{15}

11 3 0
                                    

Chapter 15 – "Kenapa dia bisa disini?"

"Ketika bulan sabit bersinar dan seolah tersenyum, kenapa aku justru terlihat muram dan tak berseri?"
~•••~


▪︎•▪︎•▪︎

Lukas tersenyum gemas ke arah Yuki, menyetujui ucapan gadis kesayangan disamping nya itu, tentang menyebalkannya pelajaran menghitung di pagi hari ini disetiap minggunya.

"Lagian, sapa suruh dah, masuk IPA anjir, padahal nggak suka ngitung. Bilang mo masuk IPS terus napa tiba-tiba ada dikelas IPA dah. Mana ama gua lagi kelasnya." Tawa Rachel, menatap pasangan itu antara gemas dan ngakak.

"Mamah yang suruh." Jawab Yuki dengan raut cemberut. "Lagian, lu juga ngambilnya IPA, ntar kalo gua masuknya IPS, lu sama siapa, kasihan gua mah. Soalnya gue juga dapet ramal katanya lu nggak sekelas ama Mark. Jadi, gue pindah ke IPA deh, gitu." Jelas Yuki ngawur.

"Halah, bacot anjay. Bilang ajah, lu ragu bakal bisa punya temen selain gua, kan? Gua mah bisa kali idup tanpa lu juga." Canda Rachel.

"Dih, jahat." Yuki semakin menekuk bibirnya, tak puas dengan jawaban Rachel, yang justru membuat yang lain semakin tertawa dibuatnya.

"Iya, biarin ajah. Ada aku ko, yang nggak bisa hidup tanpa kamu say," ujar Lukas, memeluk badan kecil Yuki dalam badannya yang besar. "Bohong Rachel tuh, mana bisa dia hidup tanpa ada orang yang ingetin dia soal tugas tuh beb." Lanjut Lukas memojokan Rachel yang sering kali terlupa akan tugasnya, jika saja Yuki tidak mengingatkannya.

"Ohohoo.. Savage man." Mark tergelak, bahkan sampai menepuk keras meja kantin. Rachel yang disindir, hanya tersenyum  menanggapi ucapan Lukas yang memang benar adanya. Jay yang bersama mereka juga turut tertawa, apalagi melihat Rachel yang tersenyum disampingnya.

"Iya beb, mana bisa sii aku hidup tanpa di ingetin tugas sama kamu." Rachel menggoda Yuki dengan raut wajah pura-pura memelas.

"Apaan bab, beb. Itu panggilan kesayangan punya gue anjir." Tukas Lukas cepat.

"Eh, lupa ada pawangnya, sorry bang." Rachel menangkupkan tangannya, meminta maaf.

Lalu mereka kembali tertawa gaje. Bahkan Yuki yang awalnya tengah ngambek pun ikut tertawa bersama mereka. Jay yang juga sudah mulai terbiasa dengan mereka pun akhirnya nyambung dengan setiap jokes yang ada di meja itu.

"Guys, please. You better stop it, capek njir ketawanya." Ungkap Mark yang sedari tadi sibuk menertawai segala hal.

Rachel sampai terengah-engah karena lelah tertawa. Lalu, dia memberi isyarat mengunci mulutnya sebagai tanda bahwa dia akan menutup mulutnya.

"Udah ah, gerah gua lama-lama gegara ketawa mulu." Celetuk Yuki, mengibaskan wajahnya yang memerah dengan tangannya. Tak lama, Lukas menyodorkan kipas elektrik ke arah Yuki.

"Duh, yang punya dunia ajah deh. Kita mah ngontrak doang." Ucap Rachel, melihat kelakuan dua pasangan didepannya.

"Bacot lu, makanya punya cowo. Yang peka itu paling penting." Yuki menimpali sambil menerbangkan tisu ke arah Rachel, yang dengan mudah ditangkap Rachel.

"Wlee.. ndak kena!" Ejek Rachel.

Yuki hendak melempar bulatan tisu menuju Rachel, sebelum akhirnya tertahan karena Lukas sudah lebih dulu menahannya dengan menyuapinya makanan. Dengan suapan Lukas yang memenuhi mulutnya, Yuki masih saja merutuki Rachel yang duduk didepannya.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang