Bab 12

2.7K 529 13
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full story sudah ada di Karyakarsa ya, yang nunggu playstore sabar ya, belum nongol si doi.

Yang mau langsung pdfnya via WA ke sini : 0857 6100 8414

POV Damon yang penasaran, lengkapnya ada di full version ya wkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

POV Damon yang penasaran, lengkapnya ada di full version ya wkwkw... But segini di WP juga masih masuk kok ceritanya.

Overall, happy weekend

Luv,
Carmen

________________________________________

Saat aku terbagun besoknya, ketika hari masih subuh dan dingin, aku tak menemukan Daphne. Rupanya dia sudah meninggalkan ranjang dan kembali ke kamarnya sendiri. Ketika aku masuk, dia sedang duduk di ujung ranjang, terlihat terkejut, juga waspada dan takut. Padahal tadi malam dia memelukku, tapi pagi ini dia memperlakukanku seolah aku penjahat yang telah memaksanya.
Sebelum aku melangkah lebih dekat, suara Daphne yang bergetar menghentikanku. “Jangan! Menjauh dariku. Aku akan melakukan apapun, menjalankan semua kewajibanku, memasak untukmu, mencuci pakaianmu, mengurus rumah, mengurus peternakan, semuanya tapi… tapi… jangan pernah menyentuhku seperti yang tadi malam kau lakukan!”

Kata-kata Daphne menamparku keras dan butuh usaha luar biasa bagiku untuk tak meledak marah. Aku berusaha berbicara setenang mungkin. “Dan apa yang membuatmu berpikir bahwa aku akan membiarkan hal itu terjadi? Kau adalah istriku, aku adalah suamimu, bukankah sudah menjadi hakku untuk menjalin keintiman seksual dengan istriku sendiri?”

Sambil berbicara, aku mendekat padanya. Dan dia tampak begitu ketakutan, bahkan tangannya terangkat seolah inin melindungi diri dan Daphne berteriak ketika aku merenggut pergelangan tangannya.

“Please, don’t hurt me!”
“Kau harus melakukan apa yang aku perintahkan, mengerti?”

Aku lalu melepaskan tangannya dan hanya berdiri menatap wanita itu saat Daphne mulai tersedu. Tak tahan mendengarnya, aku lalu berbalik dan berjalan keluar kamar.

Good God! Apa-apaan itu tadi? Daphne berpikir aku akan memukulnya? Sial! Aku tak akan pernah melakukannya. Jika diberi kesempatan mungkin akan  meraihnya lalu menggaulinya lagi. Tapi memukulnya? Apa aku serendah itu di mata istriku sendiri? Dasar sialan!

Saat aku mandi di tengah guyuran air dingin, harus kuakui aku bingung dengan sikap Daphne. Ya, aku mungkin memaksanya di awal. Tapi tengah malam tadi, dia terlihat menikmati semuanya. Lagipula kami adalah suami istri, ini adalah hal yang harus terjadi. Mengapa Daphne bersikap seperti itu? Aku juga frutasi dengan diriku sendiri. Sejak kapan aku peduli pada apa yang dipikirkan Daphne, sejak kapan aku peduli pada apa yang dirasakannya?

Hell! Kenapa wanita begitu membingungkan?!

A Rancher's Mail Order Bride - Pengantin Pesanan Sang PeternakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang