Masuk dalam jepitan Seekor Kutu Raksasa yang sudah setengah tak berdaya bukan berarti tak bahaya. Titan dan Trixie yang berhasil diraih oleh tangan kedua bagian depan hewan itu, terguncang-guncang hebat. Duri dalam capitan Si Kutu Raksasa yang memipih itu lumayan menusuk ke dalam sela-sela baju khusus yang mereka berdua kenakan saat itu.
Setelah diberondong tembakan Senjata Asuntol XL7 dari Para Pasukan Robot TNT tambahan yang baru datang ke area pertempuran mereka tadi, baru Si Kutu Raksasa berhasil dilumpuhkan. Genggaman tangan hewan itu melemah sehingga melemparkan Titan dan Trixie jauh dari area kumpul Tim Siaga 1 lainnya.
"Aduh! Sakitnya!" rintih Trixie membuka mata sambil memegangi pinggangnya yang kena sedikit goresan dari tangan berduri Si Kutu Raksasa.
Titan di sebelahnya masih menutup mata dengan posisi terlentang. Trixie mendekatinya dan berusaha mengenggam tangan pria tak berdaya itu. Ada beberapa luka yang tergores di tubuhnya.
Ia ingat sekali bagaimana Titan berusaha melindungi dirinya dengan menutupi badannya sesaat setelah tangan hewan raksasa itu meraih mereka berdua. Trixie menutup matanya lagi dan tertidur di tanah lapang tanpa penghuni itu sambil mengenggam tangan Titan.
Tak berapa lama kemudian, Titan terbangun dan melihat di atas awan. Ada gambaran menyerupai Poporoy (hewan berkekuatan robot) dalam kumpulan awan yang nampak jelas tersusun. Ia berusaha menggerakkan badannya dan mendapati ada tangan Trixie yang menggengamnya erat.
Ia tersenyum simpul dan kembali ke posisinya semula. Memandang langit yang masih menunjukkan gambaran awan yang sama. Titan mengubah posisi tangan kanannya ke posisi menyilang dibawah kepala sambil lanjut menikmati pemandangan langit di depan matanya.
Ia menghela nafas panjang. Meski ada rasa perih di sekitar tubuhnya tapi ia tetap bersyukur karena ia masih bisa hidup. Bernafas sambil mengenggam tangan gadis yang sudah resmi menjadi kekasihnya sambil memandang langit Planet Beneatheat.
Melihat gambaran Poporoy di langit melalui Efek Apophenia saja sudah membuatnya lega. Itu menjadi pengingat akan misi yang diembannya telah usai. Penyelamatan Kawanan Poporoy di Planet Beneatheat dari Kawanan Kutu telah dilewatinya. Bahkan bukan dirinya saja melainkan bersama Sang Kekasihnya, Trixie.
***
Pemimpin Pasukan TNT dari kejauhan melihat ada dua orang dengan posisi terlentang di tanah lapang tak jauh dari posisi penyerangan Kutu Raksasa. Ia menduga kalau itu adalah Titan dan Trixie yang mereka cari. Menurunkan sedikit kecepatan dari Jetpack yang dikendarai, Pimpinan itu juga mengerahkan semua pasukannya untuk mendarat mendekati posisi dua orang yang dilihatnya tadi.
Makin lama makin dekat dan benar saja sesuai dugaan. Titan dan Trixie tertidur lemah disana. Ternyata mereka terlempar di tempat itu. Pemimpin Pasukan segera membangunkan mereka tapi tak ada reaksi. Sepertinya mereka berdua sudah hilang kesadaran saking lamanya terdiam tak berdaya disana.
Para Pasukan Robot pun mengangkat mereka berdua dan membawanya menggunakan Jetpack berukuran besar menuju ke Klinik Kesehatan khusus Pekerja PT TNT. Rodoksus (robot kesehatan) khusus pekerja PT TNT sudah bersiap menunggu kehadiran mereka.
Sesampainya di bagian kesehatan, mereka segera diberi bantuan nafas dan disuntikkan cairan penguat tubuh. Beberapa Pasukan serta Peneliti lain yang jadi korban capitan tangan dan kaki Si Kutu Raksasa juga sudah berada di Ruangan Kesehatan yang luas itu.
"Trixie, kamu tak apa kan?" Mama Troy berada di samping Trixie sambil menyeka air mata.
Papa Troy memeluk istrinya sambil mengelus lembut tangan putrinya yang sekarang sedang tak sadarkan diri di hadapannya. Jari jemari Trixie mulai bergerak, matanya mulai terbuka dan ia melihat dengan samar ada Papa Mamanya berada tepat di hadapannya. Ia pun memanggil mereka dengan suara lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Planets
Ciencia FicciónSuara lempengan bumi yang pecah berkeping-keping terdengar menggelegar tanpa henti, begitu pesawat terakhir, TNT 0889 berangkat menuju ke Twin Planets. Penduduk bumi terbagi dua dalam habitat Planet kembar yang serupa tapi tak sama ini. Dingin dan...