08

31 5 3
                                    

Bastian hanya mengedikan kedua bahunya ketika melihat tatapan tajam Davin. Dia berjalan mendekati sofa di sana lalu mendudukan diri di sebelah Dika. Setelahnya bukan urusan dia lagi, itu urusan Lisa dan Davin.

Sementara Lisa masih berdiri di tempatnya dengan tubuh yang masih sedikit lemas. Bukan karena dia takut melihat kekejaman suaminya, bukan, tapi dia mual melihatnya banyaknya darah yang memenuhi lantai ruangan itu. Mengerikan.

"Kenapa disini?"

Lisa beralih menatap Davin yang kini berdiri di hadapannya. "Darah. Gue mual."

Davin menghela napasnya kasar. Dia membawa Lisa keluar dari ruangan itu kemudian membawanya keruangan yang lebih nyaman, ruang santai.

"Kenapa kesini?" ulang Davin.

Lisa melirik Davin yang duduk di sampinya, melihat Davin tidak tau kenapa selalu membuat Lisa lupa daratan. "Mau duduk disitu."

Davin melirik bagian pahanya yang di tunjuk, setelah di nyatakan hamil Lisa memang tidak pernah malu untuk meminta sesuatu. Seperti saat ini.

"Sini."

Davin menepuk pahanya. Dengan senang hati Lisa berpindah duduk kepangkuan suaminya, menyusupkan wajahnya di leher si calon ayah.

"Kenapa kesini?" ulang Davin untuk yang ketiga kalinya.

"Karena ada lo."

"Lisa." tegas Davin, ia merasa tidak puas dengan jawaban alakadarnya itu.

"Gue istri lo, udah seharusnya gue masuk dunia lo Davin."

"Jangan aneh-aneh."

Lisa terkekeh pelan. Bagaimana 'pun, Davin tidak akan pernah membiarkan dirinya memasuki daerah tertentu dunianya. Namun laki-laki itu sepertinya melupakan satu hal. Dengan dirinya menikahi Lisa saja itu sudah tanpa sadar membawanya memasuki kasawan tertentu itu.

"Bayi yang mau."

Davin berdecak malas mendengar alasan yang menjadi andalan Lisa akhir-akhir ini. Bayi inilah, bayi itulah, ya meskipun gakpapa juga karena itu sedikit menguntungkan buat Davin.

"Hey, susah ya tinggal di rumah aja bareng mommy?" Davin mengelus perut Lisa yang masih rata dengan nada sedikit memarahi.

"Ish! Kok di marahin sih?"

"Gak di marahin."

Lisa mendelik sinis, "Itu namanya marahin Davindra."

...

Dan kini kehamilan Lisa sudah menginjak bulan kelima. Yang tentu saja masa ngidam dan juga sifat perempuan itu semakin sensiftif. Setelah kejadian dimana Lisa pergi mendatanginya ke tempat Jack beberapa bulan lalu, Davin tidak pernah lagi meninggalkan istrinya itu dalam waktu lama. Bulan ini pun Davin tidak pernah kemana-mana, kerjaan kantor, atau pun kerjaan lainnya ia bawa pulang semuanya.

Selain tidak ingin meninggalkan Lisa sendirian di apartement terlalu lama, masalah lainnya perempuan yang tengah hamil muda itu pun juga tidak bisa untuk terlalu lama ditinggal olehnya. Karena kalau terlalu lama jauh darinya, Lisa akan langsung muntah-muntah.

Kata Ardion itu normal, setiap ibu hamil memiliki bawaan hamil yang berbeda-beda.

Seperti saat ini.

"Maaf." sesal Davin.

Pagi tadi dia mendapat kabar dari Jeje kalau akhir-akhir ini ada yang mencurigakan di sekitar mereka. Bukan hanya satu orang, namun hampir di setiap District mengalami sedikit gangguan. Davin juga mendapat kabar kalau disekitar apartemennya belakangan ada beberapa orang aneh yang berkeliaran.

"Anak lo nyusahin."

"Anak kita." ralat Davin.

Lisa tidak menyauti lagi, dia memajamkan matanya hendak tidur. Jujur saja, seharian ini dia merasa lelah sekali, mual, pusing, semua itu karena Davin tidak berada di sisinya selama seharian ini.

Ingin rasanya dia marah pada anaknya yang terlalu manja pada bapaknya itu, namun sayang tidak bisa. Dan beruntung dia bisa mengakali semua deritanya itu dengan memakai kemeja Davin, seperti sihir, mual dan pusing yang dia alami sedikit mereda.

"Hey, Junior, jangan nyusahin mama di sana oke?" ucap Davin sembari mengelus perut Lisa yang mulai membesar.

Merasakan elusan yang terasa nyaman di perutnya itu, Lisa mendengus geli. Seperti mengerti apa yang di katakan Davin, perutnya yang tadi terasa mual mendadak tidak lagi

Emang anak Davin banget mereka mah, Lisa mah cuma kebagian capeknya doang.

Jam tiga dini hari Davin mengirim pesan pada sahabatnya untuk kumpul di apartemennya, mereka harus menyelesaikan masalah yang akhir-akhir ini menganggu nya. Dia harus menunggu Lisa tidur dulu untuk melakukan pekerjaannya, karena kalau tidak ibu hamil itu akan ikut campur.

Itu satu hal yang Davin sangat hindari, sekalipun ada yang melindunginya sebagai suami Davin tetap harus menempatkan istrinya itu dalam zona aman.

Davin keluar dari kamarnya setelah mendapat balasan kalau sahabatnya udah di depan pintu.

"Gue heran, akhir-akhir ini tuh orang pada punya masalah hidup apa sih sama Xavior?!" gerutu Bastian kesal ketika mendudukan dirinya di sofa.

"Iri kali!" sahut Dikta.

Bastian mendecak keras. Dari mulai klan Dragon yang terakhir kali membuang mayat busuk di markas Jack, setelahnya juga ada yang sengaja membakar salah satu kebun ganja di Banten, dan dua minggu lalu juga beberapa anak buah Dikta yang di keroyok sampai masuk rumah sakit dengan keadaan luka-luka, patah tulang, bahkan ada yang sampai koma.

Dan sekarang mereka ingin menyabotase motor yang akan di gunakan di balapan lusa nanti. Emang dasar orang-orang bangsat.

"Orang tuh kalau nyari gara-gara siang atau sore gitu, jangan malem gini! Kan ganggu istirahat orang kalau gini mah."

"Udalah, Bas. Gak guna lo marah-marah juga." ucap Niek.

Bastian mendecak keras, dia kemudian turun dari sofa dan berpindah ke kasur lantai yang memang tersedia di sana. Ngantuk dia tuh.

"Udah di selidikin siapa dalangnya?" tanya Davin menatap ketiga sahabatnya yang duduk di depannya.

Rey mengangguk singkat. "Gue udah suruh anak-anak buat selidikin. Namun yang jelas, kali ini bukan Dragon."

Davin mengangguk setuju. Balapan lusa nanti di adakan oleh Dragon sendiri, dan mereka meminta acara yang adil namun dengan taruhan yang di luar nalar. Jadi ya tidak mungkin mereka. Setidaknya itu pun kalau Dragon masih memiliki harga diri.

"Kita beresin Dragon dulu, baru setelah itu urusin yang lainnya." ujar Davin.

"Vin, kalau semisal lusa nanti kita kalah. Lo rela nyerahin mobil-mobil lo, motor, sama kebun yang ada di Kalimantan?" tanya Bastian tanpa menatap Davin

Davin melirik Bastian yang tengah memainkan ujung selimut miliknya. Iya, laki-laki itu datang sambil membawa selimut dalam pelukannya.

"Relain aja. Duit gue masih banyak." ucap Davin enteng.

Banyak sih banyak, tapi ini Dragon minta semua mobil dan motor yang ada di garasi Xavior, di tambah kebun ganja yang ada di kalimantan. Rugi lah mereka.

"Tapi lo yakin mereka bisa nepatin janji?" tanya Niek menatap Davin tak yakin.

"Ingat, janji ada untuk di langgar." sahut Bastian sok bijak.

Davin mendelik sinis, begitu pun Dikta, Rek dan juga Niek. "Ya, mereka langgar tinggal gue bantai." jawab Davin cuek.

"Bantai-bantai! Inget, bini lo lagi hamil." ujar Bastian mengingatkan. Kata orang tua jaman dulu, kalau istri lagi hamil jangan suka berbuat aneh-aneh. Takutnya nanti nurun ke anak.

Davin menghela napasnya. Nih anak kurang tidur kok rese.

.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia DavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang