2| Naruto

2.2K 219 19
                                    

*Happy Reading*
.
.

Jam kosong merupakan hal yang paling menyenangkan. Aku, Kiba, Shino, Choji, Shikamaru, Sasuke, dan Garra sibuk bercanda dan tertawa.

Walaupun yang paling banyak berbicara hanyalah Aku, Garra, dan Kiba. Sebab Shikamaru sibuk membaringkan kepalanya diatas meja dan terus menguap. Lalu Sasuke dan Shino adalah kulkas hidup yang hanya menanggapi seadanya. Sedangkan Choji sibuk dengan makanannya.

Walaupun sedang berbicara dengan mereka aku jelas dapat merasakan seseorang yang tengah menatap ke arahku.

Karena penasaran aku pun menoleh kesamping. Lantas aku tersenyum tipis, ketika netra biru-ku beradu dengan netra kelabu seorang gadis disana.

Namun aku hanya dapat menelan kekecewaan ketika dia buru-buru mengalihkan pandangannya. Memutuskan kontak mata diantara kami.

Sudut hatiku tercubit. Terasa sakit, ketika dia mengalihkan pandangannya. Senyum lebar-ku seketika luntur.

Hatiku makin terasa sakit ketika melihat wajah merona miliknya. Manik kelabu itu kini tengah bersitatap dengan manik biru milik Toneri; murid pindahan, yang baru masuk ke kelas kami dua hari lalu.

Aku benci wajah Hinata yang merona karena laki-laki lain. Aku benci senyum malu-malu yang ia tunjukkan untuk lelaki lain.

Kenapa tidak dengan ku saja?

Kenapa bukan aku?

Kenapa?

Hinata bahkan tidak pernah mau menatap wajahku barang semenit!

Ketika kami bersitatap dengan cepat dia pasti akan langsung menunduk atau mengalihkan pandangannya kearah lain.

Kenapa Hinata?

Apa kau membenciku?

Puk!

"Naruto!"

Tepukan pada bahu-ku serta suara yang memanggilku membuat aku tersentak.

Dengan segera aku menoleh, menatap Kiba yang duduk dihadapan ku. Dia yang menepuk pundak ku.

Ku lihat, keningnya yang menyerit heran.

"Ada apa?" Dia bertanya dengan salah satu alis yang terangkat.

Aku tersenyum lebar. Namun itu palsu.

"Bukan apa-apa." Aku mengangkat bahuku acuh tak acuh.

Kiba semakin mengerutkan keningnya dalam. Yang lainnya pun turut menatap penasaran ke arahku.

"Kau baik-baik saja?" Sasuke bertanya.

Aku tersenyum miring. "Astaga apa kau khawatir padaku Saskey?!" Tanyaku heboh.

Sasuke memasang tampang jijik. "Aku normal!" Tekannya.

Aku tertawa, begitu pun yang lain. Ya terkecuali Sasuke, Shikamaru, Shino dan Choji.

"Aku juga normal—" aku melirik kesamping. Tepat ke tempat duduknya. "—aku juga masih menyukai seorang gadis." Aku tersenyum saat mengatakannya.

[6] Same Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang