4. Perhatian dan Insiden

3K 170 444
                                    

"Hoaaammm.~" Yaa...kalian pasti sudah tau ini siapa.

Ice menguap lebar sembari mengibas-ngibaskan ekornya dengan cepat lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat hingga membuat kedua telinga kucingnya naik turun. Jelas sekali kalau dia sedang mengantuk.

"Hm?" Blaze menoleh ke sampingnya lalu menepuk pelan puncak kepala Ice. "Menguap itu mulutnya ditutup pake tangan," tegurnya.

Mereka sekarang sedang berada di sekolah dan waktu menunjukkan jam enam pagi lewat lima belas menit. Belum ada siapa siapa di sana selain mereka membuat Ice dengan leluasa bisa berubah wujud menjadi manusia setengah kucing. Kalau bahasa gaulnya, Neko.

"Kita kenapa harus berangkat sepagi ini sih?" tanya Ice lalu menguap lagi. Kali ini dia menutup mulutnya dengan punggung tangan.

"Kamu lupa? Aku ada janji sama Kak Gempa dan baru bisa menepatinya hari ini," ucap Blaze sembari menatap kotak bekal yang ada di tangannya.

"Tch-!" Ice berdecih tidak suka, Blaze mengernyit heran sembari menatapnya. "Orang itu..."

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Blaze, heran.

"Gak," jawab Ice, cuek.

Blaze menghela nafas panjang. "Kalau kamu gak makan kotak bekalnya, kita gak akan mungkin berangkat sepagi ini tau dan aku gak akan punya janji sama Kak Gempa. Lagipula aku sudah menyuruhmu untuk tetap berada di rumah."

Ice menunduk sedih. Kedua telinga kucingnya menurun sendiri karena rasa bersalahnya. "Maaf...tapi aku tidak mau kamu tinggal sendirian."

Kekehan kecil lolos dari bibir manis Blaze sembari dia mengacak gemes rambut kepala Ice. "Sudah tak apa. Kamu masih ngantuk kan? Tidurlah, aku tidak akan meninggalkanmu."

Ice tersenyum.

- Puffhh!

Dalam sekejap mata Ice merubah wujudnya menjadi kucing sepenuhnya dan melompat naik ke pangkuan Blaze. Dia berputar sejenak untuk mencari posisi yang nyaman sebelum merebahkan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya tepat di perut Blaze.

Blaze tersenyum. Dia meletakkan bekal tadi di sampingnya sebelum memeluk Ice yang berada di pangkuannya. Bulu-bulu putih bersih, lebat dan halus itu diusap pelan membuat Ice mendengkur lembut di dalam tidurnya. Ekornya bergerak-gerak pelan membuat Blaze gemes sendiri melihatnya.

Cukup lama menunggu setelah itu Gempa datang dan waktu telah menunjukkan jam enam lewat tiga puluh menit, itu artinya sudah lima belas menit Blaze menunggu.

"Eh? Blaze? Awal datang," tegur Gempa saat hendak melewati kelas Blaze untuk menuju kelasnya sendiri.

Biasanya Gempa lah yang paling awal datang ke sekolah. Dia terpikal siswa teladan sampai-sampai di cap sebagai siswa yang selalu datang paling awal. Dia salut sama Blaze karena bisa mendahuluinya. Baru dia dan Blaze yang datang sekarang.

"Kak Gempa!" Blaze tersenyum lebar. "Akhirnya datang juga, sini dulu Kak," ajaknya sembari menepuk-nepuk tempat di sampingnya.

"Hm?" Gempa menaikkan sebelah alisnya, tak lupa dengan senyuman manis yang masih terpatri indah di bibirnya. Dia menurut dan duduk di samping Blaze. "Ada apa nih?"

Masih dengan senyumannya Blaze menyerahkan bekal yang dia buat kepada Gempa. "Ini Kak, Blaze ganti bekal yang waktu itu. Blaze minta maaf ya Kak baru bisa menepatinya hari ini, soalnya kemarin-kemarin Blaze lupa dan juga bangunnya kesiangan."

Gempa menerima bekal itu dengan senang hati. "Pas sekali~...aku tidak bawa bekal hari ini. Mmm, gak papa kok, Makasih ya.~"

"Waahh pas banget dong kak, Sama sama!~" Blaze terkekeh senang membuat Gempa tersenyum melihatnya.

Blaze dan Si Mata Biru (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang