7| Harapan

1.8K 214 10
                                    

*Happy Reading*
.
.

"Naruto-kun."

Suara lembut itu seketika membuat Naruto menegang. Ditambah lagi dengan tangan mungil yang kini menempel di keningnya.

Glek

Naruto menelan ludahnya dengan susah payah. Dia kenal betul siapa si pemilik suara.

"Naruto-kun."

Lagi suara lembut itu menyebut namanya. Membuat Naruto semakin yakin kalau dia tidak sedang berhalusinasi.

"Badanya sedikit panas, apa Naruto-kun sakit?" Monolognya.

Naruto yang mendengarnya hanya bisa bergeming. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang.

Kenapa Hinata ada disini?

Batinnya bertanya.

Ya, orang yang masuk ke dalam kamarnya itu adalah Hinata, bukan sang ibu.

Dia merubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Perubahan posisi Naruto membuat Hinata tersentak, gadis itu pun hendak menarik kembali tangannya yang masih bertengger manis di kening si kuning.

Grep

Belum sempat Hinata menarik tangannya, tangan kekar milik Naruto terlebih dahulu menahan pergerakannya. Seketika itu juga Hinata langsung mematung disana. Netra sebiru lautan itu kini menatap wajahnya.

Hal itu membuat Hinata malu, lantas dia menunduk. Naruto mungkin akan marah padanya lantaran tidak suka melihat orang asing memasuki kamarnya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Suara berat Naruto membuat Hinata tersentak. Dia berusaha menarik tangannya yang Naruto genggam, namun terasa sulit sebab lelaki itu samakin mengeratkan genggamannya.

"Gomen." Hinata menggigit bibir bawahnya takut.

"Hah~." Naruto mengehela nafas sembari merangkak bangun dari tidurnya. Dia terduduk di atas ranjang seraya menatap Hinata yang masih setia menunduk.

Pandangan Naruto turun ke bawah, tepat kearah tangannya yang masih menggenggam tangan Hinata.

"M-maaf." Dengan sedikit salah tingkah Naruto melepaskan genggaman tangannya. Dia lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Hinata menarik tangannya dan menggenggamnya di depan dada, dengan kepala yang senantiasa menunduk.

"Naruto-kun gomen, karena aku sudah lancang memasuki kamarmu," ucap Hinata.

"Hm. Kenapa kau disini?" Naruto menoleh menatap Hinata.

"Aku kesini bersama Sakura. Kami khawatir padamu, karena itu kami memutuskan untuk mampir. Khusina-san meminta bantuanku untuk membangunkan Naruto-kun yang sedang tidur. Dia khawatir karena Naruto-kun tak kunjung keluar dari kamar sejak pagi," jelas Hinata panjang lebar. Gadis itu menggenggam erat tangannya di depan dada. Dia gugup sekali.

"Begitu ya. Aku baik-baik saja tak perlu khawatir," ucap Naruto.

Hinata mengangguk. "Um," -lalu terdiam sejenak- "aku membawakan makanan untukmu Naruto-kun," sambungnya lagi seraya mengambil sepiring makanan yang di berikan oleh Khusina sebelum dia naik ke lantai dua.

Hinata sedikit menyodorkan benda bulat, ceper itu ke arah Naruto.

Naruto menatap sepiring makanan itu sebentar, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku tak lapar." Dia menarik selimut hendak kembali berbaring.

"Tidak bisa Naruto-kun harus makan!" Ucap Hinata setengah memekik.

[6] Same Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang