Chapter 1: Pesan

1.4K 192 47
                                    

+8245349******
Jay oppa☺
Aku dengar kau mengambil cuti?
Hari ini Y/n menggantikan shift di pekerjaanku.
Bisakah kita bertemu sebentar?
Kau pasti mengantarnya bekerja kan?
Please, jawab aku oppa..

Jay berdecak kesal setelah membaca sebuah pesan dari nomor yang ia kenal, hanya saja ia tak ingin menyimpan nomor tersebut dan memilih menghapus pesannya sebelum terlihat olehmu. Padahal kamu sama sekali tak pernah menganggu privasi lelaki itu, sekedar membuka handphone milik Jay saja kamu takut apalagi membaca seluruh pesan masuk di handphone kekasihmu itu. Kamu menaruh kepercayaan yang sangat besar pada pasanganmu dan tak ingin mengambil pusing atas gosip yang berkembang di sekitarnya.

Kamu tahu, Jay sempat menjual diri hanya untuk menebusmu dari Jake Sim. Kamu juga tahu kalau lelaki itu sempat menjadi kurir obat-obatan terlarang dan berbagai pekerjaan haram yang sebelumnya Jay lakukan, kamu mengetahui semuanya karena Jay sendiri yang menceritakannya. Jadi, kamu tak ingin membuat lelaki itu semakin pusing atas sikap posesifmu, padahal Jay ingin sekali merasakan hal itu darimu. Kamu cenderung membebaskan lelaki itu berteman dengan siapa saja, bahkan teman-temanmu sendiri, tanpa menyadari teman yang kamu kira sahabat baikmu sedang mengincar kekasihmu sendiri.

"Oppa, hanya sehari saja. Jangan marah yaa~" pintamu setelah mendengar decakan dari lelaki itu. Saat ini, kamu sedang duduk di samping Jay dalam bus yang membawa kalian menuju cafe tempatmu bekerja. Kamu bahkan tak berani menatap ke arah layar handphone Jay saat lelaki itu menjawab, "Oppa kesal karena banyak notifikasi tidak jelas di handphone oppa." jelas Jay sambil menunjukkan hal tersebut padamu. Kamu pun tertawa pelan, merasa salah sangka terhadap kekasihmu sendiri. "Sini, aku bantu hilangkan." kamu ambil handphone yang Jay berikan lalu membuka pengaturan untuk meniadakan banyak notifikasi tidak jelas itu. Baru kamu ingin mengembalikan handphone milik Jay lagi,

+8245349******
Oppa, jawab aku!
Aku Minju, temannya Y/n.
Masa oppa lupa?

Kamu membaca pesannya, kemudian mengembalikan handphone tersebut pada pemiliknya. Dalam hati bertanya-tanya, kenapa Minju sampai memohon seperti itu agar pesannya dibalas oleh Jay? Pantas saja, lelaki itu berdecak kasar tadi. Kamu terdiam, dipenuhi tanda tanya mengenai hubungan keduanya.

Ah, mungkin mereka ingin merencanakan sesuatu untukmu, hanya pikiran positif itu yang dapat kamu tanamkan walau ekspresi kesal tergambar jelas di wajahmu saat ini.

"Minju hanya memberitahu kalau kau akan bekerja di cafe yang sama dengannya." jelas Jay dipenuhi kebohongan. Kamu pun menoleh lalu tersenyum manis seraya mengatakan, "Iya, jawab saja oppa, mungkin dia menghubungi oppa karena aku lupa membalas pesannya." jawabmu masih berusaha berpositif thinking, kamu rogoh kantung celanamu dan tidak mendapatkan notifikasi apapun di layarnya. Bahkan, pesan yang kamu kirimkan ke Minju terakhir kali belum dibalas oleh gadis itu. Kamu merasa tak bisa lagi berpositif thinking.

Kamu hanya diam, berusaha tak merespon apapun saat Jay menggenggam tanganmu dan beeusaha menarik perhatianmu. Setelah sampai di halte tujuan kalian, buru-buru kamu ajak Jay turun dan berpamitan dengannya. "Oppa, antar sampai sini aja ya. Terima kasih telah mengantarku~" ujarmu, berusaha membuang seluruh kekesalan yang kamu rasakan walau Jay tahu benar kamu sedang berpura-pura. Baru kamu ingin melangkahkan kaki meninggalkan halte tersebut, Jay tahan tanganmu untuk bertanya,"Selesai jam berapa?".

"Aku tak tahu, nanti aku kabarin oppa. Bye~" terlihat sangat terburu-buru, namun Jay tak ingin menahanmu lagi. Setelah beberapa langkah kamu menjauh dari kekasihmu, Jay langsung melakukan panggilan suara dengan nomor dari sahabatmu tersebut. Tak perlu menunggu lama, panggilan tersebut langsung Minju angkat dengan nada suara yang sengaja di imut-imutkan.

"Akhirnya-" Belum selesai gadis itu berbicara, Jay langsung membentak dengan suara yang keras hingga menarik banyak sekali perhatian dalam halte tersebut. "Berhenti mengirim ku pesan!", terdengar sangat kesal hingga urat di leher Jay terlihat dengan jelas.

"Oppa, jangan marah seperti itu dong. Oppa terlihat semakin tampan jika emosi seperti itu." entah mengapa, Jay kesal setengah mati dengan wanita yang tak lain adalah sahabatmu tersebut. Langsung ia matikan panggilan dari Minju lalu membuka room chat milikmu. Jay tahu kamu kesal, namun ia terlalu malu untuk meminta maaf dan berkata jujur atas kelakuan sahabatmu tersebut. Baru Jay tulis beberapa kata, ia langsung teringat atas kegiatan yang baru saja ingin kau lakukan. Jay tak ingin kamu tak konsen dalam melakukan pekerjaan, walaupun hanya sehari, kamu harus memberikan kesan yang baik untuk karyawan dan pelanggan cafe tersebut.

+8245349******
Oppa, aku dengar, kau juga suka menjajakan diri di club Fiesta.
Berapa? Apakah seharga tas louis vuitton?
Aku mau booking dong, untuk semalam.

Seseorang merasa kesal, tentu memiliki alasan, bukan?

TBC

Double Update?

ECSTASYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang