"P'Saint!!"
"P'Saint!"
"P'SAINT!"
"Hah!!"
Saint terlonjak mendengar suara teriakan memanggil namanya. Pemuda yang sedang berjalan terburu - buru itu otomatis mengerem langkahnya, lalu berbalik ke arah dari mana suara teriakan itu berasal.
"P'Saint ... hah ... hah ... hah ... hah ..." Orang yang memanggil namanya tadi membungkukkan tubuhnya sambil menepuk - nepuk dadanya yang kekurangan oksigen karena berlarian kesana kemari mencari Saint.
"Ada apa?" Tanya Saint datar.
"Tunggu dulu.. hah ...hah ... hah.."
Pemuda yang mengejarnya masih terengah - engah mengais napas.Saint menunggu,sesekali dia melirik arlojinya,dia benar-benar sedang dikejar waktu.
"Perth--"
Saint mendengus malas.
"Aku tidak ingin mendengar apapun lagi tentang dia." Pemuda manis itu memotong dingin.
"Tapi--"
"Dia sudah menjadi urusanmu bukan? Jangan libatkan aku dalam urusan kalian,aku pergi." Saint tidak memberi kesempatan kepada pemuda itu untuk mengatakan apapun yang ingin dikatakannya, dijinjingnya tasnya lalu bergegas pergi dari situ.
"P'Saint.... kenapa tidak mau mendengarkan kata - kataku? Ini tidak seperti dugaanmu." Keluh pemuda mungil berambut ikal itu. Ditahannya lengan Saint.
Saint mengerutkan dahinya, menatap tangan putih yang menahan lengannya.
Pemuda satunya otomatis melepaskan cekalannya dengan raut berubah pasi.
"Terserah aku mau berpikir bagaimana, yang jelas aku sudah tidak ingin membuang waktuku untuk orang yang sudah tidak memikirkan aku. Lebih baik aku memikirkan urusanku sendiri."
Saint kembali melangkahkan kakinya.
"P'Saint--"
Saint mengangkat tangannya.
"Cukup! Hentikan ini,aku heran padamu! Bukankah ini yang kau inginkan? Dekat dengan Perth? Sekarang sudah terkabul bukan? Aku sudah menyerahkan Perth untukmu! Lalu apalagi? Aku tidak boleh bertemu dengan Perth? Tenang saja! Aku tidak akan bertemu lagi dengannya! Sudah! Jangan ganggu aku! Aku harus bertemu dosen pembimbingku! Atau.... kau juga ingin menggagalkan pendidikanku?" Saint memicingkan matanya,menatap tajam pemuda yang lebih kecil darinya itu.
Si adik tingkat mengangkat kedua tangan sambil menggeleng ribut.
"Ya sudah! Jangan ganggu aku lagi!"
Kali ini si adik tingkat tidak mencoba menghalangi langkah sepasang kaki jenjang milik Saint, dia terduduk lemas di bangku yang terletak di dekatnya. Ditatapnya Saint yang melangkah cepat menuju lift yang akan membawanya ke ruang dosen.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Short Story About Perth Saint
Fiksi PenggemarKumpulan cerita pendek,ada yang one shoot,ada juga yang two shoot