DAD

72 12 2
                                    

Kang Sol bangun dengan wajah sedikit lesu. Semalam pasca ibunya datang, ia sempat menangis karena ayahnya memilih menetap di Amsterdam. Kang Sol belum siap di tinggal ayahnya seorang diri untuk waktu yang lama. Begitupun Edward yang sangat menyayangi putri semata wayangnya.

Pagi itu Kang Sol turun ke bawah untuk sarapan bersama ayahnya. Di minggu terakhir ia bersama ayahnya, ia tak ingin ada orang lain mengganggunya.

"Sol. Kamu sudah bangun." Edward tersenyum senang mendapati putrinya yang baru saja bangun

"Hm.. Appa kenapa sudah rapi?"

Edward tak menjawab. Pria itu lebih memilih menarik tangan Kang Sol dan menuntunnya ke dapur. Kang Sol menurut saja. Gadis itu hanya keheranan atas sikap ayahnya.

"Ini?"

"Happy birthday my princess."

Kang Sol tentu saja terharu ketika mendapati banyak makanan di meja makan.

"Hueeeeeeee, makasih appa. Sol terharu," ucapnya menangis terharu."

"Ya ampun, putri appa sudah 21 tahun ya."

"Iya dong."

"Sekarang mari tiup lilinnya," perintah Edward sembari siap memotret putrinya. Kang Sol menurutinya. Gadis itu lantas memotong kue itu dan membagikannya kepada sang ayah tercinta.

Pagi itu entah kenapa Kang Sol begitu bahagia. Ia bersyukur ayahnya masih di sisinya saat ini, meski begitu ia juga sangat menghormati keputusan ayahnya yang ingin kembali ke kampung halamannya.

---------

"Sol. Loe mau kemana?" tanya Han Joon Hwi yang saat itu melihat Kang Sol menggu lift.

"Nganter ayah ke bandara?" Kang Sol hanya menjawab sekenanya. Beberapa saat kemudian datang Kang Sol B, Yeseul  dan Min Bok Gi yang turut bergabung dengan Kang Sol A dan Han Joon Hwi.

Ting

Pintu lift terbuka. Mereka semua memasuk ke dalam lift. Belum sempat pintu tertutup Yang Jong Hoon ikut masuk ke dalam lift.

Kang Sol A bersikap cuek. Beberapa saat kemudian ponsel Kang Sol A berbunyi. Ia segera mengangkatnya yang ternyata panggilan itu dari ayahnya. Gadis itu tersenyum dan menjawab panggilan itu menggunakan bahasa Belanda.

Teman-temannya sangat shock. Kang Sol A sangat fasih menggunakan bahasa asing itu, karena setahu mereka Kang Sol tak pernah memakai bahasa asing di depan mereka. Memang sudah menjadi kebiasaan Kang Sol A memakai bahasa Belanda jika sudah berasama ayahnya atau saudaranya yang berada di Belanda. Kecuali mereka sedang bersama orang Korea, mereka akan memakai bahasa yang dipahami orang Korea jika ada tamu atau kerabatnya yang berasal dari Korea.

Panggilan itu tak lama. Kang Sol A lantas menutupnya.

"Loe tadi ngomong apa, noona?" tanya Min Bok Gi penasaran.

"Loe penasaran artinya?" tamya Kang Sol A menggoda.

Min Bok Gi mengangguk.

"Tadi itu ayah gue nanyain jam berapa pulang."

"Emang tadi pakai bahasa apa noona?"

Kang Sol A terkekeh menanggapi Min Bok Gi. "Bahasa Belanda, Bok Gi."

"Kok bisa?"

"Sudah jadi bahasa sehari-hari. Ya jadi bisa. Ayah gue orang keturunan Belanda-Korea."

Min Bok Gi ber oh ria. Sama halnya dengan yang lain yang rupanya baru tahu fakta ini.

"Gue cabut gengs. Mau nganter ayah ke bandara. Dia mau menetap di Belanda."

"Terus loe ikut?" tanya Han Joon Hwi memotong.

𝐇𝐎𝐌𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang