"Perut kamu udah semakin besar, apa nggak papa kamu makan yang pedas-pedas?" tanya Aida mengkhawatirkan kondisi kandungan Fitri. Setelah semalam Fitri merengek minta ditemani makan seblak, yang katanya ngidam kini bumil itu merengek meminta kepastian.
Semalam Fitri menelfon Aida, menangis-nangis sambil bercerita bahwa sore ini Udin akan pergi keluar kota selama tiga hari. Bukan cuma itu, Fitri juga sudah meminta maaf soal mulutnya yang telah mempermalukan Aida tempo hari lalu. Mereka berbaikkan semalam, berbicara banyak sampai Fitri dimarahi Udin karena ketahuan belum tidur. Semalam Fitri juga sempat merengek meminta ditemani makan seblak tapi Aida masih belum mengiyakan, karena Aida khawatir pada kandungan sahabatnya.
"Nggak papa, ini dede bayinya yang minta." bujuk Fitri memelas.
"Orang ibuknya yang mau kok dedenya yang difitnah." sinis Aida. Sebenarnya Aida tidak begitu percaya dengan istilah ngidam. Menurut Aida keinginan itu selalu ada, bukan hanya diibu hamil saja. Biasanya malam-malam Aida juga ingin jagung bakar, apa itu bisa dinamakan ngidam? Itu hanyalah naluri seorang manusia namun dibesar-besarkan ketika manusia itu tengah mengandung. Katanya bayinyalah yang minta, padahal tidak. Kasihan, belum juga lahir sudah difitnah oleh ibunya sendiri.
"Iya-iya besok aku temenin, tapi kamu makan yang level satu aja ya?!"
"Aaaa Aida, kamu baik banget." Fitri memeluk Aida sok dramatis. Aida hanya bisa diam dan pasrah. Dari dulu Fitri memang seperti ini. Tapi Aida sangat menyayanyi Fitri.
Selang beberapa menit akhirnya mobil putih yang tengah mereka nanti-nanti datang juga. Mobil beroda empat itu berhenti tepat didepan mereka.
"Aku pulang dulu ya? Kamu hati-hati bawa motornya, jangan ngebut-ngebut." pesan Fitri sebelum masuk kedalam mobil.
"Assalamualaikum." ucapnya sambil melambaikan tangan.
"Waalaikum salam." jawab Aida balas melambaikan tangan. Helaan napas lega terdengar jelas setelah kepergian mobil putih itu.
Rasanya lega sekali, entah kenapa, padahal Fitri bukanlah beban hidup Aida tapi entah kenapa setelah Fitri pergi Aida merasa sangat lega.
Aida berlalu santai menuju motornya. Memakai helmnya dan mulai memundurkan motornya. Sebelum berangkat Aida memeriksa tasnya terlebih dahulu. Memastikan bahwa uang yang tadi pagi dia masukkan dalam tas tidak hilang. Setelah memastikan uangnya masih ada Aida mulai menyalakan mesin motornya.
"Eh?" Aida terkejut sekaligus bingung karena mesin motornya tidak kunjung menyala. Kenapa? Kemarin Aida sudah mengisi bensinnya full. Tidak mungkin habis kan? Atau mungkin bocor? Aida menunduk mencari cairan yang mungkin keluar dari motornya. Tidak ada, semuanya baik-baik saja. Lalu kenapa?
Berkali-kali Aida berusaha untuk menghidupkan mesin motornya namun masih tetap sama. Hanya terdengar suara mesin yang menaruh harapan lalu kembali lenyap begitu saja seperti dia, canda dia.
Akhirnya Aida turun, menatap motor scopynya dengan tatapan aneh. Mengamatinya sampai malam pun rasanya percuma, Aida tidak tau apa-apa soal motor kecuali mengendarai dan mengisi bensin.
"Terus gimana?" Aida mengeluh putus asa. Dia mengamati sekitar namun tidak menemukan seseorang yang dikenalnya. Fitri? Ya, Udin pasti bisa membantu. Semoga saja dia belum berangkat keluar kota seperti yang Fitri curhatkan semalam.
"FITRIII" Aida langsung merengek, melupakan salamnya.
"Kenapa si da? Nggak usah teriak, salam juga enggak."
"Assalamualaikum."
"Telat."
"Kan aku udah salam." balas Aida bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffriii
RomanceKisah cinta antara bidadari surga dan iblis yang duduk diperbatasan. Dipinang oleh lelaki paham agama adalah impian semua wanita, namun itu tidak berlaku pada Aida. Aida Rosyada gadis bercadar yang disukai dan dilamar ustadnya sendiri. Dipaksa sang...