"Kamu tak perlu kuatir, Titan! Aku bisa mengerti," ujar Trixie lembut.
"Pasti hidupmu tidak mudah kan disini." kata Trixie lagi sambil mencoba untuk duduk dan tetap menggengam tangan Titan.
"Sebenarnya aku ingin menceritakan tentang hal ini padamu, Trixie. Cerita masa laluku yang kelam yang kupendam dalam-dalam tapi aku sendiri tak tahu harus bagaimana menceritakannya. Aku juga tak mau kelihatan seperti orang yang perlu dikasihani." Titan menghapus air matanya cepat lalu tersenyum kembali pada Trixie.
"Tidak! Tidak seperti itu, Titan. Aku mencintaimu bukan sekedar kasihan padamu." Trixie memandang mata Titan dalam-dalam.
"Hmm..Terima kasih, Trixie. Aku juga mencintaimu. Aku bahagia bersamamu." Titan memeluk Trixie.
"Oh ya...Kalau dipikir-pikir, berarti kita ini berjodoh kan?! Bagaimana tidak, kita bertemu secara tidak sengaja bahkan saat baru lahir. Lalu kita dipertemukan secara tidak sengaja lagi sampai sekarang." ucap Trixie sambil tersenyum lebar.
"Ahhhh! Kamu nih terlalu banyak berpikir. Wahaha..." Titan tertawa lalu berkata lagi.
"Yang jelas aku bersyukur untuk ketidaksengajaan itu," ucap Titan pelan.
***
Setelah memastikan perasaan Trixie tak berubah padanya karena masa lalunya yang kelam. Titan menghampiri Papa dan Mama Troy lalu mengucapkan rasa terima kasihnya pada kedua orang tua itu. Kalau bukan karena mereka berdua, pasti Titan tak tahu bagaimana kelanjutan hidupnya. Penyelamat hidup, sebutan itu pantas diberikan Titan pada mereka.
"Terima kasih ya Pa. Sudah mau menerimaku saat itu," Titan mendekati Papa Troy dan memeluknya.
"Titan. Bagaimana aku tidak bisa menerimamu? Kamu langsung memegang jari telunjuk Papa dengan jari kecilmu saat itu," ingat Papa Troy. Mereka berdua pun saling berpelukan.
"Ma, terima kasih ya!" ucap Titan lagi mendekati Mama Troy.
"Ahhh Titan, bayi laki-lakiku. Tahukah kamu betapa aku menangisi kepergianmu begitu lama, nak!" Mama Troy mengelus lembut rambut Titan dan memeluknya erat.
"Jadi bagaimana masa kecilmu selama di Planet Atopice ini? Apakah orang-orang di Asrama TNT memperlakukanmu dengan baik?" tanya Mama Troy penasaran.
"Memang tak mudah untuk menjalani kehidupan di Asrama tapi aku bersyukur karenanya aku bisa menjadi seperti sekarang," ujar Titan sambil tersenyum.
"Kami senang mendengarnya, nak! Maafkan kami ya kalau kami harus mengirimmu seorang diri di planet ini." Papa Troy menepuk pundak Titan.
"Tidak Pa! Aku tahu kalian sudah mengusahakan yang terbaik untukku," jawab Titan.
"Tak disangka kamu dan Trixie bertemu. Bahkan sekarang menjalin hubungan dekat seperti ini ya," ucap Papa Titan lagi sambil tersenyum lebar.
"Iya dan kita bisa kembali berkumpul bersama seperti ini. Mama sungguh tak menyangka." Mereka bertiga pun tertawa bersama.
"Ehemm...Jadi Papa dan Mama menyetujui hubungan kami berdua kan?" tanya Trixie tiba-tiba.
"Oh, mengapa tidak? Ya kan, Pa?" jawab Mama Troy.
"Ya lah. Semesta sendiri yang sudah menjodohkan kalian dari awal. Jadi kapan kalian akan menikah?" Papa Troy balik bertanya.
"Ahhh...Papa!" Trixie berteriak diiringi tawa mereka semua.
***
Hari itu adalah hari peluncuran Mesin NDLF. Jelas, semua orang sudah menantikannya. Masa uji coba sampel ke seribu orang pertama secara cuma-cuma telah usai. Hasilnya pun sangat mencengangkan.
Hampir 98% orang yang telah mencoba Mesin Penyambung Nyawa itu meresponnya dengan positif. Mereka bahkan tak segan bersaksi memberikan ulasan terbaik mengenai bagaimana mesin itu bekerja meneliti bagian tubuh mereka secara rinci dan menyembuhkannya tanpa rasa sakit.
Selanjutnya PT TNT juga memberikan himbauan pada para pasien untuk mengubah gaya hidup setelah mengalami kesembuhan itu. Terutama dalam hal mengatur pola makan. Trixie dan Tim Pangan yang berperan dalam hal ini.
Mereka membantu para pasien untuk mempunyai daftar menu makanan khusus. Daftar menu itu akan disesuaikan dengan sistem tubuh masing-masing tubuh mereka yang rentan terhadap suatu penyakit. Ke depannya bahkan PT TNT sudah mempersiapkan makanan olahan sehat yang sesuai dengan kebutuhan para pasien tersebut.
Titan melihat Trixie dari kejauhan. Bersama Tim Pangan ia sedang mempromosikan daftar menu yang akan dibuat khusus itu. Ia tampak sangat ceria dan antusias seperti biasanya.
"Dilihat terus? Takut hilang ya?" Frix melihat Titan memandangi Trixie terus lalu datang menggodanya.
"Apaan sih?!" balas Titan.
"Kamu yakin padanya?" tanya Frix serius.
"Hmmm... Yakin!" jawab Titan tegas.
"Apakah dia sudah tahu tentang masa lalumu? Keluarganya tak masalah dengan masa lalumu yang tak jelas? Kamu bahkan tak tahu siapa orangtuamu kan?!" Frix memperjelas maksudnya.
"Iya. Mereka sudah tahu dan menerimanya. Kami memang ditentukan jadi satu." Titan menjawab dengan penuh keyakinan.
"Hah? Apa? Kok bisa?" Frix mengejar Titan yang sudah pergi meninggalkannya.
***
Mr Broz sudah berada di depan podium dengan setelan jas berwarna putih tulang. Menyambut para wartawan Papan Atas yang ada di Planet Atopice, dia dengan sangat persuasif menjelaskan detail tentang Mesin NDLF di depan kamera.
Semua orang yang mendengarnya bersorak. Mr Broz memutuskan untuk tidak memperjualbelikan mesin itu tapi mendedikasikannya untuk semua orang di Twin Planets.
Saat bertemu dengan Mr Broz, Titan dan Trixielah yang mengusulkan soal hal itu. Mereka ingin agar Mesin NDLF bisa bermanfaat untuk semua orang bukan hanya untuk orang beruang saja. Trixie bahkan menceritakan banyak cerita sedih yang dilihatnya langsung selama di Planet Beneatheat. Bagaimana banyak orang yang mati akibat tak tahu jenis penyakit yang diderita.
Agaknya cerita Trixie mengugah hati Mr Broz, usul mereka pun didengar dan direalisasikannya. Para Pekerja TNT lainnya terkejut mendengar keputusan itu. Mereka tahu bagaimana tajamnya insting bisnis dari Mr Broz.
Saat pengumuman itu disampaikan, kedua mata Titan dan Trixie saling menatap satu sama lain. Mereka seakan ingin saling memberitahu bahwa apa yang mereka harapkan akhirnya terwujud. Ada rasa bahagia yang terselip di hati keduanya.
"Ya, kini aku tahu makna kebahagiaan yang sesungguhnya," batin Titan.
Bahagia yang Titan maksud jelas bukan bahagia di tengah kemewahan yang dipunyai di Planet Atopice. Hidup mewah, berada dan serba tersedia hanya menciptakan rasa bahagia yang sementara.
Lebih dari itu, bahagia yang ia dapatkan saat dia bisa melihat kehidupannya dengan cara yang berbeda. Berdamai dengan masa lalunya dan menatap masa depannya bersama sang belahan jiwa.
Bahagia di saat memilih berbahagia. Menghidupi hidup bukan untuk ego semata melainkan memberi guna bagi sesama. Itulah makna kebahagiaan yang sesungguhnya.
Tangan Titan dan Trixie saling berpaut satu sama lain. Dengan tetap saling menatap, mereka pun saling menebar senyum berdua. Senyum bahagia tentunya.
-TAMAT-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Planets
Bilim KurguSuara lempengan bumi yang pecah berkeping-keping terdengar menggelegar tanpa henti, begitu pesawat terakhir, TNT 0889 berangkat menuju ke Twin Planets. Penduduk bumi terbagi dua dalam habitat Planet kembar yang serupa tapi tak sama ini. Dingin dan...