.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Iya phi, aku baru sampai apartemen, mau mandi lalu bersiap untuk pemotretan."
Seorang pemuda manis duduk di kursi yang ada di depan apartemennya, melepaskan sepatunya sebelum akhirnya beranjak masuk setelah menekan password di pintu.Managermu akan menjemput bukan?
Terdengar tanya di ujung sambungan telepon."Iya, satu jam lagi aku dijemput."
Baiklah, sampai bertemu besok Saint.
"Dadah."
Pemuda yang dipanggil Saint menjawab sebelum menyimpan ponselnya ke saku celananya.Dia meletakkan sepatunya di rak dan baru hendak menjangkau sandal rumahnya ketika tiba-tiba ada yang menerobos masuk membuatnya tersungkur dengan hidung mencium lantai.
"Ahhhhhhh.."
Jeritnya kesakitan,dia bangun seraya menekap hidungnya yang mengeluarkan cairan amis.Pemuda itu sontak gemetaran melihat tangannya penuh cairan berwarna merah.
Rasa pusing dan mual segera melandanya."Mae..."
Ujarnya pelan sebelum kembali jatuh terkulai,kesadarannya menghilang.
Sebuah lengan kekar menahan tubuh lemas itu hingga Saint tidak mencium lantai lagi."Huh, dia pingsan?
Bagaimana ini?"
Pemuda tampan yang tadi menerobos masuk berucap bingung, namun kemudian dengan sigap mengangkat tubuh pemuda manis itu dan memindahkannya ke sofa sebelum buru - buru menutup pintu apartemen itu."Kenapa pingsan?
Dia toh hanya tersungkur.
Apa hidungnya patah?"
Pemuda itu memeriksa hidung Saint."Sepertinya tidak, hanya berdarah.
Apa dia trauma dengan darah?"
Dimiringkannya wajah manis itu supaya darahnya tidak masuk ke tenggorokannya, lalu matanya memindai apartemen itu.Alis tebalnya mengerut ketika melihat warna dinding dan benda-benda yang menghiasi ruang tamu apartemen itu.
Kenapa manis sekali?
Dia laki-laki bukan?
Atau .... Jangan - jangan dia gadis tomboy?
Batinnya.Mata tajamnya menelusuri bagian dada pemuda yang pingsan itu.
Dadanya agak montok.
Pikirnya."Maaf aku harus melakukan ini."
Bisiknya pelan.Tangannya meraba dada itu, mencari penutup dada.
"Tidak pakai BH,berarti benar dia laki-laki."
Matanya kemudian melirik ke celana yang dikenakan oleh pemuda itu.
"Ada gundukan biarpun tidak tinggi, pasti laki-laki."
Putusnya.Matanya kembali memeriksa ruangan itu.
"Ahhh untung ada."
Ujarnya girang saat menemukan kotak tisu.Perlahan dia membersihkan darah yang masih mengalir dari hidung bangir itu, tak lupa kedua telapak tangannya yang terkena darah juga, setelahnya dia mencari wastafel, membasahi handuk kecil yang ditemukannya di rak depan kamar mandi dengan air hangat lalu kembali membersihkan bekas mimisan itu hingga bersih.
Tak lupa dia mengepel lantai yang bernoda darah, karena dia menduga pemuda manis yang diseruduknya itu pobia darah.Setelah membetulkan posisi tubuh pemuda itu, dia kemudian beranjak menuju ke kamar.
"Maaf, aku hanya akan mengambil baju ganti karena bajumu ada noda darah."
Ucapnya di depan pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Short Story About Perth Saint
Fiksi PenggemarKumpulan cerita pendek,ada yang one shoot,ada juga yang two shoot