Sunghoon dan kedua orang tuanya membawamu ke sebuah rumah sakit untuk mengobati luka di sekujur tubuhmu. Tak banyak pertanyaan yang mereka lontarkan, apalagi setelah menyadari keadaan fisik dan mentalmu yang semakin kacau setelah dijemput paksa oleh kekasihmu.
Sunghoon hanya bisa menggenggam tanganmu, berharap dapat memberikan perasaan aman dan nyaman untukmu, namun kamu hanya terus memandang kosong ke arah luar jendela mobil. Air mata masih mengalir membasahi wajahmu, teringat saat Jay menciptakan banyak sekali rasa sakit di tubuhmu.
Kamu bahkan sampai tak menyadari ajakan yang ibu Sunghoon berikan padamu, "Sudah sampai, ayo turun, sayang". Wanita itu telah membuka pintu mobil di sampingmu untuk mengajakmu turun.
Dengan bantuan Sunghoon dan ibunya, kamu masuki UGD rumah sakit tersebut, sempat mengejutkan beberapa perawat atas kondisi tubuhmu yang mereka kira habis mengalami kecelakaan. "Kecelakaan ya? Silahkan berbaring disini." perawat itu mengambil alih tubuhmu untuk menuntun mu berbaring di atas ranjang rumah sakit. Ibu Sunghoon sempat menjelaskan pada seorang dokter mengenai kondisi tubuhmu selepas penjemputan paksa yang Jay lakukan. Setelah mengetahui alasan dari luka tersebut, dokter langsung memeriksa kondisi tubuh dan luka di wajahmu.
Kamu mengalami pusing yang hebat setelah kepalamu membentur dashboard mobil, kondisi tubuhmu juga tak kunjung membaik, kamu begitu lemas dan mudah lelah padahal tak melakukan pekerjaan yang berat. Dokter sempat menanyakan, apakah kamu kehilangan banyak darah akibat luka di tubuhmu, setelah itu baru ia bisa menyimpulkan, "Luka di pelipis kanannya harus dijahit dan sepertinya mba ini kehilangan banyak darah. Kami periksa dulu kondisinya, jika diperlukan akan kami lakukan transfusi darah." jelas dokter tersebut pada Sunghoon. Transfusi darah? Kini Sunghoon sadar betapa tidak baik-baiknya kondisi tubuhmu, namun kamu masih bisa memberikan senyuman manis untuk lelaki itu. Seolah ingin meyakinkan, kalau semua akan baik-baik saja.
Saat perawat dan dokter yang mengobati lukamu pergi untuk mengambil perlengkapan menjahit luka, kamu minta Sunghoon untuk menggenggam tanganmu seraya mengatakan, "Tadi, aku berencana bunuh diri setelah keluar dari ruang interogasi, tapi setelah melihat keberadaanmu dan kedua orang tuamu. Aku jadi mengurungkan niat itu". Kamu berkata jujur dengan senyuman yang terukir indah di wajahmu. Tanpa Sunghoon sadari, matanya berkaca-kaca dengan ekspresi wajah yang langsung berubah menjadi sedih. Awalnya, lelaki itu berusaha terlihat kuat di hadapanmu, namun setelah mendengar niatmu tersebut, Sunghoon tak bisa lagi menahan kesedihannya.
"Jangan berpikiran seperti itu. Kamu bilang, ingin foto wisuda bersamaku, ayo kita wujudkan!" bujuk Sunghoon sukses memecah tawamu penuh kesedihan, "Masih berlaku ga ya ijasahku setelah banyak sekali hal buruk yang aku lalui?" tanyamu, semakin membuat Sunghoon tak habis pikir.
"Masih dong, apalagi jika kamu melamarnya sebagai pendamping hidupku, tak perlu ijasah, hanya berikan aku kepercayaan, maka akan aku pertanggung jawabkan hingga akhir hayat kita." tawamu kembali pecah setelah mendengar gombalan dari sahabatmu tersebut. Tak berselang lama, perawat itu kembali dan langsung mengambil tindakan untuk menjahit luka di pelipis kananmu.
Diam-diam, ibu dan ayah Sunghoon meminta dokter untuk melakukan visum atas kondisi tubuhmu. Mereka berniat melaporkan Jay atas tuduhan kekerasan seksual setelah melihat luka di pelipis dan lebam yang nampak jelas di lehermu. Mereka begitu prihatin atas jalan hidup yang harus kamu tempuh seorang diri, jadi mereka berniat menyelamatkanmu sebelum jatuh lebih dalam ke jurang kehancuran.
Setelah mendapatkan perawatan luka, sambil menunggu keputusan dokter untuk melakukan transfusi darah, pihak rumah sakit memindahkan mu ke sebuah kamar rawat inap. Ibu dan ayah Sunghoon juga setuju atas usulan dokter yang ingin kamu mendapat perawatan intensif selama beberapa hari di rumah sakit tersebut. Mereka sempat menemanimu beberapa jam, namun setelah jam kunjung pasien berakhir, mereka percayakan Sunghoon untuk menjagamu di rumah sakit tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECSTASY
Fanfiction[🔞] "Anak manis, mengapa kau tak menuruti kata Daddy?" - Jake Sim