01 : Kakak

6.5K 485 69
                                    

"Kak Aamon!"

Aku berlari dan melompat dalam pelukannya. Kakakku baru saja keluar dari pintu kedatangan pesawat internasional.

Kak Aamon tertawa dengan suaranya yang merdu dan charming. Memeluk tubuhku, mengangkatnya, dan berputar di tempat.

"Adik kecil, kamu baik-baik saja?"

"Em... Yah... Tapi kenapa kakak pergi lama sekali?" aku menggigit bibir bawahku. "Aku kesepian tanpa kakak"

"Oh ya? Bukankah kakak sudah bilang kau harus punya banyak teman, adik"

"Aku tidak mau teman. Aku mau kakak" aku merajuk dan menggandeng tangannya yang terasa makin kekar saja.

Kak Aamon tertawa renyah dan mengusak rambutku penuh sayang. Ia lalu mendekatkan bibirnya ke telingaku hingga hanya aku yang bisa mendengar perkataannya.

"Adik, kakak rindu sekali padamu"

.
.

.
.

Kepulangan Kak Aamon disambut keluarga besar Paxley dan jamuan makan malam yang mewah. Karena Kak Aamon adalah putra sulung dan penerus tahta keluarga Paxley selanjutnya.

Saudara-saudara sepupu kami ikut datang ingin bertemu kak Aamon termasuk teman-temannya. Baik lelaki dan perempuan. Termasuk....

"Aamon!"

Lelaki jangkung berambut jabrik menghambur dan memeluk kakakku dengan akrab.

Natan.

Aku benci dia.

Si pengganggu. Ah... Maksudku, Natan dan kakakku adalah teman sejak kecil. Wajar saja mereka akrab. Tapi...

"Untukku?" Natan berseru senang saat kak Aamon memberikan sesuatu padanya. Oleh-oleh katanya.

"Kamu suka?"

"Suka sekali! Nanti kamu main ke rumahku kan?"

"Ya tentu"

"Untukku mana?" terdengar suara seorang wanita. Guinevra. Ah ini lagi.

Iya. Kakakku memang tampan. Punya banyak teman. Punya banyak penggemar.

Aku diam-diam menyingkir meninggalkan pesta. Meninggalkan kakak bercengkrama dengan teman-temannya. Diam-diam aku naik ke kamarku.

Aku seorang introvert. Aku benci pesta. Aku benci keramaian. Lebih baik aku berbaring di kasurku dan memejamkan mata. Hingga tak lama kemudian aku tertidur.

.
.

Hangat.

Aku membuka mata. Ada seseorang yang memelukku.

"Kak Aamon... " aku mengucek mataku dan tersenyum padanya. Kakak balas tersenyum padaku. Manis sekali.

"Pestanya sudah selesai?"tanyaku.

"Sudah"

"Jam berapa ini?"

"Hampir jam 12. Tidurlah lagi. Kau sepertinya kelelahan"

Aku mengangguk dan merangsek ke pelukan Kak Aamon. Dadanya yang bidang dan lengannya yang kokoh berotot begitu nyaman menjadi tempat bersandar.

"Oh ya, kakak punya sesuatu untukmu" kak Aamon mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak perhiasan. Ia membukanya dan menunjukkan kalung perak dengan hiasan mata saphire.

"Bagus"

"Kau suka?"

Aku mengangguk dan berbalik memunggunginya. Membiarkan kakak memasangkan kalung itu di leherku.

"Kak...?"

Hembusan nafas kakak terasa hangat di tengkukku.

"Adik, kau merindukan aku?" bisiknya.

"Em... I-iya" entah kenapa aku mendadak gugup. Pipiku terasa panas. Selalu seperti itu setiap kali kakak menyentuhku atau terlalu dekat denganku.

"Kau tahu... Tak ada satupun hari di sana yang aku lewatkan tanpa memikirkan kamu"

Kakak memeluk pinggangku dan ia tarik mendekat hingga punggungku menempel ke dadanya.

"I-iya... Aku juga... Selalu memikirkan kakak... " aku bergumam dan memejamkan mata.

"Benarkah"

"Iya... Mmh!" aku sedikit meringis merasakan kak Aamon menggigit tengkukku gemas.

"Gusion adikku yang manis"

Aku pasrah dalam pelukannya saat kakak menarik tubuhku ke kasur bersamanya.

.
.

Pagi harinya saat aku bangun kakak sudah tidak ada di sampingku. Namun aroma parfumnya yang maskulin dan segar masih tertinggal di kasurku. Menempel di bantal guling. Aku memeluknya dan menghirup aromanya. Sambil memejamkan mata dan tak bisa berhenti tersenyum membayangkan kembali apa yang terjadi tadi malam. Saat aku tertidur dalam pelukan kakak yang hangat.

Setelah 20 menit akhirnya aku bangkit dengan malas dari tempat tidur dan membuka gorden kamarku.

Dan pemandangan pertama yang kulihat adalah kakak lelakiku yang tampan sedang berlatih shard magic nya. Ia telanjang dada dan keringat membanjiri perutnya yang rata dan kotak-kotak.

Aku menangkup dagu dengan kedua tanganku. Dan memperhatikan setiap gerakan kakak. Kakak adalah assasin terkuat di keluarga kami dan yang sangat ditakuti musuh.

"Adik, ayo latihan"

Kak Aamon mengangkat wajah dan tersenyum padaku. Aku mengendikkan bahu dan meloncat dengan lincah dari atas balkon kamarku dan mendarat sempurna di tanah.

"Selama aku pergi kau sering berlatih kan?" ia ber-smirk yang entah kenapa membuatnya makin tampan.

"Tentu saja" aku menyombongkan diri dan mengeluarkan pisau belati senjata andalanku.

"Kau belum lupa kan, bahwa aku yang membuat luka di wajah tampanmu itu, kakak"

Kak Aamon tertawa dan mengangguk. Lalu memberi isyarat agar aku menyerangnya lebih dulu.

.
.

TBC

✔️ For My Brother OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang