Konspirasi Dua Dinasti

149 44 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pada ruang luas berdinding batu yang mengingatkan Andiane akan ruang penyiksaan Viktor, di balik jeruji besi dan rantai-rantai mahabesar yang membelenggu erat, sesosok vehemos yang mengerikan disekap. Tubuhnya tidak lengkap—atau begitu dalam pandangan Andiane yang tidak familiar dengan rupa-rupa monster. Ia memiliki kepala serupa manusia, tetapi tidak berhidung, bermulut, ataupun bertelinga, dan bahkan tidak ada sehelai rambut kecuali lubang-lubang serupa mata yang bergantian mengedip di seluruh permukaan wajah. Sebagian matanya redup, dan tidak lagi mengedip, kecuali beberapa yang mencurahkan berbagai emosi. Mata-mata itu memerah dalam amarah, berair dalam kesedihan, dan memucat dalam ketidakberdayaan. Pada bagian tubuh yang seharusnya menjadi leher, kulit-kulit merahnya mengelupas dan terpecah, melayang-layang di sekitar bagaikan melindungi nadi-nadi besar yang lebih besar daripada pipa-pipa isap. Tubuhnya tidak proporsional; Andiane mengira itu bahu, tapi tampak seperti lengan atas pada kesempatan lain. Jemarinya menjulur sangat panjang, sayangnya tidak lagi kokoh dan perkasa untuk membengkokkan jeruji besi. Lagi-lagi kulit tubuhnya di bagian dada terburai, tak ada lagi penyambungnya, sehingga sang vehemos serupa manusia dengan tubuh terpotong dengan kulit mengelupas, dan tangan-tangan yang seperti dijahit dan disatukan dengan tangan-tangan tambahan.

Penjara memenuhi sebagian ruang itu sendiri, terletak di tengah-tengah, dikelilingi ceruk selebar telapak tangan yang mengalirkan cairan lava pekat yang menguarkan asap tipis. Ketika Andiane mampu memalingkan pandangan dari mata-mata vehemos yang mengawasi dalam kekecewaan tanpa kata itu, Andiane mencoba menyusuri ke mana aliran beraroma besi itu berakhir. Ceruk melingkar itu bercabang ke ceruk yang lebih kecil, nyaris tak terlihat, dan melintang menuju tepian dinding. Andiane baru menyadari ada dua orang yang berjongkok di dekatnya, sayangnya membelakangi Andiane, sehingga gadis itu tidak bisa memahami apa yang mereka lakukan. Namun Andiane mencurigai sesuatu, dan memilih untuk mengabaikannya.

Ia lebih terfokus pada para bangsawan yang mengelilingi jeruji dalam ketenangan, dan ketika rombongan Geneva Wyterseen memasuki ruangan, mata-mata mereka terkunci pada Andiane Weston. Gadis itu nyaris lupa jika datang sebagai Katrina Campbell. Jantungnya berdentam-dentam nyaring, kepalanya pening, walau matanya berusaha keras untuk mengenali wajah-wajah itu. Untungnya, tak ada yang familiar.

Andiane tersentak saat Mikhael meraih pergelangan tangannya dan meremas erat. Ia gemetaran! Andiane lantas menyadari jika Mikhael tak kalah panik, dan kedua matanya tak mampu beralih dari sosok mengerikan di balik jeruji yang melayang-layang dalam kesedihan. Sebelum sang tuan muda pingsan, Andiane menepuknya cukup keras. Ia harus memastikan pemuda ini tidak sungguhan ambruk.

Nyonya Geneva memandang vehemos itu dalam keraguan, dan Andiane nyaris saja berpikir bahwa dia akan membungkuk hormat pada sang vehemos. Kenyataannya dia ragu-ragu, mengalihkan pandangan, dan tersenyum kecut kepada para dehmos yang menanti di ruangan. "Salam, saudara-saudaraku."

Nyonya Geneva menyapa dengan pelukan-pelukan persahabatan. Wajah-wajah yang lebih muda menghormat kepadanya dan mengecup tangan Nyonya Geneva, begitu pula kepada Mikhael yang harus menyapa saudara-saudaranya itu. Oh, astaga, wajahnya pucat betul! Namun, ketegangan dengan cepat berpindah kepada Andiane ketika seorang pria yang sedang bertukar sapa dengan Nyonya Geneva mengedik ke arahnya.

A Burst of Darkness ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang