01. 25 Januari, 2015

200 28 1
                                    

Januari, 2015

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Januari, 2015. Tepatnya pada tanggal 25, hari jadi sekolah yang ke-20 tahun. Seperti sudah menjadi acara wajib tiap tahunnya oleh semua warga sekolah untuk merayakan hari spesial ini.

Bendera hias membentang zigzag dari ujung ke ujung. Stand makanan yang dijual oleh murid berjejer di setiap pinggir lapang. Dan bintang utama dari acara ini, yaitu panggung yang akan menjadi puncak acara hari jadi sekolah.

Sama seperti yang lainnya, stand makanan kelas Ayu pun kedatangan banyak pembeli. Tak sedikit pula dari mereka yang datang hanya untuk menyapa Ayu setelah itu pergi ke stand sebelah.

"Fans Ayu alay banget hahaha! Masa ada yang bilang taiyaki kita kemanisan soalnya makannya sambil liatin Ayu," ujar Tendra yang mengundang gelak tawa dari teman kelasnya. Ayu menggembungkan pipi, kesal.

Entah kenapa ketika Tendra menyebut siswa laki-laki berbadan bongsor tadi dengan sebutan Fans Ayu, terdengar seperti ejekan untuknya.

Sadar Ayu tak nyaman, Nola melingkarkan lengannya di pundak temannya itu.

"Udah gerah makin gerah ya gara-gara omongan Tendra," gumam Nola, dianggukki oleh Ayu. Tendra kadang menyebalkan di satu waktu.

Perwakilan tiap kelas sudah mulai tampil di atas panggung sesuai urutan yang telah ditentukan sebelumnya. Beberapa penonton juga mulai membentuk kelompok di depan panggung untuk menyaksikan lebih dekat.

Ayu sih tak terlalu minat. Sebenarnya ia kurang suka juga dengan acara seperti ini, merepotkan. Beruntung hanya terjadi sekali selama 3 tahun bersekolah di sini. Jadi Ayu tak perlu khawatir di tahun berikutnya karena adik tingkat yang akan melakukannya.

"Cewek-cewek gantian dong, kita capek nih daritadi bolak-balikin takoyaki mulu."

Mendengar keluhan dari salah satu temannya itu membuat Ayu menoleh malas. Dengan lunglai ia pergi mendekat ke tengah menyusul Nola yang lebih dulu pergi.

"Marah deh sama Arya yang milih konsep ini." Ayu mulai menggerutu. "kenapa gak yang simple aja kayak western food? Kita cuman perlu bikin sandwich atau burger."

"Tapi pake konsep ini ada untungnya juga," timpal Nola.

"Apa?"

"Stand kita rame! Ya walau dari tadi yang datang ke kita rata-rata wibu."

Ayu tertawa dan mengangguk setuju. Entah rasa makanan buatan mereka enak atau tidak, tapi karena berlabelkan Japan Food para pecinta anime itu berhamburan datang ke mari.

"Eh, Nola!"

Baik itu Ayu maupun Nola menoleh serentak ke arah suara. Mendapati teman satu ekskulnya yang ternyata datang, Nola langsung sumringah.

"Hito! Sini-sini, beli dong jajanan kita. Murah loh, enak juga!"

Ayu perhatikan Nola dan pemuda bernama Hito itu tampak dekat. Walau terselip kalimat saling mengejek di pembicaraan mereka, tetap lucu karena Nola tak pernah terlihat sebebas itu mengobrol dengan orang lain.

"Eh, itu takoyaki nya..."

"Ya ampun!"

Terlalu fokus memerhatikan Nola sampai Ayu lupa kalau ia tengah memanggang makanan.

"Aku beli aja sayang kalau dibuang," cegah pemuda tadi ketika Ayu hendak meraih kantung plastik sampah di bawah meja.

"Oh... iya."

Ayu tiba-tiba bingung hingga tak bisa berkata apa-apa lagi selain menurut. Setelah membenahi takoyaki yang agak gosong itu, ia memberikannya pada pemuda tadi.

"Nola, aku pergi dulu ya! Mau tampil habis ini bareng dia."

Hito kemudian pergi menggaet temannya yang jangkung itu ke belakang panggung. Sebenarnya Ayu merasa bersalah ketika menerima uang hasil dari takoyaki buatannya tadi. Mungkin jika bertemu lagi dengannya Ayu akan menggantinya dengan makanan yang lain.

"Mereka mau tampil apa, La?"

"Akustik! Hito yang nyanyi, temennya yang genjreng gitar," jawab Nola, antusias.

"Mau nonton di sana gak?" tanya Nola yang sebenarnya sebuah ajakan. Namun gelengan kepala dari Ayu membuatnya cemberut.

"Nanti di sini gak ada yang jaga. Kamu aja yang ke sana."

Nola tampak berpikir sejenak. "Ya udah deh, ntar kalau Hito tampil aku ke tengah ya?"

Ayu mengangguk santai. Pandangannya mengedar, memperhatikan sekitar. Pembeli mulai sepi di siang hari, bahkan beberapa kelas lain sudah mulai berbenah karena makanan mereka habis terjual.

Lagi-lagi terlalu fokus memperhatikan yang lain, baru Ayu sadari kalau MC di atas panggung sana tengah bersuara. Melihat adanya Hito di sana membuat Ayu menoleh ke tempat Nola berada. Rupanya temannya itu sudah hilang entah ke mana.

"Tanpa nunggu lama lagi, mending kita langsung tonton penampilan mereka. Teman Hidup—Hito!"

Riuh sorak sorai penonton memenuhi lapangan. Apalagi begitu Hito mulai memasuki bagian refrain, semua penonton ikut bernyanyi.

Pemuda berkacamata tadi itu entah kenapa terlihat berbeda ketika berada di atas panggung sana. Sambil memangku gitar, kepalanya mengangguk-angguk mengikuti ketukan nada lagu yang terlihat keren di mata Ayu.

Diam-diam gadis itu mengulum senyum. Lucu rasanya secara tak langsung Ayu memujinya padahal tadi ketika pemuda itu datang ke mari, she judged him because his outfit.

Kedua sudut bibir itu terpaksa harus turun ketika pemuda itu mengangkat wajahnya. Tak sengaja hal yang pertama ia lihat adalah sosok Ayu yang berdiri kikuk di bawah stand kelasnya sambil memalingkan wajah.

Ayu berani bertaruh kalau pipinya merona sekarang.

'Ini gara-gara...'

Ya ampun, bahkan Ayu tak tahu namanya siapa!

_-_-_-_

_-_-_-_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruang Rindu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang