19 : New Friend

1.6K 175 13
                                    

"Dek, kita harus segera pindah dari sini. Tempat ini sudah tidak aman"

Kak Melissa memberitahuku keesokan harinya jika kita harus pindah. "Aku merasa kita sudah dimata-matai dan diincar"

Aku mengangguk setuju saja pada rencana kak Mel. Kami pun memutuskan untuk membereskan beberapa barang kami yang berharga dan mengepaknya dalam tas ransel.

Tuk..

Sebuah benda kecil jatuh saat aku membersihkan isi ranselku dari debu.

"Apa ini?" aku mengernyitkan kening mengangkat botol kaca berisi ramuan berwarna pink cerah.

"Apa itu Dek?" tanya kak Mel yang sedang membantuku packing penasaran.

"Ga tau"

"Sini" kak Mel memeriksa botol itu dan mencium baunya.

"Ini ramuan cinta kan?"

"Hah?" aku kembali mengambil botol itu dari kak Mel.

"Kamu dapat darimana?"

Aku berusaha mengingat-ngingat dan kemudian baru ngeh itu adalah botol ramuan yang diberikan Nana padaku beberapa tahun lalu.

Yang bahkan aku sudah lupa keberadaannya.

Kak Melissa terkikik geli dan menyikut sikuku menggoda.

"Gusion, do you have a girlfriend?"

"Nggak" aku menggeleng tegas. Aku ga suka cewek.

"... Or boyfriend?"

"Uhukk" aku hampir tersedak mendengar pertanyaan kak Mel yang tudep banget.

"Haha... Come on. I'm bi, kamu bisa open sama aku. Aku ga akan nge-judge"

"Kak Melissa bi?" tegasku takjub.

"Yeah... Buat aku ga masalah cowok atau cewek. Love is love. Regardless the gender"

Yeah... Fuck gender.

... And blood.

Aku mengangguk setuju dan melanjutkan pekerjaanku untuk packing. Ramuan cinta tadi aku simpan lagi di ransel. Anggap aja kenang-kenangan dari Nana deh.

"So you have a boyfriend?" kejar kak Melissa.

Aku mengendikkan bahu. "Entahlah... Hubungan kami.... Rumit"

"Oh ya?"

"Iya... Dia udah melupakan aku" ucapku sedih teringat kak Aamon.

"Apa aku kenal siapa orangnya? Astaga cowok semanis kamu disakitin? Wah wah" kak Mel geleng-geleng kepala.

"Kau butuh bantuan buat nyantet cowok brengsek itu?"

"Haha... Ga usah kak, jangan"

"Emmh baiklah"

Kami menyelesaikan packing. Sementara barang-barang yang tidak bisa dibawa kami jual.

Kemudian aku pun memulai perjalanan dengan kak Melissa mencari tempat tinggal baru yang lebih aman.

.
.

(Aamon pov)

Aku tiba di House of Paxley beberapa hari kemudian.

Dan selama itu pula kekuatan sihirku belum juga pulih padahal luka gigitan srigala itu sudah sembuh.

Untung saja aku masih punya jubah gaibku sebagai defence sehingga akhirnya aku bisa kembali pulang dengan selamat.

"Yang mulia"

Aku berbalik dan berhadapan dengan Bibi Valentina yang menatapku sambil tersenyum misterius.

"Bagaimana? Kau telah membunuh Gusion dan Melissa?"

Aku menggeleng. Lalu menunjukkan tangan kananku kepadanya.

"Aku digigit srigala. Dan sekarang kekuatan sihirku hilang"

Valentina menautkan keningnya. "Srigala macam apa?"

"Srigala biasa... Berbulu coklat gelap. Hanya saja, yang menggigitku memiliki tanda khusus di kepalanya"

"Tanda seperti apa?"

"Seperti segitiga dengan mata satu"

Valentina memaki kasar. "Keponakan bodoh! Itu bukan srigala biasa. Kenapa kau bisa begitu bodoh membiarkan dirimu digigit olehnya?!"

What?!

"Excuse me?!" sahutku kesal sendiri dengan bagaimana cara Bibi berbicara padaku tanpa sopan santun begitu.

"Sungguh tak berguna! Pengawal!"

Aku tercengang ketika dua pengawal datang dan mencengkram kedua lenganku.

"Usir dia!"

What?!

"Lepaskan aku!" aku berseru dan memberontak namun percuma saja.

Bughhh. Seseorang memukul kepalaku hingga aku tak sadarkan diri.

.
.

*

(Gusion pov)

Aku dan kak Melissa menemukan rumah baru di sebuah peternakan yang sudah lama tak terurus.

Kami bekerja sama berdua untuk membersihkan tempat itu namun hasilnya sungguh luar biasa. Sekarang kami punya rumah dari batu bata, lahan luas untuk bercocok tanam, bahkan kandang ayam dan kandang sapi.

.

"Gusion! Tangkap dia!"

"Serahkan padaku! Kena kau!" aku berteriak ketika akhirnya berhasil menangkap ayam yang kami pelihara yang lari kesana kemari.

Kak Mel terduduk di tanah kelelahan.

Aku memasukkan si ayam kembali ke kandangnya.

Pada mulanya kami hanya membeli sepasang ayam saja. Jantan dan betina namun kemudian ayam itu bertelur hingga makin lama semakin banyak.

"Dek, minum dulu" tawar kak Mel sambil melempar minuman dingin kepadaku.

Aku menangkapnya dan meminumnya sekali teguk.

"Hahhh ternyata susah juga ya mengurus peternakan itu" ucap kak Mel.

"Apa kau pernah melakukan ini sebelumnya?"

"Pernah" jawabku sambil duduk di sampingnya.

"Oh ya? Masa? Kau kan putra bangsawan!"

"Pernah kok... Di game Harvest Moon"

"Oh hahaha" tawa renyah kak Mel.

Tiba-tiba, terdengar suara ribut di kandang sapi. Kami saling adu pandang sebelum bergegas berlari memeriksa keadaan.

"Hey! Keluar kau!"

Ternyata ada seekor monyet mengacau di dalam kandang sapi. Berlari dan meloncat ke sana kemari membuat para sapi ketakutan.

Monyet siapa sih ini?!

"Dexter! Ah... Disitu kau rupanya. Ayo jangan nakal! Sini!"

Sesosok pemuda tiba-tiba muncul di pintu.

Si monyet berlari menghampiri si pemuda dan naik ke bahunya.

Aku beradu pandang dengan kak Mel was-was. Cowok itu masih muda. Sepertinya hanya beberapa tahun lebih tua dariku. Mungkin seumuran kak Aamon.

Tampan, tinggi, berambut mohawk.

"Siapa kau?" tanya kak Mel.

"Maafkan kelakuan monyetku yah. Dia terkadang memang suka nakal. Lompat ke sana kemari. Dexxie, ayo minta maaf! Oh... Ya, salam kenal"

Ia tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya pada kak Mel kemudian padaku.

"Namaku Claude"

.
.

TBC

✔️ For My Brother OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang