Sequel "Suami Perfecsionis"
"Abang io i love u!!!" teriak Aurel dari halaman rumahnya yang kini melihat Rio keluar rumah bersiap akan berangkat bekerja dengan setelan jas hitamnya yang menambah ketampanan Rio berkali-kali lipat.
"Dasar wanita frea...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam minggu ini, seluruh keluarga besar tengah ramai berkumpul di kediaman Rio dan Aurel. Mengingat besok pagi akan ada tasyakuran 7 bulanan jadilah semuanya sibuk mempersiapkan berbagai macam keperluan untuk acara. Ada yang membantu membuatkan snack untuk anak yatim, ada yang membantu membereskan rumah dan juga banyak hal lainnya.
Jika kalian menanyakan si bumil, tentu saja wanita hamil itu hanya melihat orang berlalu-lalang karena tidak diperbolehkan untuk melakukan ini dan itu. Dan pelakunya tentu saja Rio sang suami yang sangat cerewet memperingati Aurel untuk duduk dan diam saja. Dan anggota keluarga yang lain pun setuju dengan pendapat Rio, mengingat kandungan Aurel yang sudah masuk trimester tiga pasti akan sangat melelahkan bagi wanita hamil itu jika banyak beraktivitas.
"Tata liat Al bawa pelmen upi" sombong Al dengan memperlihatkan kedua permen yupi di tangannya.
"Mana kakak minta satu"
"Ndak ini unya Al wlek"
"Itu dikasih siapa permennya?"
"Di kasih sama abang Lendi"
"Bang Rendi maksudnya?" tanya Aurel memastikan
"Iya bang Lendi" kesal Al
Yang dimaksud bang Rendi disini adalah saudara dari keluarga Rio yang berusia 17 tahun, dan memang sikap Rendi yang ramah sehingga menjadikannya mudah berbaur dengan siapa saja.
"Kaka bilangin Daddy ah, dedek mam permen gitu" goda Aurel
"Syut ndak boleh, anti pelmen Al ambil Daddy lah" ucap Al cemberut
"Makannya bagi kakak satu kan ada dua, adik bayi mau katanya"
"Tata boong ya? kan adik bayi belum kelual mintanya gimana" tanya Al bingung penuh selidik
"Kan bisik-bisik sama kakak, udah sini permennya kakak mau" ucap Aurel tak sabaran
"Yaudah ini, tapi jangan lapol daddy"
"Hmm" ucap Aurel bodo amat, dan mulai memakan permennya.
"Apanih yang engga boleh lapor ke daddy?" tanya seseorang tiba-tiba yang tak lain adalah Kenzie, sehingga membuat Al terkejut dan segera menyembunyikan permen yang sedang ia pegang ke belakang punggungnya.
"Ndakk" jawab Al gugup
"Itu apa coba di belakang punggung, daddy mau lihat"
Al pun dengan pasrah memperlihatkan satu buah permen kepada Kenzie dengan mata yang sudah berkaca-kaca, karena takut dimarahi oleh sang daddy.
"Kenapa nangis kan daddy engga marahin adek?" tanya Kenzie bingung
"Takut ndak boleh sama daddy hiks" ucap Al dengan air mata yang sudah membasahi pipi tembamnya.
"Daddy larang adek makan permen tuh kalau adek makannya banyak-banyak, kalau satu atau dua daddy bolehin asal jangan sering-sering ya" nasihat Kenzie lalu membawa Al kedalam pangkuannya
"Dari siapa permennya? adek udah bilang makasih belum?" tanya Kenzie yang kini duduk disamping Aurel.
"Dali abang Lendi, tadi Al cudah bilang makacih" jawab Al dengan wajah yang sudah disembunyikan di dada bidang Kenzie.
"Caper" cibir Aurel tiba-tiba
"Apacih?" ucap Al kesal
Aurel pun hanya menggedikan bahu acuh, karena ia hanya ingin menjahili sang adik saja yang sudah lama tak berjumpa semenjak pisah rumah.
"Daddy kakak kangen, sama mommy juga" adu Aurel dengan manja
"Kan bisa main kapan aja kak, orang kita beda blok aja" ucap Kenzie sembari terkekeh pelan.
"Iyasih, tapi mas Rio tetep engga ijinin kakak main ke rumah mommy daddy kalau sendirian semenjak hamil besar"
"Iya bagus dong, tandanya suami kamu khawatir dan peduli sama kamu"
Aurel pun mengangguk membenarkan, lalu memeluk sang daddy dari samping dengan erat.
"Mommy kemana dad?" tanya Aurel celingukan mencari sang mommy
"Ada, lagi sama bunda Rio nyiapin makanan buat yang bantu-bantu" jawab Kenzie sembari mengusap-ngusap punggul Al yang sepertinya mengantuk.
"El masih les dad?"
"Iya tadi whastApp daddy katanya baru keluar dari kelas, nanti langsung kesini kok"
"Oke deh kangen sama El si kalem" jawab Aurel sembari cekikikan
"Rio mana kak? kok engga keliatan sejak daddy kesini"
"Tadi kakak minta beliin cendol dad" jawab Aurel dengan cengirannya.
"Ada-ada aja kamu malem-malem gini mau cendol"
"Ya gimana lagi dad maunya cucuk daddy" ucap Aurel sembari mengelus perut buncitnya.
Tak lama dari arah pintu Rio datang dengan membawa satu bungkus plastik ditangannya, yang sudah Aurel pastikan berisi cendol kemauan si adek kecil.
"Dad udah lama?" sapa Rio ramah dengan menyalimi tangan sang mertua
"Belum lama kok, tadi daddy ada meeting dulusoalnya"
"Al tidur dad?" tanya Rio kembali
"Iya ngantuk kayanya, dari tadi ga tidur siang"
"Tidurin di kamar aja dad kesian" ucap Rio
"Iya daddy tidurin Al dulu ya, takut rewel kalau ke ganggu lagi" pamit Kenzie.
Setelah Kenzie pergi Rio pun segera duduk di samping Aurel yang kini tengah cemberut kepadanya.
"Kenapa?" tanya Rio bingung
"Mas lamaaaaaaa"
"Kan saya harus nyari dulu, ini aja dua porsi terakhir kata penjualnya. Untung saya kebagian" curhat Rio
"Mau minum sekarang?" tanya Rio
"Iyalah masa besok" sewot Aurel
"Yaa sabar, saya kan cuma nanya" cibir Rio pelan, lalu pergi ke dapur untuk membawa gelas
Setelah mengambil gelas, Rio pun duduk kembali di samping Aurel.
"Nih" ucap Rio sembari menyodorkan gelas yang telah berisi cendol
"Makasih mas"
"Hm, setelah itu tetep minum susu terus tidur. Udah jam setengah sepuluh" ujar Rio mengingatkan.
"Iya tapi sama mas temenin"
"Gaenak sama yang lain dong Yel, masa saya enak-enak tidur yang lain pada nyiapin acara kita" ucap Rio berusaha membuat Aurel mengerti.
"Apa bedanya sama aku" ucap Aurel dengan sendu.
"Kan beda sayang, kamu lagi hamil aku kan engga" ucap Rio berusaha sabar.
"Yaudah, saya temenin ke atas sampai kamu tidur. Habis itu saya kebawah lagi bantuin daddy sama ayah pasang tenda ya"
"Iya, tapi puk-pukin aku dulu. Pokonya awas jangan ditinggal sampe aku nyenyak bobo" ancam Aurel garang
Rio pun hanya menghela nafas lelah, kenapa bawel sekali istrinya ini.
"Iya, yaudah ayok" ajak Rio sembari membantu Aurel berdiri.
"Mau bilang dulu ke mommy sama bunda mas" cegah Aurel saat akan menaiki tangga
"Nanti aja saya bilangin kamu tidur"
"Oke deh" ucap Aurel setuju dan mulai menaiki tangga dengan Rio yang merangkul pinggang Aurel.