*Happy Reading*
.
."Apa yang harus ku bantah, jika semua yang dia katakan benar adanya?"
Hinata terdiam ditempatnya. Netra kelabu itu berembun. Liquid bening menggenang di pelupuk matanya siap tumpah kapanpun.
Dia tidak pernah melihat Naruto seputus asa ini. Melihat wajah sendu, beserta netra biru yang kini berembun itu, membuat hatinya terasa sakit.
Dia tak suka melihat Naruto bersedih. Dia hanya suka melihat wajah bahagia dan senyum mentari yang selalu menghiasi wajah tampan orang yang amat ia cintai itu.
"Naruto-kun ...," lirihnya.
Naruto tersenyum kecil. Dia tak mau membuat Hinata bersedih, sesakit apapun itu harus tetap ia tahan di depan gadis yang kini mengisi hatinya. Dia harus tetap terlihat baik-baik saja dihadapan gadis itu.
"Hinata, masuk," ucap Neji yang sejak tadi hanya diam dan memantau keadaan.
Hinata menoleh menatap kakak laki-lakinya tersebut. Lantas setelah itu dia kembali menatap Naruto.
"Pergilah," ucap Naruto.
Hinata terdiam sesaat sebelum akhirnya berbalik.
Neji mengambil tangan Hinata dan menarik adiknya menjauh dari sana.
"Biarkan mereka berdua menyelesaikannya," ucap Neji berusaha sedikit menenangkan Hinata.
Naruto menatap punggung Hinata sendu lalu kembali menatap Toneri yang berdiri di hadapannya.
"Kenapa? Kau marah? Kau tersinggung?" Toneri bertanya dengan tampang mengejek.
Naruto menggertakan giginya menahan emosi. "Jangan memancingku sialan!"
Toneri mengangkat sebelah alisnya. "Memancing?" -dia tertawa mengejek- "aku hanya membicarakan fakta."
"Kenyataannya memang aku mempunyai hubungan lebih dari sekedar teman dengan Hinata. Kau mau apa? Kau memang seorang pengecut. Apa aku salah? Jika, kau menyukai dia kenapa tidak kau katakan?"
"Kau pikir semudah itu?" Naruto tersenyum sendu. "Semuanya tidak semudah yang kau bayangkan. Kau sama sekali tidak tahu apapun."
"Jangan menangis dasar bodoh. Buat Hinata jadi milikmu, dan luruskan semua kesalahpahaman yang ada." Toneri berbalik dan berjalan meninggalkan Naruto sendirian disana.
Putra tunggal Namikaze itu hanya bergeming, menatap punggung Toneri yang menjauh dengan pandangan yang sulit diartikan.
Tes
Dihapusnya kasar liquid bening yang jatuh dari sudut matanya.
Sekuat apapun aku mencoba menahannya, tetap saja terasa sakit.
****
"Toneri-kun, apa yang kau lakukan? Bagaimana Naruto-kun?" Tanya Hinata khawatir ketika melihat Toneri memasuki kediaman mewah mereka.
Gadis itu sedari tadi hanya mondar mandir di depan pintu utama. Dia sangat amat khawatir pada Naruto.
"Dia sudah pulang," jawab Toneri tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[6] Same Feeling ✔
Short Story"Aku mencintaimu. Sangat malah. Setiap hari ku habiskan hanya untuk memerhatikan dirimu dari jauh. Aku berharap bisa berdiri di sampingmu suatu saat nanti, walau mungkin itu mustahil, sebab kau punya seseorang yang kau cintai dan itu bukan aku." -H...