Rindu yang Tumpah Ruah

187 51 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2, Bulan Tanam, 1820

Stasiun Elentaire memiliki jam keberangkatan yang sedikit, total satu hari hanya memuat tiga kereta yang berangkat pada pukul sebelas, pukul empat, dan pukul sembilan malam. Pada tanggal dua ini, stasiun masih ramai oleh murid-murid yang tak sabar ingin pulang. Kendati tidak sepenuh tanggal satu yang dipenuhi manusia berjubel, tetap saja, Andiane merasa pening saat melihat dua ratusan orang memenuhi stasiun kecil itu.

Viktor mengantarnya, tentu saja. Ia membawakan tas Andiane, dan setelah melalui diskusi yang cukup lama, mereka setuju Viktor harus menyembunyikan identitasnya dulu. Ia rela mengenakan mantel dan syal di awal musim panas. Tidak baik jika murid baru terlihat bersama pengawal Dekan, apalagi Andiane telah mengutarakan betapa populernya Viktor semenjak pesta dansa kemarin. Mereka hanya bisa berharap bahwa para gadis tak menyadari jika pria jangkung yang bersama Andiane adalah si pengawal. Viktor sedikit terlampau jangkung, sehingga seharusnya ia mudah dikenali hanya dari tingginya.

Kalau misal mereka bertemu dengan teman Andiane yang pastinya akan bertanya siapa Viktor, cukuplah Andiane berkata jika Viktor adalah pria asing yang berbaik hati menawarkan untuk membawa barangnya. Andiane memang membawa banyak tas kali ini.

"Ayo, Viktor. Ayo! Cepatlah."

"Ini masih jam sepuluh, Andy."

"Sepuluh lebih dua puluh. Aku tidak sabar!"

"Sudah jelas," gumam Viktor sembari mengekori Andiane yang dengan lincah menyelip di antara orang-orang. Gadis itu biasanya agak lelet, mengalah pada kerumunan, tetapi kalau menyangkut hal-hal yang menyenangkan semacam ini, dia jelas tak mau kalah. Untunglah Viktor lebih tinggi daripada kebanyakan orang, jadi ia bisa membuntuti gadis pendek dengan topi merah marun itu.

Andiane akhirnya berhenti di sebuah tiang yang terdekat dengan gerbong keretanya. Beruntunglah ia mendapatkan gerbong yang paling depan, sehingga bisa menghindar dari orang-orang yang berkerumun. Viktor menghampiri dengan langkah santai, dan itu membuat Andiane gondok. Bahkan melangkah tanpa buru-buru pun Viktor mampu menyusulnya dengan cepat. Langkah lebarnya sepadan dengan dua langkah Andiane.

"Aku penasaran apakah tinggi tubuhku masih bisa bertambah," komentar Andiane saat Viktor menaruh tasnya. Pria itu mendengus geli dan merengkuh Andiane ke pelukan. Ia membalasnya dengan senang hati.

"Jangan," kata Viktor. Nanti aku tidak bisa begini," tambahnya sembari mengecup dahi Andiane. Aroma lemon yang segar dari rambutnya membuat Viktor ingin mereguknya dalam-dalam.

Andiane berjinjit. "Tetapi aku tidak bisa menciummu!" bisiknya kesal. Viktor nyaris menertawakannya, tetapi dengan sangat rendah hati menahan.

"Kenapa tidak bilang sejak awal?" godanya, lantas meraih pinggang Andiane dan mengangkatnya. Gadis itu nyaris memekik saat mendapati tubuhnya terangkat sekian sentimeter dari tanah. Viktor ternyata cukup kuat untuk mengangkat tubuhnya! Keterkejutan gadis itu tak bertahan lama, karena mereka akhirnya berciuman, dan Andiane terkekeh geli saat kecupan itu berakhir. Wajahnya bersemu.

A Burst of Darkness ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang