidak ada prospek yang jelas dan terutama, aku lajang. Aku juga cukup cantik dan muda. Aku bisa bekerja keras dan aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Jika pernikahan ada satu-satunya jalan keluar yang ditawarkan, why not?
Pada akhirnya, aku memutuskan untuk mencoba melamar. Setelah berpikir selama seminggu, aku menyiapkan semua yang dibutuhkan dan melamar sebagai istri pesanan.
***
Tidak sampai dua bulan aku menyerahkan lamaran, aku menerima surat pertama dari Tuan Damon Harris, seorang peternak dari Cedar Woods. Tidak banyak yang tertera di sana, selain informasi bahwa dia berusia 35 tahun, seorang pemilik peternakan yang mapan. Dan dia juga menekankan bahwa dia membutuhkan seorang istri yang tangguh, wanita dewasa yang mampu berbagi beban dengannya, seorang pekerja keras yang tidak manja, yang bisa memasak dan membersihkan rumah. Aku sempat mengerutkan kening membaca suratnya, pria itu terdengar begitu lugas di surat, tanpa basa-basi, nyaris kasar. Tapi aku membalas suratnya, lebih karena aku tidak punya prospek lain yang lebih menarik.
Pada surat ketiga, pria itu melamarku. Dia menyelipkan sebentuk cincin sederhana di dalam surat dan menanyakan kesediaanku menjadi istrinya. Aku lalu memutuskan untuk menerimanya. Tidak ada cinta yang terlibat. Ini semua demi kepraktisan. Pria itu membutuhkan istri yang bisa memasak, aku membutuhkan suami yang bisa menyediakan makanan. Sounds not bad at all. Kami bahkan tidak pernah berbicara di telepon, apalagi sampai berjumpa, sepertinya semua itu tidak penting bagi sang peternak Texas itu.
Setelah mengambil keputusan, pada pertengahan Juni 1980, aku menaiki kereta menuju Cedar Woods, Texas, tempat calon suamiku tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Rancher's Mail Order Bride - Pengantin Pesanan Sang Peternak
Romanceseri pengantin pesanan - 1 (mail order bride)