"Apa?! Mau gelut?"
Mendengar nada sewot istrinya Davin cuma bisa geleng-geleng kepala. Seminggu setelah kejadian Lisa mengacak-acak data Aegris, selama itu pula Davin melarang Lisa mendekati laptop, komputer, atau sejenis lainnya.
Dia masih sedikit trauma dengan kelakuan ajaib istrinya.
Dan tentu saja selama seminggu itu Lisa tidak absen untuk memaki dan mengumpatinya setiap hari. Bahkan nada bicara anak itu selalu sewot, setiap mereka mau tidur atau papasan di apartemen anak itu bakal langsung misuh-misuh.
"Sa, makan nasi."
Lisa berdecih malas. "Gak laper."
Davin terkekeh geli. Ya, gimana mau laper sih, orang anak itu dari tadi gak ada berhentinya delivery makanan. Entah itu martabak, pizza, seblak, bakso, belum lagi stok buah mereka di kulkas yang di bikin sekarat sama anak itu. Mungkin cuma nasi doang yang gak masuk mulutnya beberapa hari ini.
Setelah sudah merasa puas dengan makanannya Lisa langsung beranjak dari tempatnya lalu beralih tiduran di lantai beralaskan karpet itu dengan paha Davin sebagai bantalannya. Dia bosan nonton tv dari tadi, apalagi isiannya cuma gosip-gosip gak jelas.
"Pinjem hp."
Davin hanya melirik sekilas tanpa niat menyaut, lagi pula tanpa ia izinkan pun benda persegi itu sudah berada di tangan istrinya.
"Jangan tiduran dulu, baru selesai makan, kan?" ucap Davin mengingatkan.
Lisa berdecih malas. "Gak bakal jadi babi juga sih!"
Davin hanya menghela napasnya. Mendengar makian, umpatan, dan perkataan-perkataan sewot Lisa selama seminggu membuat Davin malas mendebat apapun perkataan istrinya itu. Mengalah sudah jalur paling aman.
"Kapan gue di bolehin main laptop lagi?" tanya Lisa.
"Nanti."
Lisa mendecak kesal. "Ya, nantinya itu kapan? Dari kemarin juga lo mah nanti-nanti terus!"
"Ya, kapan-kapan nantinya."
"Bangsat." umpat Lisa kesal. Kemudian menggigit perut keras milik suaminya dengan gemas.
Davin sedikit meringis merasakan gigitan Lisa pada perutnya. Hah! Asal tau saja, gemas menurut Lisa itu sudah pasti akan ada satu tetes atau dua tetes darah yang keluar dari mahakaryanya.
"Boleh main, asal jangan aneh-aneh lagi, ngerti?" putus Davin akhirnya.
Lisa melepaskan gigitannya sambil merengut sebal. Gak asik.
"Satu aneh doang, berarti boleh?"
Tuhan...Batin Davin lelah.
.
"Udah kelar hukumannya?" tanya Kiki.
Lisa hanya mengangguk singkat sebagai balasan. Saat ini mereka sedang menunggu Davin rapat bersama orang kaya dari negeri kangguru itu, sudah lebih dari dua jam dan rapatnya masihbelum kelar-kelar.
Gak tau apa aja yang mereka omongin. Heran.
"Riel lagi sakit, kan, jadi ya auto marah dia waktu itu." cerita Kiki.
"Masih sakit, belum juga sekarat kan?" ucap Lisa tak acuh.
Kiki terkekeh geli. "Gak gitu juga. Kebetulan aja pas sakit kemaren juga ada masalah sama beberapa anak buahnya."
Lisa menatap ke arah Kiki dengan kerutan kasar di dahinya. "Pembelokan?" tebaknya.
"Semacam itu. Tapi lebih ke jual data Aegris."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Davin
Random| FOLLOW DULU SEBELUM BACA | Bagi Davin, Lisa adalah napasnya dan juga kebahagiaannya.