9. Shocked

3 1 0
                                    

Zaff membuka matanya perlahan-lahan dan mencoba menyesuaikan cahaya disana, dia mulai duduk pelan dan melihat kearah Rafael yang sedang tidur dengan nyenyak sambil memeluk tangannya. Dia tersenyum kecil lalu senyumannya pudar saat melihat mata dan pipinya seperti baru habis nangis, dia dapat lihat air mata yang mengering dipipi Rafael dan matanya juga kelihatan bengkak.

Dia mengusap pelan pipi dan matanya Rafael, jujur dia khawatir akan Rafael jika sudah sampai sebegitunya. Walaupun mereka baru bertemu beberapa minggu ini tapi Zaff sudah dapat mengenali dia dengan baik sekali.

Rafael mulai terjaga dari tidur nyenyak nya itu, dia melihat kearah Zaff yang sudah bangun lalu dia tersenyum kecil saat melihat muka yang dia kangen..

"sudah lama bangun..? Maaf saya ketiduran hehe" ucap Rafael sambil bangun dan memeriksa tabung alat bantuan pernafasan kepunyaan Zaff.

Dia terpaksa merawat Zaff dan disaat dia merawat Zaff dia dapat lihat banyak kesan luka dan lebam.. Ada juga yang sudah bernanah karna tidak dirawat dengan baik, dia khawatir akan kondisi Zaff lagi-lagi dia khawatir karna Zaff sedang menghidap sakit yang bisa membawa maut.

Zaff lalu menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum kecil, Rafael yang melihat itu merasa sedikit lega karna melihat senyuman milik Zaff.

"apa kau tidak merindui ku hm?" kekeh Rafael pelan sambil duduk semula disamping kasurnya, dia mengusap kepala Zaff pelan.

"pasti.. Kangen dong" ucap Zaff pelan tapi masih dapat didengari oleh Rafael.

"mau makan?" soal Rafael.

Zaff menggelengkan kepalanya pelan lalu ngomong. "aku mau pulang.. Orang tuaku menunggu ku dirumah" ucap Zaff sambil senyum.

"tapi kamu belum sembuh Zaff.." Zaff bisa dengar nada khawatir dari suaranya Rafael. Dia pun bilang gapapa karna orang tuanya akan merawat dia dengan rapi, setelah menyakinkan Rafael dia bisa pulang dan dihantar oleh Rafael karna dia dipaksa.

Zaff melirik kearah langit dari luar jendela mobil sambil tersenyum kecil, Rafael yang melihat itu pun terheran-heran.

"kamu lihat apa tuh ampe senyum-senyum hm?" soalnya pelan.

Zaff mendengar pertanyaan Rafael pun hanya bisa jawab tidak ada apa-apa cuman langit yang cegitu cantik. Dari sini kita bisa lihat bahwa Rafael lah yang banyak menceritakan kisah hidupnya kepada Zaff berbanding dengan Zaff, Zaff bahkan tidak pernah cerita tentang masalah malah dia berbohong bahwa keluarganya baik bak malaikat dan sebagai macamnya.

Rafael pun memberhentikan mobilnya ditepi lalu dia pun ngobrol sedikit bersama Zaff, dia beritahu Zaff bahwa Zaff sedang menghidap penyakit tapi dia sedikit terkejut karna Zaff tidak menunjukkan apapun reaksi. Zaff pun membalas bahwa dia sudah tau penyakitnya lebih awal daripada dia, dia dapat tahu itu semua karna dia tanya kepada suster yang ada di hospital tadi. Dia sempat terkejut akan hal itu, oleh karna itulah Zaff sedikit lama di kamar mandi. Dia menangis sendirian dikamar mandi mengenangkan penyakitnya itu.

Rafael pun menyambung lagi, dia akan berusaha bikin Zaff sembuh walau apapun yang terjadi. Dia tidak mau buah hatinya itu pergi dengan sangat cepat. Zaff hanya bisa kekeh mendengar omongan Rafael, Zaff bahkan tau riwayat hidupnya tidak lama lagi.

Zaff dihantar sampai ke depan pagar rumah, Rafael sempat ngomong dia mau menghantar Zaff sampai ke depan pintu rumah tapi Zaff menolak dan dia pun masuk ke dalam rumah setelah bayangan mobil milik Rafael hilang dari pandangannya.

°°°°°°°¶¶¶¶¶¶¶°°°°°°°°°°°

Setelah selesai disiksa papi dan daddynya karna telat pulang dan juga tidak masuk kelas, dia pun naik keatas lalu duduk dimeja belajarnya. Dia mulai mengulang kaji pelajaran yang bakal masuk kedalam peperiksaannya besok walaupun badannya terasa seperti remuk, dia dapat menahan semua sakit itu.

Semasa mengulang kaji, hidungnya tiba-tiba berdarah lantas tangannya mengambil tisu didepannya itu dan menyumbatkan didalam hidung lalu sambung mengulang kaji lagi.

Zaff melirik kearah jam dan menyadari sudah jam 1 pagi, dia juga telah menyiapkan semua ulang kajinya. Dia mengambil buku diary nya dan menulis aktiviti sehariannya bagaimana dan meluahkan semuanya didalam buku diary itu, setelah selesai dia pun melihat kearah bulan dan bintang dari jendela.

Dia tersenyum dan tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat sakit, dia cepat' mencapai obat diatas meja belajarnya dan menelan 5 biji. Dia tau 5 biji itu terlebih banyak tapi jika tidak makan lebih sakitnya gak bakal mereda.

Dia pun menghela nafas lega dan perlahan-lahan mulai tertidur sambil memeluk foto nenek, kucing dan adik-beradiknya.





















Maaf kalau kurang ngefeel, saya bakal coba lagi okee? Makasih udah baca ><

MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang