Kalau suhu di Planet Beneatheat sedang panas-panasnya. Berbanding terbalik, suhu di Planet Atopice sedang dingin-dinginnya saat ini. Suhu disana bisa mencapai -60°C. Salju dan es setebal 1500 meter menutupi seluruh area pegunungan sampai ke pemukiman penduduk disana.
Rencana kunjungan Titan yang mestinya hanya sehari di Planet Beneatheat berubah mendadak menjadi tiga hari akibat perbedaan suhu ekstrim di kedua Planet. Pesawat Ulang Alik dari Planet Beneatheat menuju ke Planet Atopice berani meluncur setelah menunggu kondisi kedua planet mulai agak kondusif.
Sesampainya di Planet Atopice, Titan dihebohkan dengan berita munculnya Badai Salju yang diikuti dengan angin kencang yang tiba-tiba muncul. Sebenarnya Badai Salju sudah lama sekali tidak pernah menyerang Planet Papan Atas itu tapi kali ini sepertinya planet itu harus bertekuk lutut pada dahsyatnya Badai Salju yang kembali menyerang.
"Halo Pak! Tolong kirimkan Buah Citrus ke Kantor TNT Cabang di Planet Beneatheat dua kotak besar.
Hmmm iya..iya.. Hmmm...
Boleh..boleh..Tuliskan saja nama saya sebagai pengirim ya..
hmm oke...ya..ya." Titan mengakhiri pembicaraan dan mematikan smartphone nya.Badannya terasa lelah sekali tapi entah mengapa hatinya begitu berbunga-bunga. Sebenarnya kemarin bukan kali pertama dia ke Planet Beneatheat tapi seperti ada yang tidak biasa.
"Hmmm..." Titan menarik nafas panjang dan merebahkan badannya ke atas kasur.
"Titan! Titan!! Titan!!! Waktunya makan malam.. Bip...bip...bip..." kata Aledrob (robot pelayan).
Titan menekan tombol pada bagian kepala Aledrob (robot pelayan) lalu membalikkan badannya membelakangi robot itu. Ia menarik selimutnya dan tak terasa ia pun tertidur lelap saat itu juga tanpa makan malam terlebih dahulu.
***
Suara getaran kencang dari smartphone milik Trixie membangunkannya pagi itu. Setelah beberapa menit kemudian, ia baru terbangun dan meraba-raba letak smartphone itu.
"Trixie...Hari ini kamu bisa ambil Buah Citruenya ya. Semoga Mamamu cepat sembuh. Oleloho! (salam). Titan," (diakhiri emoticon berlambang senyum).
Trixie melompat dari kasur, menggosok-gosok kedua matanya lalu membaca sekali lagi pesan itu dengan suara yang terdengar agak lantang.
"Ya ampun! Dia benar-benar melakukannya," ucap Trixie lagi sambil menguap sekencang-kencangnya dan berusaha menghilangkan rasa kantuk yang masih tersisa.
"Bukankah apa yang dikatakan memang sudah seharusnya dilakukan?! Gak mau bilang terima kasih?" isi pesan masuk kedua yang tiba-tiba mengagetkan Trixie sekali lagi.
Setelah diperiksa, ternyata tanpa sadar ia sudah menekan tombol pesan suara di ujung aplikasi pesan itu. Isi pesan suara yang terkirim pun ia putar. Terdengar jelas suaranya saat mengatai Titan dan juga suara saat ia menguap dengan kencang.
"Aaaa......" sontak Trixie panik bukan kepalang.
Secepat kilat, ia langsung berusaha menghapus pesan suara itu lalu meletakkan smartphone nya jauh-jauh.
Jantungnya berdebar lagi. Kali ini lebih kencang dari kemarin. Ia pun memegang dadanya lalu menjatuhkan diri lagi di atas kasur sambil menutupi wajah dengan bantal, menghentak-hentakan kakinya pada bagian ujung kasur.
Rasanya campur aduk. Antara kaget, malu, bingung dan entah apa lagi rasa yang terselip di hatinya saat itu. Senyuman tiba-tiba terpancar cerah di bibir mungilnya dan memberikan energi baru, membuatnya bangkit dari kasur dan mendadak bersemangat meski suhu panas di Planet Beneatheat belum berubah panasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Planets
Bilim KurguSuara lempengan bumi yang pecah berkeping-keping terdengar menggelegar tanpa henti, begitu pesawat terakhir, TNT 0889 berangkat menuju ke Twin Planets. Penduduk bumi terbagi dua dalam habitat Planet kembar yang serupa tapi tak sama ini. Dingin dan...