06. Euforia Ayu

97 21 0
                                    

Kalian mungkin tidak akan mengerti, sebahagia apa Ayu ketika Danu mencegahnya pergi bersama Joshua hari itu dan menagih janji yang pernah pemuda itu tolak sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian mungkin tidak akan mengerti, sebahagia apa Ayu ketika Danu mencegahnya pergi bersama Joshua hari itu dan menagih janji yang pernah pemuda itu tolak sebelumnya. Atau ketika Danu bilang bahwa Ayu terlihat manis dengan rambut yang dikepang.

Hari itu seolah-olah ribuan kupu-kupu tak henti berterbangan di dalam perutnya. Ayu sangat bahagia. Hingga rasanya Ayu enggan untuk turun dari sepeda milik Danu, padahal mereka sudah sampai di depan rumah Ayu.

Pun Danu banyak mematri senyum yang ternyata sangat menawan. Bagaimana bisa Ayu pernah tak mengenal pemuda ini selama hampir 2 tahun belajar di sekolah yang sama dan ruang kelas yang bahkan tak jauh jaraknya.

Mari kita lupakan sejenak kejadian tersebut dan beralih pada Rabu pagi di awal bulan Maret ini.

Hujan mengguyur atap bangunan sekolah di siang hari. Tak biasanya seperti ini, terlalu mendadak. Kantin pun menjadi lebih ramai oleh para siswa yang mengantre untuk membeli makanan, sebab perut mereka butuh asupan dan tak mungkin pergi ke depan gerbang untuk membeli gorengan gerobak atau es cekek seperti hari-hari biasanya.

Tak ada harapan untuk Ayu dan juga Nola bila memaksa ikut berdesakan di kantin. Beruntung pacar Hito itu punya beberapa coklat kacang di saku roknya untuk mengganjal perut mereka.

"Apa kita pinjem payung aja ya ke ruang guru. Gak kuat banget aku pengen siomay mas Adi di depan," keluh Ayu, memeluk perutnya yang masih meraung ingin diisi.

"Tenang, Yu. Bentar lagi makanan dateng," kata Nola.

Ayu tak mendengarkan dan berniat untuk pergi ke depan sendiri jika Nola tak mau. Tubuhnya yang baru saja bangkit dari kursi terpaksa harus jatuh lagi ketika melihat Hito masuk ke dalam kelas, disusul Danu di belakangnya.

Tak peduli Nola yang beranjak menghampiri Hito dengan antusias, yang membuatnya terpaku saat ini ialah pemuda berkacamata yang berdiri di ambang pintu sana.

"Sini, sini. Makan di sini aja, To." Nola menarik lengan pacarnya itu untuk masuk.

Ayu memberi gestur dengan tangannya supaya Danu juga ikut ke mari. Walau awalnya canggung, akhirnya Danu masuk ke dalam kelas lalu duduk di depan bangku Ayu bersama Hito.

"Basah banget jaketnya," ujar Ayu, menyadari jaket yang Danu kenakan basah setengahnya. "Kalian gak pake payung?" tanyanya.

"Pake kok," jawab Danu dan Hito berbarengan. Mata Ayu menyipit curiga saat hanya Hito yang cengengesan setelahnya.

"Biasa lah, Yu. Ada tragedi sedikit tadi."

Sudah Ayu duga. Hito memang tak pernah tak jahil, sepertinya.

"Udah, udah, mending kita makan." Nola akhirnya menengahi. "Mana batagor punyaku?"

Lupakan tentang mereka berdua. Ayu menatap dua bungkus siomay hangat di keresek Danu yang terlihat lezat itu dengan mata yang berbinar.

Ruang Rindu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang