03. Jatuh lagi

121 23 2
                                    

Bangun tidur-mandi-membereskan rumah- sarapan-menonton tv

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bangun tidur-mandi-membereskan rumah- sarapan-menonton tv. Sudah menjadi rutinitas pagi Ayu di Jepang selama setengah tahun ini.

Tak ada kegiatan di luar kecuali jika ingin dan urgent. Kalau kata Juna, 'Ayu udah kayak wibu, nolep.'

"Ayu! Tolong dong sarapanku dibekalin aja, ntar dimakan di kampus."

Suara samar Juna dari dalam kamarnya membuat Ayu menoleh. Terdengar langkah kaki yang mendekat dari arah tangga, itu Juna.

"Bukannya hari Selasa masuk agak siang?" heran Ayu. Tinggal selama setengah tahun bersama Juna membuatnya hapal kapan dan jam berapa pria itu pergi ke kampus.

"Dosen yang minta dimajuin kelasnya."

Ayu mengangguk paham. Tanpa bertanya lagi ia memasukkan sarapan Juna ke dalam kotak bekal. Tak lupa memasukkan sumpit dan sendok, serta botol air ke dalam tasnya.

"Udah?" tanya Juna di depan sana, tengah mengenakan sepatu.

"Udah."

"Tolong siniin tasnya dong,"

Ayu bersungut sebal sambil memberikan tas ransel berwarna hitam itu kepada pemiliknya. "Bawa sendiri dong!"

"Kan udah pake sepatu, nanti kamu marah lagi lantainya kotor."

Begitu sepupunya itu pamit pergi, barulah Ayu menutup pintu rumah dan pergi ke kamar. Mood paginya sedikit rusak gara-gara Juna untuk sekedar melanjutkan menonton siaran TV.  Ayu juga tak mengerti kenapa dirinya sekesal itu, padahal Juna sudah biasa merepotkan dirinya tiap pagi.

"Mungkin lagi pms," monolognya sambil menarik selimut sebatas kakinya.

Lagi-lagi pikiran itu datang, apa tujuannya datang ke Jepang selama ini? Enam bulan terakhir sebelum memesan tiket untuk tinggal bersama Juna, Ayu membulatkan tekad untuk melanjutkan S2 nya di sini. Namun saat Hito mengiriminya surat undangan acara reuni minggu lalu, entah kenapa Ayu mulai goyah.

Kalau Ayu datang ke sana, kalau benar Danu juga akan hadir, kalau perasaannya kembali meledak ketika bertemu dengan pria itu.

"Kalau aja terus, kalau," geram Ayu, frustasi.

Tak mungkin juga seorang Ajeng Rahayu meninggalkan mimpinya hanya untuk pria. Tapi mungkin saja jika pria itu Danu.

Lagi-lagi nama itu.

Sebenarnya ada satu yang menjadi pusat dari semua kegelisahannya ini. Kalau ternyata Danu juga masih sama seperti dulu, bagaimana?

Ting!

Tangan kurusnya itu meraih ponsel yang berada di atas bantal ketika suara notifikasi pesan menarik atensinya. Jantungnya serasa merosot ke perut saat itu juga, pesan itu dari Danu.

+62 849-8067-5432

| Ayu?

Ya? |

Ruang Rindu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang