Sore itu sebagian wilayah khususnya Pulau Rintis sedang dilanda hujan yang amat deras. Walau tidak disertai dengan gemuruh petir dan angin kencang hawa dinginnya tetap saja gak main-main.
Setiap titik air yang jatuh dari langit juga berukuran lumayan besar hingga menimbulkan suara yang nyaring ketika mengenai atap dan rasa sakit yang menyengat ketika bertemu langsung dengan kulit manusia.
Terlihat di sebuah gang seseorang yang mengenakan topi serta jaket tanpa lengan sedang berlari sembari hujan-hujanan dan agak terburu-buru. Seluruh tubuh dan pakaiannya sudah basah kuyup akibat diguyur air hujan.
"Huwaaa basaaah!" keluh Blaze, nama anak tersebut.
Dia baru saja pulang bermain dari rumah temannya. Namun hujan malah datang dengan tiba-tiba. Karena hari sudah semakin sore, terpaksa Blaze harus pulang sembari hujan-hujanan.
Blaze tidak ingin kakaknya di rumah khawatir karena dia belum pulang juga, terlebih lagi dia pula memberi tahu kakaknya kalau ke mana dia pergi bahkan dia juga lupa membawa handphonenya dan tidak hafal nomor handphone Kakaknya. Benar-benar situasi yang sulit.
Karena saking paniknya juga Blaze langsung lari menerobos hujan dan tidak mendengar teriakan temannya yang memanggilnya untuk meminjamkan payung.
"Hah...hah...hahh..." Blaze berhenti sejenak di tengah jalan yang sepi sembari terengah-engah karena sudah berlari sepanjang jalan dari titik awal dia berangkat.
Topi yang dia gunakan yang awalnya masih menampakkan seutas rambut putihnya kini dia turunkan hingga hampir menutupi mata untuk melindungi matanya dari titikan air hujan. Gaya memakai topinya sekarang mirip seperti saat Halilintar mengenakan topi.
"Duuh...sakit banget sih," keluh Blaze lagi sembari mengusap-ngusap kedua lengannya yang tidak tertutup sehelai benang apapun. Titikan air hujan yang mengenai tangannya terasa begitu sakit dan menyengat. "Mana dingin lagi," lanjutnya sembari bergidik kedinginan.
Saat hendak meneruskan larinya, langkah Blaze terhenti ketika netra merah menyala miliknya menangkap sesosok makhluk yang sedang terbaring meringkuk di pinggir jalan sembari hujan-hujanan juga.
Karena rasa penasarannya yang tinggi, Blaze segera menghampiri makhluk itu. Seketika Blaze terkejut ketika mendapati seekor kucing yang sedang meringkuk kedinginan. Bulunya yang putih dan tebal sekarang terlihat lepek karena basah kuyup.
(Kucing putih bermata biru yang Blaze temukan)
"Hey! Astaga, kenapa kau tidak berteduh?!" seru Blaze terlihat panik dan bingung, pasalnya tidak biasanya kucing suka air apalagi dingin. Segera dia menyentuh punggung kucing tersebut untuk memastikan dia masih hidup atau tidak.
Seketika kucing tersebut membuka matanya merasakan sentuhan di punggungnya. Dia menatap Blaze dengan netra birunya yang terlihat sayu dan menahan rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blaze dan Si Mata Biru (End)
FanfictionAlpha and Omega Omegaverse Blaze yang terpaksa harus hujan-hujanan saat pulang dari rumah teman tak sengaja menemukan seekor kucing yang sedang meringkuk kedinginan diguyur air hujan. Blaze yang tidak tega dan tidak bisa membiarkan kucing itu mati...