07 : My Brother, My Lover

4.2K 282 48
                                    

Sejak malam pertamaku dengan kakak, malam dimana aku menyerahkan semuanya untuk kakak, aku merasa sekarang hubunganku dengan kakak berubah. Lebih dekat. Lebih intim. Kita bagai sepasang kekasih saja.

Kakak sekarang makin berani memelukku atau menggenggam tanganku di depan umum.

Lagipula tak ada orang yang kami kenal disini. Tak ada saudara, tak ada keluarga. Kami jauh dari rumah. Bebas. Sebebas-bebasnya.

.

Malam ini, kakak mengajakku makan malam di luar. Kami memilih restoran private di rooftop sebuah gedung pencakar langit. Di sana kami makan sambil mengobrol dan bercanda. Lalu lanjut dengan minum wine.

"Jangan kebanyakan, nanti kamu mabuk" ucap kak Aamon tegas sambil mengambil gelas wine dari tanganku.

"Aahhh kakak, aku masih mauuu" rajukku.

Aku sudah cukup umur sekarang. Aku bebas melakukan apapun.

"Uh huh. I said no, young man. Stop it" saut kakak tegas.

Aku manyun tapi tak berani membantah. Lalu aku berdiri dari kursi dan menatap pemandangan kota yang indah di bawah sana. Angin malam terasa dingin dan aku sedikit menggigil.

"Nih pakai"

Kakak melepas jasnya dan dia berikan padaku.

"Makasih" ucapku senang. Jas itu harum. Seperti kakak.

"Masih dingin" ucapku manja sambil mendekatinya.

"Sini sayang" kakak meraihku dalam pelukannya.

"Mau pulang?"

"Sebentar lagi"

Kakak memelukku lebih erat. Aku merebahkan kepalaku di dadanya.

"Kak... "

"Mmh"

Kakak meraih daguku dan menunduk lalu mencium bibirku. Aku membalas ciumannya sepenuh hati. Berusaha menyampaikan semua rasa cinta dan sayangku padanya lewat ciuman itu.

.
.

.

Bulan-bulan berikutnya, adalah fase paling membahagiakan dalam hidupku.

Kak Aamon, tentu saja sampai kapanpun dia adalah kakakku. Kakak kandungku tersayang. Tapi dia juga adalah kekasihku. Cintaku. Seme-ku. Segalanya pokoknya.

Aku bahagia sekali dan ingin seperti ini saja selamanya.

Namun, tentu saja hidup tidak seindah itu. Ada aja masalah.

Pagi itu pada saat kakak mengantarku ke kampus ada seseorang yang telah menunggu kami di parkiran. Seseorang yang sebenarnya males banget aku temuin lagi.

Si cu--- maaf, kak Natan maksudku.

"Sayang!"

wtf

Natan berseru dan berlari memeluk kakakku.

"Aku kangen"

Kangen pala lu kangen ... Ihh kesel. Jangan pegang-pegang kakak gue!

Aku keluar dan membanting pintu mobil kesal lalu mendekap tanganku di dada.

"Natan... Berapa kali harus kukatakan... Kita sudah putus"

Putus? Berarti bener kan sebelumnya mereka ada hubungan khusus!

Kak Aamon melepaskan pelukan Natan dan berucap tegas. Aku berucap "O" tanpa suara dan pura-pura mengamati tiang bendera di depan gedung dekanat walaupun sebenarnya telingaku menguping pembicaraan kakakku dengan si Marksman berdamage magic itu.

"Dan berapa kali juga kukatakan aku ga mau putus!" Natan bersikeras.

"Please kasih aku kesempatan satu kali lagi. Aku tau kamu masih cinta sama aku kan beb?"

Aku melirik kakak dan ternyata kak Aamon juga melirik ke arahku.

"Maaf Natan. Tapi... Aku bener-bener udah ga ada rasa lagi sama kamu. Ya udah maaf ya aku ada kuliah pagi"

Kak Aamon berbalik dan langsung masuk ke mobilnya meninggalkan Kak Natan yang tampak misuh-misuh.

Aku menahan tawa dan beranjak hendak masuk ke gedung kuliahku ketika tiba-tiba saja Kak Natan sudah ada di depanku, menghalangi jalanku.

"Gusion! Kita harus bicara!"

"Bicara apa sih, aku mau kuliah!"

"Astaga bentar doank... Ini penting! Lagipula aku juga tidak akan mengambil banyak waktumu yang berharga. Ayo!" kak Natan bersikeras dan meraih lenganku dan menariknya. Hingga terpaksa aku mengikutinya.

.

"Mau bicara apa?" tanyaku dengan nada bosan sambil mengaduk minumanku. Kak Natan ngajak aku minum di sebuah kafe dekat kampus.

"Tentang kakakmu"

"Dia kenapa?"

"Apa... Kau tahu ada wanita -- atau uke lain yang sedang dekat dengan kakakmu?"

Aku menelan ludah dan menggeleng.

"Ga ada"

"Jangan bohong! Pasti ada!" Kak Natan bersikeras.

"Selama ini kami fine-fine aja LDR-an... Kenapa dia tiba-tiba berubah? Kenapa dia ujug-ujug mutusin gue? Pasti ada sesuatu... Atau seseorang! Kurang ajar! Kalau saja aku tahu siapa orangnya... Akan kubejek mukanya ampe jadi bubur!" ucap kak Natan emosi.

Ihh coba aja. Ga takut gue.

"Emm... " aku memutar otak berpikir bagaimana caranya agar Kak Natan berhenti mengejar kakakku.

"Sebenarnya... Iya sih. Kak Aamon lagi deket sama seseorang"

Kak Natan membelalakkan matanya.

"Siapa?"

"Umh... Orangnya jago berantem, gagah, berotot, tatoan, dan bisa terbang!"

"Hah?" Kak Natan mengernyitkan keningnya bingung.

"Emang ada hero kayak gitu?"

"Ada lah!" kilahku. Mengarang bebas.

"Dia fighter. Jadi.. MM kayak kak Natan ini bisa langsung hilang kalau di-lock ama dia. Hati-hati aja. Udah mending mundur aja"

"Gitu yah... " Gumam Kak Natan yang tampak bingung.

"Iya kak! Beneran! Gusion ga boong! Beneran deh!" ucapku meyakinkan sambil menepuk-nepuk pundaknya sok akrab.

"Jadi... Mending Kak Natan mundur aja, karena... "

Aku ber-smirk sinis dan berbisik padanya,

"Kekasih Kak Aamon saat ini tidak akan pernah mau melepaskan Kak Aamon untuk siapapun!"

.
.

TBC

✔️ For My Brother OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang