Bab 21

2.1K 527 67
                                    

Happy reading, semoga suka.

Versi full sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa ya.

Akun Karyakarsa: carmenlabohemian

Akun Karyakarsa: carmenlabohemian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,
Carmen

________________________________________

“Kau sama sekali tak ingin menatapku.”

Mendengar ucapan tersebut, kakiku yang nyaris melangkah kini membeku. Aku kembali menghadapnya. “Apa?” tanyaku, lebih seperti tercekik.

“Aku tahu kau marah padaku, Damon.”

Demi Tuhan! Apa yang diinginkan oleh Daphne?

“I am so sorry, Damon, I am so sorry for our lost, i…”

Aku tak sanggup mendengarnya. Segala perasaan yang mengerikan itu, segala kemarahan dan kemurkaan membuatku meradang. Mengapa Daphne harus membicarakannya? Aku tak ingin membicarakannya. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika aku sampai kehilangan kendali. Aku belum siap… aku belum siap untuk menatap wanita itu dan membicarakan kehilangan kami. Aku… aku tidak tahu apakah aku akan pernah bisa.

“Hentikan!” peringatku tajam. “Aku tidak ingin membicarakannya, Daphne.”

Daphne dengan keras kepala menggeleng. “Tidak, kita harus membicarakannya, Damon. Kita tidak bisa terus-terusan seperti ini. Aku tahu aku salah, aku tahu itu… I am so sorry for…”

“You’re sorry?!” raungku dan Daphne terdiam memucat. “You’re sorry, Daphne? Kalau begitu mengapa kau melanggar perintahku?!”

“Ak… aku…”

Bibir wanita itu bergetar takut tapi aku tidak peduli. Daphne ingin menghadapi amarahku, bukan?

“Kau kenapa? Aku sudah mengatakannya dengan jelas, bukan? Kau tidak perlu lagi melakukan apapun. Kau tidak perlu membantu di peternakan, kau tidak perlu mengerjakan tugas rumah tangga, kau tidak perlu mengerjakan apapun, fokus, hanya fokus menjaga bayi di dalam kandunganmu! Fokus menjaga kehamilanmu, Sialan! Hanya hal sesederhana itu dan kau gagal melakukannya?!”

Aku tahu aku meneriakinya tapi saat ini, aku tak peduli. Aku harus mengeluarkan rasa sakit yang bercokol di dalam dadaku, rasa sesak yang membuatku tak bisa bernapas belakangan ini. Semua rasa kecewa, semua amarah yang luar biasa itu, semua perasaan gelap yang nyaris membunuhku, aku harus meluahkan semuanya. Aku tak peduli jika itu menyakiti Daphne. Fuck! Aku juga merasa sakit.

“That’s… that’s not fair, Damon.”

Suara wanita itu rendah, hampir seperti bisikan, bergetar dan rapuh, serapuh sosok wanita itu sekarang. Tapi semua rasa simpatiku seolah mati tenggelam dalam duka. Aku menatapnya marah, hampir setengah benci. Mengapa dia memberiku harapan lalu merenggut segalanya dengan kejam?

“Then what’s fair?” cercaku. “Kau berharap aku menghiburmu dengan kata-kata manis?!”
Bibir wanita itu bergetar kian kuat ketika menjawab. “Aku… aku juga sangat sedih, Damon. Aku juga berduka. I loved our baby, just as much as I love you. Aku juga sangat menyesal, jika bisa…”

“Demi Tuhan, hentikan omong kosongmu, Daphne!” bentakku. Aku tak sanggup mendengarnya lagi. Aku tak sanggup.

Air mata wanita itu akhirnya tumpah dan itu tidak membuatku kasihan padanya. Yang ada, aku semakin marah padanya.

“Dan jangan berani-beraninya kau menangis,” cemoohku. “Don’t use your tears to fool me. Jangan coba-coba memanfaatkan kebaikanku, Daphne.”

Wanita itu menggeleng. Tak sanggup berbicara.

“Kau mencintaiku katamu?” cemoohku.

Aku sengaja tertawa, aku ingin menyakitinya, aku hanya ingin menyakitinya hingga rasa sakit di hatiku tergerus. “Mengapa baru mengatakannya sekarang, eh? Kenyataannya, kau tidak mencintaiku, kau tidak mencintai bayi kita, kau hanya mencintai dirimu sendiri. Karena kau takut, bukan? Kau takut kembali ke kehidupanmu yang dulu, kau takut kehilangan semua yang kuberikan padamu, iya kan? Jadi kau pikir dengan mengatakan hal-hal seperti cinta maka aku akan melembut dan menerimamu kembali?”

“A… apa maksudmu?”

Aku menegakkan diri lalu mendekat padanya. Dia tampak ketakutan tapi tetap terpaku di lantai. Kuulurkan tangan untuk merenggut bahunya lalu memaksanya agar menatapku. Aku tahu aku adalah pria paling berengsek sedunia, mungkin saja, tapi tak ada yang bisa menghentikanku. Setan di dalam diriku mengamuk, memintaku menyakitinya sebesar rasa sakit yang timbul karena kehilangan itu. Ini salah Daphne, bukan? Semua ini adalah salahnya.

“Aku terpaksa menikahimu karena aku tidak punya pilihan. Aku selalu tahu kau akan membawa masalah untukku. Tapi kali ini aku tidak bisa memaafkanmu, Daphne. Setiap kali melihatmu, aku harus menerima kenyataan bahwa tidak akan ada bayi. Kau tahu, aku ingin sekali menceraikanmu dan mengirimmu kembali ke asalmu. Aku ingin sekali melakukannya! Aku hanya mencoba menahan diri, Daphne. Jadi, sebelum kesabaranku benar-benar habis, jangan pernah lagi kau berani menatap mataku dan menceritakan bagaimana kita seharusnya saling berbagi duka. Kau mengerti?!”

Aku tidak menunggunya menjawab. Aku mendorongnya agar menjauhiku lalu berbalik kembali dan melangkah ke dalam kamar. Sebelum masuk, aku kembali menambahkan. “Dan mulai sekarang, kau akan tidur di kamarmu sendiri. Itu yang selalu kau inginkan, bukan?”

A Rancher's Mail Order Bride - Pengantin Pesanan Sang PeternakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang