2.Pengakuan dan Nama

3.1K 218 253
                                    

Kukoruyuuk!!

Kukoruyuuk!!

Kukoruyuuk!!

Suara kukokan ayam peliharaan Blaze terdengar sahut-menyahut dari kandang belakang rumah ketika pagi menjelang.

Si Kucing yang telah terbangun lebih dulu segera membebaskan dirinya dari pelukan Blaze yang tertidur di posisi yang sama dari awal tertidur semalam hingga pagi menjelang.

Melihat Blaze yang belum terbangun sama sekali membuat si Kucing berinisiatif untuk membangunkan Tuan-nya itu. Dia duduk di depan wajah Blaze. "Meong~ puur~ puuur,~" ucapnya sebelum menjilati pipi, hidung dan bahkan bibir Blaze sembari mendengkur lembut khas seekor kucing.

"Emhh..."

Blaze melenguh pelan. Dia membuka matanya perlahan-lahan, menampakkan netra merah terangnya yang begitu indah. Beberapa kali Blaze mengerjapkan matanya hingga terbiasa dengan cahaya lampu kamar yang tidak sempat dia matikan tadi malam.

"Mmm?" Blaze merasakan sesuatu yang basah menyentuh pipinya berkali-kali. Dia menatap kucingnya yang ternyata sedari tadi menjilati pipinya.

Senyuman Blaze merekah manis dan menarik kucingnya itu ke dalam pelukannya. "Pagi-pagi udah manja aja yaa,~" ucapnya sembari mengusap-ngusap lembut kepala si Kucing.

"Meong!~" seru si Kucing yang kembali menjilati bibir sexy dan pink alami milik Blaze. "Ahh~...bibirnya beneran bikin candu," batin si Kucing. Kalian tentu sudah tau kalau kucing yang satu ini bukan kucing biasa.

Blaze terkekeh. Dengan bertumpu pada kedua tangan, dia mendorong dirinya untuk duduk dan berdiri. Lampu kamar dimatikan, gorden jendela yang ada di kamar itu dibuka bersamaan dengan jendelanya agar udara segar pagi hari bisa masuk.

Satu tarikan nafas dalam diambil oleh Blaze sebelum dihembuskan perlahan. Udara segar pagi hari yang menenangkan. Blaze benar-benar suka. Dia menatap kucingnya yang melompat naik ke jendela, dengan cepat Blaze langsung memegangi kucingnya itu karena takut dia akan jatuh.

"Kamu sudah baikan?" tanya Blaze sembari mengusap lembut kucingnya dari kepala hingga ke punggung berulang kali.

Si kucing mengusap-ngusapkan kepalanya ke tangan Blaze yang tadi mengelusnya sembari mendengkur lembut khas seekor kucing, merespon pertanyaan Blaze seolah menjawab kalau dia sudah baik-baik saja. "Puur~.... Puur.~"

Blaze tersenyum. "Syukurlah,~" ucapnya seraya menggendong kucingnya itu. "Tapi kita tetap harus ganti perbannya dan obatin lagi lukanya sampai benar-benar sembuh."

Si kucing hanya diam saja digendong oleh Blaze dan memperhatikan lelaki cantik itu mengambil kotak obat. "Padahal kamu tau kalau kamu semalam juga terluka, tapi kamu lebih perduli dengan luka orang lain."

Setelah meletakkan si Kucing di atas kasur, Blaze dengan hati-hati melepaskan perban yang menempel di tubuh kucingnya. Terlebih dahulu dia membersihkan luka yang mulai mengering itu, mengoleskan obat sebelum menutupnya dengan perban yang baru.

Selesai mengobati kucingnya, Blaze membereskan kembali kotak obat yang baru digunakan tadi dan membiarkan saja kucingnya sekarang rebahan di kasurnya. Setelah menyimpan kembali kotak obat tadi, Blaze pergi ke kamar mandi untuk memenuhi panggilan alam sekaligus membersihkan dirinya.

- tok tok tok

Tepat ketika Blaze keluar dari kamar mandi, dia mendengar pintu kamarnya diketuk disertai suara kakaknya.

"Blaze? Kakak bawain makanan. Makan dulu ya? Kamu dari kemarin engga makan, kakak gak mau kamu sakit. Makan dulu ya? Kakak juga bawain makanan untuk Kucing-mu."

Blaze dan Si Mata Biru (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang