Bab 2 = The Midnight Walker

185 55 10
                                    

Hwang Hyunjin
1 hari

"Pembunuhnya disebut The Midnight Walker

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pembunuhnya disebut The Midnight Walker." ucap Lino kepadaku. Bukannya aku tidak mendengar, yang aku lakukan hanyalah mencatat materi dikarenakan pengemis kembali ke rumah tempat kami menginap. Dia menceritakan bahwa aku bisa mengajar hari ini, dan sial sekali aku tidak bisa menolaknya.

Kini aku hanya mengambil sisi positifnya bahwa anak-anak itu akan mendapat ilmu yang tidak didapat oleh orang-orang yang tumbuh di sekitar desa ini.

"The Midnight Walker? Apa karena Nishimura Riki dibunuh malam-malam? Ada yang tau mukanya gimana?" tanyaku.

"Belum, bahkan kepala desa aja susah cari tau muka Niki. Mungkin anaknya introvert,"

"Hah? Kepala desa gak tau? Niki ini Nishimura Riki?" tanyaku. Tentu saja aku bertanya karena mayoritas nama Niki itu perempuan, dan kebetulan singkatan dari Nishimura Riki adalah Niki bagiku, jadi bisa saja pikiran kami sama dan Lino mengangguki pertanyaanku.

Dan ekspetasiku benar, dia mengangguki pertanyaanku.

"Niki...Nishimura Riki, elu ngapain?" Lino mengintip ke arah catatanku. Aku langsung menutup catatanku dan memasukannya ke dalam tas. "Bukan apa-apa, cuma catatan buat ngajar anak TK disini," jawabku. Mata Lino terbelalak kaget, terlebih lagi aku berdiri dan menenteng tasku.

"Yang bener? Apa kagak mau daki gunung aja?" tawarnya. Aku menggelengkan kepalaku. Melihat reaksi pengemis kemarin saja sudah membuat reputasiku terancam. Apalagi jika menolak permintaan dari pengemis. Hancur sudah reputasiku di desa ini.

"Habis ngajar aja, lu mau makan apa? Biar gua beli pas gua pulang ngajar," tawarku. Lino membuka resleting tasnya mengambil berkas-berkas pembunuhan.

"Apa aja yang mending bisa dimakan," jawabnya. Aku mengangguk. Tanpa pamit aku keluar dari rumah tempat kami inapi dan berjalan menuju TK.

Aku tidak mudah lupa kok. Aku juga mencatat alamat TK jadi tidak mungkin aku tersesat (selain pengemis menjebakku memberikan alamat palsu). Namun, di saat aku keluar dari pintu, hal yang pertama aku lihat adalah bayangan seorang lelaki pakaian kumuh di sebrang jalan.

Apakah aku harus telusuri? Atau aku berjalan saja mengajar anak-anak yang menjadi tanggung jawabku untuk sementara.

"Ganteng kok bengong?" tanya seorang wanita yang ada di belakangku. Aku langsung menoleh ke arah sumber suara. Wanita ini terbilang tinggi, bahkan mungkin hanya berbeda 7cm dariku.

"Eh?"

"Tadi bengong liatin jalan aja," ucapnya. Aku kembali melihat ke arah jejalanan yang menjadi fokus sementaraku, lalu aku kembali menatap wanita tinggi ini. "Haha iya bingung soalnya baru pertama kali nginjak di desa ini,"

Wanita tinggi mengangguk, "Oh detektif sama Guru TK ya. Nama aku Huh Yunjin, Kamu Detektif atau Guru TK?" tanyanya.

"Guru TK,"

DESA KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang