{05}

40 8 0
                                    

Chapter 05 – "Aku Takut"

"Takut itu normal, tapi kamu juga harus berani. Jangan jadikan kelemahanmu, kekuatan orang lain."
~•••~

︎•▪︎•▪︎


"Roy!! Hujan besar, Royy!!" Teriak Michelle panik.


Royce yang tadinya sedang fokus dengan tugas di laptop nya, langsung melihat ke arah wajah panik Michelle dan pergi berlari ke kamar Rachel. Michelle yang masih panik langsung mengikuti Royce, begitu melihat Royce berlari mendahului nya.

***

Tiba di tengah tangga, tiba-tiba saja rumah yang tadinya terang benderang, langsung gelap gulita. Walau minim pencahayaan, Royce yang sudah hafal rumahnya masih saja berlari sambil mencoba mengambil handphone yang ada dalam kantongnya.

Sementara Michelle yang berada di belakang Royce hanya bisa mengeluh dan langsung menyalakan lampu dari handphone yang sedang berada dalam genggamannya. Begitu dia mengarahkan lampu kedepannya, hanya bayang Royce yang sudah di ujung tangga yang dia tangkap.

***

Rachel semakin ketakutan dengan suara hujan yang besar di luar kamar, serta ruangan yang begitu gelap. Membuatnya seolah tak bisa lagi untuk bernapas.

Rachel memeluk erat badannya sambil mengharapkan adanya keajaiban yang membuat dia keluar dari situasi ini.

"Bundaaa hikss.. bund–daa.. Ar–raa takut..." Rachel semakin menundukkan kepala, menutupi telinganya begitu mendengar suara hujan yang semakin besar dan petir yang saling menyambar.

BRAAK!!

"Araa! Araaa.."

Royce langsung melihat ke arah balkon yang terbuka, memperdengarkan suara hujan dan petir. Dia langsung berlari ke pintu balkon dan langsung menutup nya, pun dengan gorden yang sedikit basah terkena cipratan air.


Begitu berbalik, dia mendapati Michelle tengah memeluk tubuh sang adik yang sudah penuh dengan keringat.

***

23.00

Royce dan Michelle berpindah ke kamar Michelle, Rachel masih saja dalam tidur nya. Bahkan setelah di pindah ke lantai bawah. Lampu yang tadi gelap, sekarang sudah kembali menyala. Berkat Royce yang marah pada penjaga rumah yang lupa menyalakan cadangan listrik, supaya rumah mereka tetap menyala.

Walau belum bangun, ntah kenapa tubuh Rachel masih berkeringat banyak, sekarang badannya malah ikut panas. Hal itu membuat Royce semakin khawatir, ntah lah ilmu kedokteran nya seperti tertutup kabut karena saking khawatirnya. Michelle yang sebenarnya juga khawatir, mencoba menjadi paling tenang, mengingat dia yang paling besar dirumah itu.

"Kak, kenapa Ara belum bangun juga siih?? Dia gak kenapa napa kan?" Ucap Royce cepat.

"Roy, tenang, ya? Kamu balik ke kamer san—

"Mana bisa aku tenang, kak! Kalo Ara ajah belum buka mata gitu!" Marah Royce.

"Huft.. kakak tau, kamu khawatir. Tapi biarin kakak ajah ya yang jaga. Kamu balik ke kamar, ya? Kamu gak percaya ama kakak?" Ucap Michelle lembut, mencoba sabar.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang