08.

1 0 0
                                    

Selepas kepergian Elvan dan yang lainnya kini Revan dan Rifki menatap Dzan menuntut untuk bercerita.

"Jadi apa permasalahannya ?"tanya Rifki membuat Dzan memalingkan wajahnya sambil mengepalkan kedua tangannya di meja.

"ata jauhin gue setelah gue liat dia habis jalan bareng dia"balasnya membuat Rifki langsung menoleh pada Revan yang terdiam.

"terus ?"tanya Rifki menatap kembali pada Dzan.

"gue nyamperin dia ke kamarnya kayak biasa pas dia dateng gue langsung ngomongin kalo mereka itu gak cocok kalo sifat dia itu lebih ke posesif, tapi ata malah balik marah ke gue kalo semua itu hak dia tapi gue tetep gak mau dia tertekan nantinya tapi ata malah nyuruh gue buat ijin dulu kalo mau masuk,gue gak terima kenapa gak dari dulu kalo emang keinginan dia tapi ini setelah jalan dan deket dia eh dia baru ngomong"lanjutnya sambil menunduk.

"Positif thgking aja mungkin dia butuh privasi"sahut Rifki namun Dzan menggelengkan kepalanya tak setuju.

"gak ini pasti ulah dia,semua karna dia sialan"marahnya.

"yaudah mending lo tanya aja sendiri sama orangnya"usul Revan membuat keduanya menoleh secara bersamaan.

"ide bagus"sahut Rifki.

Namun sebelum Dzan menjawab suara telpon berbunyi membuat mereka teralihkan dan melihat ada nomor ata yang tertera di hp milik Revan membuat ia langsung mengangkatnya.

"Hallo ta ?" .

"Van lo dimana ?".

"di warung, kenapa ?".

"oh,disitu ada zan gak ?"

"ada ta".

"tolong bilangin boleh ?".

"boleh".

"bilangin suruh pulang gue tungguin".

"oke nanti disampain".

"makasih van,gue tutup dulu".

"sama sama".

Tutt tuttt tutt.

Revan menatap ponselnya yang mati lalu menatap Zan. "kata ata pulang dia nungguin lo" beritahunya membuat Dzan sontak berdiri.

"yaudah gue pulang dulu" pamitnya lalu pergi meninggalakn mereka.

Melihat Dzan yang sudah menjauh Rifki menoleh menatap Revan yang kini asik menatap kepergian Dzan dengan datar. "lo oke kan ?"tanyanya membuat si empu menoleh lalu kembali menatap jalanan di depannya.

"lo tau gue Rif"balasnya acuh.

"lo punya saingan selain Dikky"paparnya.

Mendengar itu sontak Revan terkekeh. "segala sesuatu pasti ada pesaingnya entah itu teman,keluarga ataupun orang lain"balasnya.

"Tidak seru kalo sesuatu tidak apa saingannya terlebih orang yang kita tuju adalah sesuatu yang berharga"lanjutnya.

"yah, barang berkelas memang banyak peminatnya namun susah mendapatkannya"sahut Rifki sambil terkekeh.

Zona Batas🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang