Sequel "Suami Perfecsionis"
"Abang io i love u!!!" teriak Aurel dari halaman rumahnya yang kini melihat Rio keluar rumah bersiap akan berangkat bekerja dengan setelan jas hitamnya yang menambah ketampanan Rio berkali-kali lipat.
"Dasar wanita frea...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bagus, kamu selalu ingetin saya ini itu tapi sekarang malah kamu yang masuk rumah sakit" ucap Rio dingin.
Aurel pun yang mendengar penuturan Rio menunduk takut, ya ini memang salahnya. Akhir-akhir ini Aurel benar-benar sangat sibuk, selain mengurus pernikahannya dengan Rio, Aurel pun disibukan dengan kepanitiaannya di BEM yang mengharuskan Aurel selalu pulang malam karena rapat, belum lagi tugas kuliah yang juga sama-sama menumpuk. Maka tak jarang Aurel tidak tidur atau hanya tidur beberapa jam saja, sehingga kadang Aurel melupakan jam makannya juga.
Dan finalnya tadi Aurel pingsan di rumah, untung saja di rumah ada El sehingga bisa menghubungi Rio. Karena mengingat orang tua Aurel dan Al yang sedang tidak ada di rumah.
"Pernikahan kita seminggu lagi loh, kalau kamu lupa" ucap Rio dengar datar
Ya, seiring berjalannya waktu tak terasa pernikahan Aurel dan Rio kini sudah di depan mata, namun sang calon mempelai wanita malah tumbang dengan gejala tifus.
"Istirahat, saya mau keluar" Lalu Rio pun keluar dari ruang rawat Aurel begitu saja.
"Kaka sih nakal, udah El bilangin jangan capek-capek. Marah kan sekarang bang Rio" cibir El yang ikut menjaga Aurel di ruang rawat.
"Mau mommy daddy" pinta Aurel dengan berkaca-kaca, ketika sakit Aurel memang akan berubah menjadi sosok Aurel kecil yang akan manja dengan mommy dan daddynya.
"Iya mommy, daddy sama Al lagi otw sini, tapi paling sampe nya maleman" ucap El sembari menyandarkan kepalanya di sopa.
Aurel pun hanya diam, dan menatap jendela dengan pandangan kosong. Jujur saja seluruh badannya rasanya lemas, sakit, dan mual. Aurel ingin menangis, dan butuh pelukan hangat. Namun seseorang yang Aurel butuhkan kini sedang marah padanya.
"Kakak, El gapapa pergi bentar? ada janji dulu soalnya sama pelatih El. Tapi El janji cepet pulang kesini lagi" ijin El dengan ragu, sebenarnya El tak tega meninggalkan sang kakak sendirian. Namun apalah daya ia telah ada janji dengan pelatih basketnya di caffe, dan ia merasa tak enak jika harus membatalkan begitu saja.
"Pergi aja gapapa" ucap Aurel pelan
"Yaudah kakak jangan aneh-aneh ya, kalau perlu apa-apa panggil suster. Dan nanti kalau butuh sesuatu telpon El aja ya"
Aurel pun hanya mengangguk saja, dengan mata yang terpejam.
"Yaudah El pamit, Assalamualaikum" lalu pintu ruangan Aurel pun tertutup.
Tak lama setelah El keluar, Aurel merasakan perutnya yang kembali bergejolak. Padahal ia sudah benar-benar lemas dan sudah tak ada tenaga. Apalagi seluruh makanan yang Aurel makan sudah habis keluar kembali.
Dengan tertatih Aurel pun berusaha turun dari brangkar dengan susah payah, apalagi dengan infus yang menancap di tangannya.
Tak lama pintu ruangan Aurel pun terbuka, Aurel menghembuskan nafasnya lega. Karena setidaknya ada orang yang akan membantunya. Dan mungkin itu suster yang akan memeriksa pikir Aurel, karena Aurel belum sempat mengalihkan pandangannya.
"Sini saya bantu" ucap seseorang yang sangat Aurel kenali, siapa lagi jika bukan Rio calon suaminya.
Aurel pun segera mengalihkan pandangannya kepada Rio, dengan mata yang berkaca-kaca. Rasanya Aurel merasa bersalah kepada Rio, selama ini Aurel terlalu mengatur Rio namun malah ia yang kena getahnya dengan kelalaian yang ia lakukan.
Setelah sampai di kamar mandi, tanpa ba bi bu Aurel pun segera memuntahkan kembali isi perutnya, padahal sudah tak ada apapun sehingga rasanya sangat pahit dan tenggorokannya pun sakit sekali.
"Sa-kitt hiks hiks" lirih Aurel dan tanpa terasa mengeluarkan air matanya, karena ini benar-benar menyiksa tubuhnya.
Rio pun yang menyadari Aurel menangis segera menggendong Aurel untuk kembali ke brangkar, dan membaringkan kembali tubuh Aurel dengan pelan.
"Mommy hiks hiks" tangis Aurel kembali pecah, rasanya Aurel ingin memeluk sang mommy dan tidur dalam dekapan hangatnya.
"Syutt, maaf kan saya ya marah-marah sama kamu. Saya hanya khawatir Yel. Saya gamau terjadi apa-apa sama kamu" ucap Rio dengan nada penuh rasa penyesalan.
"Saya peluk mau?" tawar Rio
Aurel pun mengangguk pelan dan merentangkan tanganya pada Rio.
Rio pun dengan senang hati segera memeluk tubuh rapuh Aurel dan mengusap punggung Aurel dengan sayang.
"Cepat sembuh sayang" bisik Rio tepat di telinga Aurel.