12. Gadis Kecil

4 1 0
                                    

"Umiiiii" Aida memanggil keras sambil berlari dari kamar sang kakak menghampiri umi yang tengah menyapu diteras rumah.

"Kenapa?"

"Kak Yusuf udah berangkat ya?!"

"Belum, ini mobilnya masih ada." jawabnya. Aida diam lama mengira-ngira kemana kakaknya bersembunyi?

Berlari masuk, mengecek setiap sudut ruangan namun masih tidak menemukan sosok yang dirinya cari. Aida kembali masuk kekamar Yusuf.

"Aku ambil aja uangnya, izinnya nanti." gumannya dalam hati mengambil selembar uang berwarna biru yang tergeletak mengenaskan diatas meja.

Tepat disaat Aida berbalik, sosok penghuni kamar sudah berdiri diambang pintu. Aida berlari menghampirinya dengan senyuman mengembang dilihat dari matanya yang menyipit.

"Kak uangnya buat Aida ya?!" mohonnya memelas.

"Uang apa?" tanya Yusuf yang masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan adiknya ini.

"Uang yang diatas meja itu." Aida menunjukkan selembar uang lima puluh ribu itu pada sang kakak.

"Mau kamu buat apa?"

"Buat ganti uang temen." kening Yusuf mengerut, "kan kemarin udah kakak kasih. 170 kan?"

"Iya, masalahnya uangnya Aida pake buat beli makan kucing." Yusuf menghela napas. Sudah menjadi kebiasaan adiknya, memakai uang tidak sesuai tujuan pertama.

"Kemarin uangnya kakak kasih buat apa? Kenapa Aida pakai buat beli makan kucing."

"Ya nggak kenapa-napa, emang nggak boleh? Jefri kan juga butuh makan."

"Aida, ini namanya amanah. Kamu nggak bisa seenaknya kaya gitu." nasihat Yusuf.

"Maaf." ucap Aida merasa bersalah. Sebenarnya Yusuf tidak masalah dengan uang lima puluh yang akan adiknya ambil, Yusuf hanya tidak suka cara dia menggunakan uang tidak sesuai pesannya.

"Jangan diulangi lagi ya?!" Aida mengangguk patuh. Yusuf mengeluarkan dompetnya dari dalam saku lalu memberi adiknya sejumlah uang lagi. Aida menatap Yusuf tidak mengerti.

"Ini uangnya untuk apa?"

"Terserah mau kamu pakai buat apa." manik Aida langsung membinar. Pas sekali, setelah matkul selesai nanti, Aida akan akan pergi makan seblak dengan Fitri, Aida bisa menaktir sahabat buntingnya itu.

"Aaaa makasih kak Yusuf, kakak ganteng banget hari ini." Yusuf tertawa sedih. Hanya ketika diberi uang adiknya ini mau mengakui kegantengan seorang Yusuf.

Tidak ingin berlama-lama lagi Aida langsung mengacir keluar. "Heh cium tangan dulu." baru saja sampai diambang pintu Aida langsung berbalik badan dan mencium punggung tangan kakaknya penuh semangat.

"Umi Aida berangkat." tak lupa Aida juga mencium tangan umi.

"Helmnya." ucap Yusuf menyambar helm yang masih tertinggal diatas meja. Aida menyengir lebar menerima helmnya yang nyaris tertinggal.

"Semangat banget sampai lupa helm, punya pacar ya?!" goda umi melihat putrinya yang pagi ini sangat antusias. Yusuf langsung melirik umi waspada, namun nampaknya wanita itu hanya bercanda. Walapun hanya sekedar candaan, kalimat yang keluar dari mulut uminya bukanlah sembarang kalimat. Biasanya merupakan sebuah tanda.

"Aaa umi tau aja." Yusuf langsung melotot pada Aida.

"Apa si kak, Aida bercanda tau." balas Aida merasa terintimidasi dengan tatapan itu.

Yusuf hanya diam berusaha mencerna ini semua. Tingkah adiknya sedari kemarin memang aneh, dia terlihat sangat senang dan antusias. Apa benar adiknya mempunyai pacar? Ah tidak mungkin.

JeffriiiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang