Bagian 40 : Akhir Kisah yang Memilukan dan Awal dari Kehidupan Baru

15.6K 1.1K 11
                                    

°•°•° I'M NOT YOUR WIFE, DUKE °•°•°

“Hei, apa yang kau makan tadi malam?”

Seorang prajurit kerajaan yang tengah berusaha untuk menahan kantuknya lantas menoleh ke rekannya. Mereka berdua sedang berjaga di tepi hutan untuk terus memantau keadaan, sesuai dengan perintah Sang Putra Mahkota. Ia lalu mengarahkan bola matanya ke atas sebagai bahasa tubuhnya ketika sedang berpikir. “Sup kentang, kurasa. Dengan dua gelas bir. Bagaimana denganmu?”

Temannya meringis lebar. Menunjukan deretan gigi kuningnya. “Sup jagung dan kentang. Dengan segelas bir.” Mereka berdua tertawa hambar, kemudian kembali berjaga sambil menguap bergantian.

Grusak! Mereka langsung terkesiap dari rasa kantuk yang menyerang. Suara semak yang disibak keras itu datang dari arah punggung mereka berada. Kedua prajurit itu saling berpandangan dengan raut ketakutan. Sampai prajurit bergigi kuning itu mendorong temannya untuk maju. “Kau saja yang melihatnya.”

Pria yang satunya mendecih kesal. Ia juga gemetar ketakutan. Rumornya para serigala itu memakan otak manusia dan mengulitinya hidup-hidup. “Ck. Baiklah, tunggu sebentar. Berteriaklah sekeras mungkin jika terjadi sesuatu padaku, apa kau mengerti?”

Mendapat jawaban berupa anggukan. Pria itu mengeratkan pedang yang masih tersarung rapi di pinggangnya dan berjalan perlahan memasuki semak-semak. “H—halo? Siapa yang ada di sana?”

Tidak ada jawaban. Dia memutuskan untuk melangkah lebih jauh lagi.

“H—halo?”

“Miauw, miauw.” Seekor kucing melintas di depannya. Itu langsung melegakan jantungnya yang sudah sangat memburu seperti tengah bermain di arena roller coaster. Ia melihat ke sekeliling dan tidak menemukan apapun selain hewan kecil itu. “Hanya kucing ternyata. Membuatku kaget saja, lebih baik aku kemb—”

Bugh! Satu pukulan keras di arahkan tepat ke belakang lehernya. Prajurit itu langsung tergeletak pingsan di atas tanah sebelum sempat berteriak pada rekannya di luar hutan. Rise bergelayut di cabang pohon menggunakan kakinya dan turun dari sana. Muncul banyak pasukan Suku Bulan lainnya dari balik batang pohon.

“Apa dia mati, Rise?” tanya seseorang.
Rise mengibaskan tangannya riang dan tertawa kecil. “Mana mungkin, dia hanya pingsan. Kau tidak perlu cemas, Fraudrin.”

“Ikat dia di pohon agar tidak kabur.”
Fraudrin yang juga bawahan langsung dari Enzo memerintah pasukannya untuk menarik tubuh prajurit itu menuju pohon ek raksasa dan mengikatnya erat di sana. Setelah selesai, mereka kemudian kembali ke barisan.

Dari arah belakang muncul dua orang, Enzo dan seorang pria. Dia bukan pria tulen. Seseorang di samping Enzo itu adalah Edith yang menyamar dengan pakaian laki-laki. Ia menggelung rambutnya dan menutupi kepalanya menggunakan topi berbulu yang ia pinjam dari barang-barang milik Domi.

“Bagaimana?” tanya Enzo pada Fraudrin setelah berada di sana.

“Seperti yang anda katakan, Kepala Suku. Di sebelah sini penjagaannya yang paling lemah. Kita bisa menyerang mereka lewat sini.”

Enzo mengangguk. Ia lalu menatap Edith yang menggaruk kepalanya karena gatal. “Itu terdengar bagus. Duchess, apa kau bisa tetap berlari sambil menyelinap di antara kami?”

“Tentu saja. Aku sangat pandai menyelinap.” Edith mengacungkan jempolnya, dia pasti akan baik-baik saja. Edith menggenggam perkamen palsu yang diberikan oleh Enzo sebelum mereka berangkat. “Jangan membahayakan nyawamu, tawarkan perkamen ini terlebih dulu padanya.”

Pasukan Suku Bulan yang berjumlah 30 orang laki-laki dewasa itu kemudian saling berpandangan satu sama lain. Intensitas ketegangan meningkat tajam. Semua pasang mata berubah serius seolah bersiap untuk bertarung. Enzo berbisik pelan di samping wajahnya. “Jangan kaget dengan perubahan kami.”

Edith sedikit tergagap. “Ah, baiklah.” Dia kembali menghadap ke depan dan menampar pipinya pelan. Tetap fokus, ayo fokus Edith. Jangan takut dengan pedang ataupun yang lainnya, cukup menyelinap dan pergi ke tenda Putra Mahkota. Tunggu sebentar, di mana tenda Putra Mahkota berada?

“Enzo, di mana—UWAH!” Edith sontak menutup mulutnya yang menganga karena kaget. Ketiga puluh pria di sampingnya sudah berubah menjadi kumpulan serigala raksasa berbulu tebal. Edith mendadak merasa sesak. Ia berusaha untuk tetap tenang meski kakinya sudah gemetar ketakutan. Dikerumuni oleh puluhan serigala raksasa membuatnya seolah berada di tengah Jurrasic Park.

“Auuunggg!” Auman serigala berbulu segelap langit malam dan memiliki tanduk besar di dahinya mengundang auman yang lainnya. Edith yakin itu adalah suara Enzo, ini artinya dia harus bersiap untuk menyelinap selagi mereka mengalihkan perhatian musuh.

[END] I'm [Not] Your Wife, DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang